Agar seni menjadi industri

Selasa, 17 Juli 2012 - 10:48 WIB
Agar seni menjadi industri
Agar seni menjadi industri
A A A
Keberagaman masyarakat menjadikan Indonesia kaya akan seni dan budaya. Perlu pemberdayaan lebih serius agar seni dan budaya Tanah Air bisa berdampak ekonomi.

Kekayaan seni dan budaya yang berkembang di masyarakat belum dimaksimalkan untuk mendatangkan keuntungan materi. Masih banyak kesenian yang berkembang tanpa bisa mendatangkan keuntungan yang banyak para senimannya sendiri.

Padahal jika dikelola dengan baik,kesenian ini bisa menjadi katalisator bagi pertumbuhan perekonomian bagi daerah sekitar. Setiap daerah di Indonesia mempunyai kekayaan yang bisa dikembangkan, mulai seni teater hingga cerita perwayangan.

Di Bandung misalnya, tahun ini telah digelar Festival Tangkuban Perahu 2012.Acara ini bertujuan mempromosikan pariwisata seni budaya dan potensi ekonomi kreatif daerah. Sejumlah pementasan, seperti kirab seni, rampak angklung buhun, terenggano Malaysia, Cepot Nge-band Putu Raharja, hingga bobodoran Sunda meramaikan festival tersebut.

Menurut Humas Festival Tangkuban Parahu 2012 Daniel Darmawan, acara yang berlangsung pada 16 Mei sampai 19 Mei 2012 di Terminal Jaya Giri, Lembang, Bandung, ini juga diramaikan dengan pameran seni budaya dan ekonomi kreatif serta lomba lintas wisata alam.

Di Bengkulu, ada Festival Tabot yang diselenggarakan untuk menyambut 1 Muharam. Tabot adalah upacara tradisional masyarakat Bengkulu untuk mengenang kisah kepahlawanan dan kematian cucu Nabi Muhammad SAW, Hasan dan Husein bin Ali bin Abi Thalib, dalam peperangan dengan pasukan Ubaidillah bin Zaid di Padang Karbala, Irak, pada 10 Muharam 61 Hijriah (681 M).

Perayaan di Bengkulu pertama kali dilaksanakan oleh Syeh Burhanuddin yang dikenal sebagai Imam Senggolo pada 1685. Hingga kini festival ini sudah sering dilakukan masyarakat Bengkulu.

Sementara, di Nias ada tradisi Hombo Batu (lompat batu) yang cukup dikenal dan menjadi andalan menggaet wisatawan. Hampir semua daerah mempunyai agenda pementasan seni asli daerah masing-masing.

Hal ini terlihat dari agenda festival yang ada di situs Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Pemerintah sebenarnya sudah melihat potensi besar ini namun hingga sekarang belum terkelola dengan maksimal.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Mari Elka Pangestu dalam beberapa kesempatan menyatakan bahwa pihaknya akan berusaha mengembangkan kesenian Indonesia sehingga bisa dinikmati dan berkembang.

Bahkan, bukan hanya sejumlah festival saja yang membuktikan kekayaan seni Indonesia, namun juga sejumlah taman budaya yang ada di sejumlah daerah.

Ketika menjadi pembicara dalam Lokakarya Nasional Pengembangan Seni dan Budaya di Surabaya minggu lalu Mari mengatakan, Taman Budaya perlu direvitalisasi atau direaktifasi agar mampu menjawab permasalahan perlestarian, perlindungan dan pengembangan kebudayaan.

“Taman Budaya tidak hanya dapat digunakan dalam rangka perlindungan dan pelestarian kebudayaan, tetapi dapat juga digunakan sebagai sarana pengembangan. Kebudayaan perlu dikembangkan agar dapat memiliki nilai secara ekonomi, untuk itu diperlukan suatu kreativitas”, kata Mari.

Menurut Kemenparekraf dalam situsnya, agar dapat memiliki nilai ekonomi, pariwisata juga harus tunduk pada hukum ekonomi dan bisnis. Pada umumnya paket pariwisata budaya dijual oleh travel biro atau hotel sebagai produser atau event organizer.

Mereka yang “memproduksi dan menjual” karya seni tradisi kepada para wisatawan sebagai customer. Mereka juga “membeli” karya seni tradisi dari para seniman atau organisasi seni tradisi. Karya seni tradisi ini biasanya tidak dijual sendiri, tetapi dikemas dan digabung dengan paket lain (misalnya paket transportasi, akomodasi, dan pariwisata alam) untuk jadikan paket pariwisata budaya yang terintegrasi.

Produser atau event organizer pada umumnya mulai dengan melakukan “penelitian” akan kebutuhan dan selera para wisatawan dalam menikmati/ membeli karya seni tradisi.

Di sisi lain mereka juga melakukan “penelitian” terhadap karya-karya seni tradisi yang potensial dapat dikemas dan dijual kepada wisatawan. Proses selanjutnya adalah mendisain paket pariwisata budaya, di dalamnya termasuk paket seni tradisi.

Setelah disain selesai, mereka mulai melakukan proses pembelian (seleksi, pemesanan, negosiasi, dan kontrak) karya seni tradisi dari para seniman seni tradisi. Disain paket pariwisata budaya dipromosikan dan dijual kepada para wisatawan.

Proses berikutnya adalah pelaksanaan delivery (penyampaian) paket pariwisata budaya yang melibatkan para seniman seni tradisi. Sementara pengamat seni tari nasional, Sal Murgiyanto, mengatakan, perkembangan seni budaya di Indonesia, mulai dari seni pertunjukan seperti tari dan teater hingga seni musik, semakin berkembang baik.

Tapi, sangat disayangkan hingga kini belum banyak dukungan yang diberikan dari berbagai pihak terkait, seperti pemerintah, untuk memaksimalkan potensi tersebut.

“Tidak heran perkembangan industri seni budaya di negeri ini masih jauh tertinggal dan kalah bersaing dengan negara lain di dunia, seperti Singapura,” ujarnya kepada harian Seputar Indonesia (SINDO).

Menurut Sal, bila ingin memajukan seni budaya nasional, seharusnya pemerintah tidak boleh acuh tak acuh terhadap perkembangan seni budaya di Tanah Air yang ada saat ini.
(kur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6804 seconds (0.1#10.140)