Tunai masih menjadi primadona
A
A
A
Aktivitas pembayaran di pasar modern masih minim menggunakan uang plastik/uang elektronik (e-money), baik berupa kartu kredit, ATM, atau kartu debit lain.
Saat ini di toko dan pusat perbelanjaan modern masih sulit ditemui pelanggan yang menggunakan uang plastik untuk bertransaksi, baik itu menggunakan kartu kredit maupun debit. Mayoritas pelanggan masih lebih suka menggunakan uang tunai untuk membayar barang belanjaan mereka. Pada minggu lalu harian Seputar Indonesia (SINDO) sengaja memperhatikan aktivitas di kasir beberapa supermarket.
Mereka umumnya membayar belanja dengan uang tunai. Seperti yang terlihat di Giant Wisma Asri Bekasi Utara. Sekitar setengah jam SINDO memperhatikan aktivitas di kasir, ada puluhan orang yang
membayar belanja mereka namun hanya beberapa orang yang menggunakan pembayaran dengan kartu ATM dan kartu kredit.
Bahkan, saat itu belum terlihat pelanggan yang menggunakan kartu yang khusus dipakai untuk alat
pembayaran yang dikeluarkan bank seperti Flazz.
Pada umumnya pelanggan yang menggunakan kartu ATM atau kartu kredit, adalah mereka yang belanja senila lebih dari Rp200.000. Jika hanya berbelanja seharga puluhan ribu atau di bawah Rp200.000, umumnya mereka menggunakan uang tunai.
Bahkan, masih banyak pelanggan yang membayar tunai meski belanjaan mereka bernilai lebih dari Rp200.000. Fenomena ini menandakan penggunaan uang plastik sangat terbatas.
Hanya kalangan tertentu saja yang menggunakan berbagai produk uang plastik untuk bertransaksi.
Umumnya pengguna uang elektronik adalah kalangan menengah atas, terbukti dari jumlah pembayaran belanja yang umumnya besar.
Minimnya transaksi dengan uang plastik juga diamini oleh sejumlah kasir toko modern. Seperti
pengakuan Sodikin,kasir Indomaret yang terletak di daerah Tomang, Jakarta Barat.
Menurutnya, jumlah pelanggan atau konsumen yang menggunakan kartu debit maupun kredit untuk belanja di gerai tempat dia bekerja masih jauh lebih sedikit jumlahnya daripada para customer yang
melakukan pembayaran dengan memanfaatkan uang tunai.
”Dalam sehari, banyaknya pelanggan yang menggunakan kartu kredit maupun debit baik untuk belanja maupun melakukan tarik tunai di gerai kami jumlahnya tidak menentu. Secara umum, dalam sehari hanya sekitar 5–10 orang pelanggan yang menggunakan fasilitas tersebut,” ungkapnya.
Menurut Sodikin, ada juga pelanggan yang menggunakan ATM mereka untuk melakukan tarik tunai melalui gerai yang dijaganya tersebut. Dalam sehari jumlah orang yang melakukan tarik tunai hanya berjumlah 2–5 orang dengan nominal penarikan rata-rata berkisar antara Rp100.000–200.000 per orang.
Masih minimnya masyarakat yang menggunakan kartu kredit maupun debit untuk melakukan pembayaran dalam berbelanja juga disampaikan oleh Meli, kasir Alfamart yang ada di jalan Tawakal IX,Grogol,Petamburan, Jakarta Barat.
Menurutnya, dalam sehari setidaknya hanya ada 2–5 orang nasabah yang memanfaatkan kartu plastik. Dia juga memaparkan, walaupun jumlah pengguna sedikit, tetapi nominal yang dikeluarkan lebih besar daripada para pelanggan yang menggunakan uang tunai untuk belanja.
”Customer yang menggunakan kartu pembayaran dalam sekali belanja bisa menghabiskan dana berkisar antara Rp200.000 sampai Rp400.000 per orang. Sedangkan, para pelanggan yang menggunakan uang tunai biasanya hanya berbelanja dengan nominal Rp50.000 hingga Rp100.000 saja per orang,” jelasnya kepada SINDO.
Sejumlah pelanggan yang menggunakan e-money untuk transaksi jualbeli mengaku merasakan banyak keuntungan. Seperti yang disampaikan Cindy, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan.
Dia mengaku, dengan makin minimnya keamanan yang ada saat ini, dirinya lebih memilih untuk
berbelanja dengan menggunakan kartu daripada dengan uang tunai. ”Karena selain lebih praktis, keamanan dengan kartu ini juga lebih terjamin,” katanya saat di temui SINDOdi salah satu minimarket yang ada di kawasan Kalibata,Jakarta Selatan.
Kendati demikian, dia sangat menyayangkan bahwa pelayanan untuk penggunaan kartu ini belum berjalan dengan maksimal, ”Sebab, hingga kini tidak semua gerai minimarket memiliki alat pembayaran dengan kartu. Bahkan, terkadang alat yang ada juga tidak dapat beroperasi dengan baik, karena error atau rusak, ” tambahnya.
Minimnya transaksi melalui uang plastik ini merupakan tantangan bagi perbankan untuk menyosialisasikan uang plastik dengan lebih gencar. Mereka bukan hanya dituntut untuk memasarkan uang plastik kepada kalangan menengah atas.
Perbankan juga dituntut untuk lebih memperluas kerja sama dengan pihak ritel agar semakin banyak ritel yang melayani transaksi melalui uang plastik. Sedangkan bagi ritel modern, mereka dituntut untuk memberikan layanan yang cepat bagi pelanggan yang menggunakan uang plastik. Hal ini karena masih sering transaksi dengan uang plastik membutuhkan waktu lebih lama karena tidak didukung dengan fasilitas yang prima.
Saat ini di toko dan pusat perbelanjaan modern masih sulit ditemui pelanggan yang menggunakan uang plastik untuk bertransaksi, baik itu menggunakan kartu kredit maupun debit. Mayoritas pelanggan masih lebih suka menggunakan uang tunai untuk membayar barang belanjaan mereka. Pada minggu lalu harian Seputar Indonesia (SINDO) sengaja memperhatikan aktivitas di kasir beberapa supermarket.
Mereka umumnya membayar belanja dengan uang tunai. Seperti yang terlihat di Giant Wisma Asri Bekasi Utara. Sekitar setengah jam SINDO memperhatikan aktivitas di kasir, ada puluhan orang yang
membayar belanja mereka namun hanya beberapa orang yang menggunakan pembayaran dengan kartu ATM dan kartu kredit.
Bahkan, saat itu belum terlihat pelanggan yang menggunakan kartu yang khusus dipakai untuk alat
pembayaran yang dikeluarkan bank seperti Flazz.
Pada umumnya pelanggan yang menggunakan kartu ATM atau kartu kredit, adalah mereka yang belanja senila lebih dari Rp200.000. Jika hanya berbelanja seharga puluhan ribu atau di bawah Rp200.000, umumnya mereka menggunakan uang tunai.
Bahkan, masih banyak pelanggan yang membayar tunai meski belanjaan mereka bernilai lebih dari Rp200.000. Fenomena ini menandakan penggunaan uang plastik sangat terbatas.
Hanya kalangan tertentu saja yang menggunakan berbagai produk uang plastik untuk bertransaksi.
Umumnya pengguna uang elektronik adalah kalangan menengah atas, terbukti dari jumlah pembayaran belanja yang umumnya besar.
Minimnya transaksi dengan uang plastik juga diamini oleh sejumlah kasir toko modern. Seperti
pengakuan Sodikin,kasir Indomaret yang terletak di daerah Tomang, Jakarta Barat.
Menurutnya, jumlah pelanggan atau konsumen yang menggunakan kartu debit maupun kredit untuk belanja di gerai tempat dia bekerja masih jauh lebih sedikit jumlahnya daripada para customer yang
melakukan pembayaran dengan memanfaatkan uang tunai.
”Dalam sehari, banyaknya pelanggan yang menggunakan kartu kredit maupun debit baik untuk belanja maupun melakukan tarik tunai di gerai kami jumlahnya tidak menentu. Secara umum, dalam sehari hanya sekitar 5–10 orang pelanggan yang menggunakan fasilitas tersebut,” ungkapnya.
Menurut Sodikin, ada juga pelanggan yang menggunakan ATM mereka untuk melakukan tarik tunai melalui gerai yang dijaganya tersebut. Dalam sehari jumlah orang yang melakukan tarik tunai hanya berjumlah 2–5 orang dengan nominal penarikan rata-rata berkisar antara Rp100.000–200.000 per orang.
Masih minimnya masyarakat yang menggunakan kartu kredit maupun debit untuk melakukan pembayaran dalam berbelanja juga disampaikan oleh Meli, kasir Alfamart yang ada di jalan Tawakal IX,Grogol,Petamburan, Jakarta Barat.
Menurutnya, dalam sehari setidaknya hanya ada 2–5 orang nasabah yang memanfaatkan kartu plastik. Dia juga memaparkan, walaupun jumlah pengguna sedikit, tetapi nominal yang dikeluarkan lebih besar daripada para pelanggan yang menggunakan uang tunai untuk belanja.
”Customer yang menggunakan kartu pembayaran dalam sekali belanja bisa menghabiskan dana berkisar antara Rp200.000 sampai Rp400.000 per orang. Sedangkan, para pelanggan yang menggunakan uang tunai biasanya hanya berbelanja dengan nominal Rp50.000 hingga Rp100.000 saja per orang,” jelasnya kepada SINDO.
Sejumlah pelanggan yang menggunakan e-money untuk transaksi jualbeli mengaku merasakan banyak keuntungan. Seperti yang disampaikan Cindy, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan.
Dia mengaku, dengan makin minimnya keamanan yang ada saat ini, dirinya lebih memilih untuk
berbelanja dengan menggunakan kartu daripada dengan uang tunai. ”Karena selain lebih praktis, keamanan dengan kartu ini juga lebih terjamin,” katanya saat di temui SINDOdi salah satu minimarket yang ada di kawasan Kalibata,Jakarta Selatan.
Kendati demikian, dia sangat menyayangkan bahwa pelayanan untuk penggunaan kartu ini belum berjalan dengan maksimal, ”Sebab, hingga kini tidak semua gerai minimarket memiliki alat pembayaran dengan kartu. Bahkan, terkadang alat yang ada juga tidak dapat beroperasi dengan baik, karena error atau rusak, ” tambahnya.
Minimnya transaksi melalui uang plastik ini merupakan tantangan bagi perbankan untuk menyosialisasikan uang plastik dengan lebih gencar. Mereka bukan hanya dituntut untuk memasarkan uang plastik kepada kalangan menengah atas.
Perbankan juga dituntut untuk lebih memperluas kerja sama dengan pihak ritel agar semakin banyak ritel yang melayani transaksi melalui uang plastik. Sedangkan bagi ritel modern, mereka dituntut untuk memberikan layanan yang cepat bagi pelanggan yang menggunakan uang plastik. Hal ini karena masih sering transaksi dengan uang plastik membutuhkan waktu lebih lama karena tidak didukung dengan fasilitas yang prima.
(kur)