Usaha pupuk, duitnya empuk
A
A
A
Perkambangan dunia internet membawa berkah tersendiri bagi Elsa Rosyidah. Lewat dunia maya, Elsa bisa meraih pundi-pundi pendapatan dengan menjual pupuk. Ya, menjual pupuk secara online.
Lewat usahanya ini, Elsa kini bisa meraih omzet ratusan juta rupiah per bulan. Bagi Elsa, untuk menjadi pengusaha, tidak harus selalu membutuhkan sebuah perencanaan matang yang sudah disiapkan jauh-jauh hari.
Elsa justru sukses menjadi pengusaha karena ketidaksengajaan. Awalnya dia hanya membantu teman. “Awalnya saya hanya membantu proses pemasaran usaha pupuk seorang teman yang sering sekali kena tipu oleh sales dan agen pemasaran,” ungkapnya kepada harian Seputar Indonesia(SINDO).
Menurut wanita kelahiran Blora, Jawa Tengah, ini salah satu modus penipuan yang dilakukan yakni pihak pemasaran tidak memenuhi komitmen pembayaran penuh dan hanya membayar 25%. Hal tersebut membuat proses pembayaran macet dan pabrik mengalami kerugian.
“Saat itu saya masih aktif kuliah SI di Universitas Brawijaya, Malang, maka saya menawarkan solusi berupa new marketing channel dengan membuka toko online,” ujar perempuan pemegang gelar dari Thunderbird, School of Global Management, Amerika Serikat, ini.
Elsa menuturkan, pemasaran pupuk secara offline seperti pada umumnya, banyak menghabiskan waktu, tenaga, dan biaya. “Dengan cara ini (online), diharapkan ada win-win solution, saya bisa membantu memasarkan pupuk, tetapi juga punya banyak waktu untuk fokus menjalankan studi,” paparnya.
Uniknya,perempuan yang tahun ini masuk dalam daftar 10.000 Women Entrepreneurship Partnership Global Cohort The US Department of State–Goldman Sachs-Thunderbird ini mengaku, awal membuka toko pupuk online pada Mei 2009 hanya bermodalkan Rp3.000 saja.
Modal tersebut digunakan untuk biaya internet selama satu jam di warung internet (warnet) untuk membuat toko online yang awalnya hanya berbasis blogspot. Tak disangka, hanya dalam waktu 10 hari setelah blog dibuat, animo pembeli pupuk cukup banyak dan berhasil melakukan transaksi sebanyak delapan ton.
“Padahal awalnya saya memperkirakan bahwa orang akan mengunjungi pada jangka waktu lama hingga beberapa bulan,” terangnya.
Meski berawal dari keisengan, besarnya permintaan pasar mendorong Elsa lebih serius menggeluti usaha pupuk online. Apalagi, saat ini banyak petani yang kesulitan memperoleh pupuk karena tidak tersedia di pasar.
“Jalur distribusi dari pabrik pupuk hingga petani terlalu panjang. Dengan hadirnya toko online ini jalur distribusi bisa diperpendek,” ujar lulusan Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, Malang, ini.
Melalui toko online, petani bisa langsung membeli dari pabrik dengan harga yang lebih murah dan terjangkau. Contohnya, harga pupuk yang mencapai Rp1.500 sampai Rp4.000 per kilogram di pasaran bisa dijual hanya dengan harga sebesar Rp950 per kilogram.
"Penurun harga ini karena kami memotong rantai pemasaran yang begitu panjang,” pungkas perempuan kelahiran 25 Juni 1985 ini.
Selain memiliki keunggulan dari harga jual yang rendah,pupuk yang dia pasarkan juga merupakan pupuk semiorganik atau yang dikenal dengan pupuk hijau yang memiliki kualitas lebih unggul.
Salah satunya, kandungan unsur hara lebih seimbang sehingga tanaman bisa tumbuh subur dan kesehatan tanah tetap terjaga. “Karena, toko pupuk ini merupakan toko online membuat petani yang ada di pelosok bisa lebih leluasa mengakses hanya dengan berbekal telepon dan mengirim SMS,” tutur Elsa.
Adapun, pembayaran dapat dilakukan secara langsung atau transfer via anjungan tunai mandiri (ATM). Pemesanan pupuk akan diproses dan diagendakan jika pelanggan membayar minimal 50% dari nilai transaksi pupuk.
Kini toko pupuk online Elsa menyediakan berbagai macam varian pupuk. Mulai dari pupuk nonsubsidi yakni, NPK Daun Dunia, NPK Mitrophoska, NPK Phoskaplus, dan SP 36, serta pupuk subsidi. Elsa mengaku, dalam menjalankan usahanya tidak berjalan mulus.
Dia pernah mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah yang disebabkan adanya miskomunikasi antara Elsa dengan pabrik pupuk. “Kala itu, saya masih ‘hijau’ dalam hal wirausaha pupuk. Tapi saya belajar banyak dan tahu di mana poin kelemahan sistem bisnis yang dijalankan ini. Uang Rp160 juta itu kami anggap sebagai ongkos belajar bisnis,” ungkapnya.
Soal keuntungan, Elsa enggan mengutarakan angka pastinya. Tetapi, dia mengaku bisa merasakan kemandirian finansial sehingga dapat membahagiakan orang tua dan keluarga. “Selain itu, dengan adanya usaha ini, kami pun membantu banyak orang khususnya petani, serta dapat berinteraksi dengan sejumlah pengusaha senior yang sukses,” pungkasnya.
Lewat usahanya ini, Elsa kini bisa meraih omzet ratusan juta rupiah per bulan. Bagi Elsa, untuk menjadi pengusaha, tidak harus selalu membutuhkan sebuah perencanaan matang yang sudah disiapkan jauh-jauh hari.
Elsa justru sukses menjadi pengusaha karena ketidaksengajaan. Awalnya dia hanya membantu teman. “Awalnya saya hanya membantu proses pemasaran usaha pupuk seorang teman yang sering sekali kena tipu oleh sales dan agen pemasaran,” ungkapnya kepada harian Seputar Indonesia(SINDO).
Menurut wanita kelahiran Blora, Jawa Tengah, ini salah satu modus penipuan yang dilakukan yakni pihak pemasaran tidak memenuhi komitmen pembayaran penuh dan hanya membayar 25%. Hal tersebut membuat proses pembayaran macet dan pabrik mengalami kerugian.
“Saat itu saya masih aktif kuliah SI di Universitas Brawijaya, Malang, maka saya menawarkan solusi berupa new marketing channel dengan membuka toko online,” ujar perempuan pemegang gelar dari Thunderbird, School of Global Management, Amerika Serikat, ini.
Elsa menuturkan, pemasaran pupuk secara offline seperti pada umumnya, banyak menghabiskan waktu, tenaga, dan biaya. “Dengan cara ini (online), diharapkan ada win-win solution, saya bisa membantu memasarkan pupuk, tetapi juga punya banyak waktu untuk fokus menjalankan studi,” paparnya.
Uniknya,perempuan yang tahun ini masuk dalam daftar 10.000 Women Entrepreneurship Partnership Global Cohort The US Department of State–Goldman Sachs-Thunderbird ini mengaku, awal membuka toko pupuk online pada Mei 2009 hanya bermodalkan Rp3.000 saja.
Modal tersebut digunakan untuk biaya internet selama satu jam di warung internet (warnet) untuk membuat toko online yang awalnya hanya berbasis blogspot. Tak disangka, hanya dalam waktu 10 hari setelah blog dibuat, animo pembeli pupuk cukup banyak dan berhasil melakukan transaksi sebanyak delapan ton.
“Padahal awalnya saya memperkirakan bahwa orang akan mengunjungi pada jangka waktu lama hingga beberapa bulan,” terangnya.
Meski berawal dari keisengan, besarnya permintaan pasar mendorong Elsa lebih serius menggeluti usaha pupuk online. Apalagi, saat ini banyak petani yang kesulitan memperoleh pupuk karena tidak tersedia di pasar.
“Jalur distribusi dari pabrik pupuk hingga petani terlalu panjang. Dengan hadirnya toko online ini jalur distribusi bisa diperpendek,” ujar lulusan Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, Malang, ini.
Melalui toko online, petani bisa langsung membeli dari pabrik dengan harga yang lebih murah dan terjangkau. Contohnya, harga pupuk yang mencapai Rp1.500 sampai Rp4.000 per kilogram di pasaran bisa dijual hanya dengan harga sebesar Rp950 per kilogram.
"Penurun harga ini karena kami memotong rantai pemasaran yang begitu panjang,” pungkas perempuan kelahiran 25 Juni 1985 ini.
Selain memiliki keunggulan dari harga jual yang rendah,pupuk yang dia pasarkan juga merupakan pupuk semiorganik atau yang dikenal dengan pupuk hijau yang memiliki kualitas lebih unggul.
Salah satunya, kandungan unsur hara lebih seimbang sehingga tanaman bisa tumbuh subur dan kesehatan tanah tetap terjaga. “Karena, toko pupuk ini merupakan toko online membuat petani yang ada di pelosok bisa lebih leluasa mengakses hanya dengan berbekal telepon dan mengirim SMS,” tutur Elsa.
Adapun, pembayaran dapat dilakukan secara langsung atau transfer via anjungan tunai mandiri (ATM). Pemesanan pupuk akan diproses dan diagendakan jika pelanggan membayar minimal 50% dari nilai transaksi pupuk.
Kini toko pupuk online Elsa menyediakan berbagai macam varian pupuk. Mulai dari pupuk nonsubsidi yakni, NPK Daun Dunia, NPK Mitrophoska, NPK Phoskaplus, dan SP 36, serta pupuk subsidi. Elsa mengaku, dalam menjalankan usahanya tidak berjalan mulus.
Dia pernah mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah yang disebabkan adanya miskomunikasi antara Elsa dengan pabrik pupuk. “Kala itu, saya masih ‘hijau’ dalam hal wirausaha pupuk. Tapi saya belajar banyak dan tahu di mana poin kelemahan sistem bisnis yang dijalankan ini. Uang Rp160 juta itu kami anggap sebagai ongkos belajar bisnis,” ungkapnya.
Soal keuntungan, Elsa enggan mengutarakan angka pastinya. Tetapi, dia mengaku bisa merasakan kemandirian finansial sehingga dapat membahagiakan orang tua dan keluarga. “Selain itu, dengan adanya usaha ini, kami pun membantu banyak orang khususnya petani, serta dapat berinteraksi dengan sejumlah pengusaha senior yang sukses,” pungkasnya.
(kur)