Karya ramah lingkungan

Minggu, 08 Juli 2012 - 21:48 WIB
Karya ramah lingkungan
Karya ramah lingkungan
A A A
KEPEDULIAN terhadap sekitar sering sekali menghasilkan ide kreatif. Hal ini dibuktikan oleh Dini Esfandiari dan Shofi Delaila Herdi yang menghasilkan karya mini multi commander (MMC).

MMC merupakan alat pesan elektrik yang berfungsi sebagai pengganti kertas. Alat ini efektif jika digunakan di kafe dan restoran. Karena inovasinya inilah, kedua dara tersebut mendapatkan special award dalam International Exhibition for Young Inventors (IEYI) yang berlangsung pada 28–30 Juni 2012 di Bangkok, Thailand. Ide MMC bermula ketika kedua siswi SMA Semesta Semarang ini mendapat tugas survei tentang penggunaan kertas dan dampaknya kepada lingkungan.

Saat itu Dini dan Shofi yang duduk di kelas II mendapat penugasan dari guru Biologi, untuk mengunjungi beberapa restoran guna mengetahui pengeluaran biaya belanja kertas pesan menu makan. “Dari tiga rumah makan besar yang kami datangi, mereka mengaku harus mengeluarkan dana sebesar Rp700.000 hingga 1 juta per bulan untuk belanja kertas pesan,” terangnya kepada SINDO.

Dengan MMC dilengkapi lampu indikator yang bisa menyala saat ada pesanan, MMC juga bisa digunakan sebagai alarm ataupun jam weker dengan suara rekaman sesuai dengan pesan yang diinginkan. “Selain itu, MMC juga bisa digunakan sebagai pengganti memo di rumah. Bahkan, dengan adanya MMC para orangtua juga bisa menggunakan alat ini untuk meninggalkan pesan lisan kepada anaknya yang masih balita,” ungkap Dini yang hobi berolahraga ini.

Sementara itu, Shofi menyatakan cara penggunaan alat berbentuk tabung dua sisi ini sangatlah mudah, sehingga orang awam pun bisa cepat mahir menggunakannya. Untuk merekam suara atau membuat pesanan, para pengguna hanya perlu membuka tutup tabung yang ada di bagian atas. Pelanggan dapat menyebutkan pesanan mereka, setelah itu tutup kembali tabung bagian atas dan lampu indikator akan menyala sebagai tanda bahwa ada pesanan.

Dalam penggunaannya, alat ini pun dapat diletakkan di meja pelanggan. Sehingga pelanggan bisa langsung menggunakan dengan hanya menekan tombol power dan membuka tutup tabung bagian atas. “Cara kerja mudah ini kami terapkan, semata-mata agar MMC bisa digunakan oleh siapa saja,” katanya. Shofi mengatakan, untuk merancang MMC selain mendapat bimbingan dari salah satu guru di SMA Semesta, juga mendapat bantuan dari Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang.

“Kami diizinkan menggunakan laboratorium elektronika yang ada pada universitas. Mahasiswa maupun dosen teknik elektro dari Undip juga kerap membantu dan memberikan teori-teori di bidang elektronika,” katanya. “Pada intinya, dengan adanya alat ini kami ingin pula turut serta berperan dalam mengatasi persoalan pemanasan global dengan mengurangi penebangan hutan untuk memproduksi kertas,” aku Shofi.

Selain Dini dan Shofi, pelajar Indonesia lain yang juga berhasil meraih special award dalam ajang IEYI adalah Nur Chabibur Rohim, Risang Yogardi, dan Muhammad Asrori yang menciptakan permainan edukasi, Jaritmatika Game. Menurut Nur Chabibur Rohim, biasa dipanggil Chabib, tujuan diciptakannya aplikasi permainan ini tidak lain ingin menumbuhkan kecintaan siswa-siswi dalam mempelajari ilmu Matematika.

Selain itu, permainan ini juga bertujuan agar memudahkan anak-anak belajar menghitung. Harus diakui hingga saat ini pelajaran berhitung sering sekali dianggap sebagai pelajaran yang menakutkan dan membosankan. “Seperti yang kami presentasikan di Bangkok, program ini akan memudahkan anak-anak kelas I–III SD yang kesulitan mempelajari matematika dengan metode pembelajaran yang menyenangkan. Bahkan, dengan adanya metode ini mereka akan dibuat kecanduan,” ujarnya kepada SINDO.

Permainan Jaritmatika ini mengajak anak-anak untuk memerankan sebuah karakter bernama Joko Tingkir. "Dalam perjalanannya di game ini, Joko Tingkir akan menemukan soal-soal matematika dasar, seperti penjumlahan dan perkalian,” terangnya. Pria kelahiran Semarang, 21 Februari 1994 ini mengatakan, sebelum diikut serta dalam ajang IEYI, program ini telah dicoba diterapkan di SD Karang Duren 1 Tengaran. Sebuah sekolah dasar yang tidak jauh dari SMKN 1 Tengaran. “Semuanya tertarik dengan permainan ini. Baik siswa maupun para guru,” katanya.

Sementara Risang Yogardi bercerita, pertemuan ketiganya tak lepas dari keikutsertaan mereka dalam ekstra kurikuler sekolah di bidang Karya Ilmiah Remaja (KIR). Lewat wadah tersebut ketiganya intens bertukar pikiran. "Tak hanya soal Jaritmatika saja. Banyak hal yang kita perbincangkan,” ungkapnya.

Kendati telah memenangkan kompetisi tingkat internasional, Risang menambahkan bahwa masih banyak yang perlu dia dan kedua temannya lakukan untuk penyempurnaan permainan Jaritmatika tersebut. Salah satunya, dia ingin permainannya itu bisa dalam bentuk Java, sehingga lebih mudah diaplikasikan ke berbagai jenis telepon seluler.

Sementara itu, Asrori mengakui, karena keterbatasan waktu, pengembangan sistem tidak dapat dilaksanakan sampai dengan akses online. "Oleh karena itu diharapkan apabila ada penelitian yang serupa di masa mendatang maka sistem serupa dikembangkan sampai dengan akses online,” tandasnya.
(hyk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9678 seconds (0.1#10.140)