Ringan tangan perusahaan besar
A
A
A
PERHATIAN pemerintah pada bidang pendidikan dan olahraga sering sekali normatif. Pemerintah sering terpaku pada aturan dan undang-undang yang dijalankan dengan kaku. Hal ini membuat dunia pendidikan dan olahraga cenderung stagnan.
Pihak swasta, hal ini para filantrop, mencoba memberikan kontribusi pada perkembangan pendidikan dan olahraga. Hal ini misalnya terlihat dari berbagai upaya yang dilakukan PT Jarum, yang secara konsisten memberikan beasiswa setiap tahun. Melalui Djarum Foundation, bukan hanya pendidikan yang menjadi perhatian, melainkan juga lingkungan, seni, hingga olahraga. Bahkan, pembinaan olahraga bulu tangkis yang dilakukan Djarum mempunyai kontribusi besar pada prestasi bulu tangkis Indonesia di ajang internasional.
Djarum mempunyai Perkumpulan Bulu Tangkis (PB) Djarum, yang sejak 28 April 1969 menjaring atlet melalui audisi spesial. Adapun audisi umum baru dilakukan mulai 2009. Tahun ini audisi umum akan diselenggarakan pada 6 Juli 2012. Agar bisa menjadi atlet penerima beasiswa dari PB Djarum, syaratnya adalah putra/putri berusia antara 10–15 tahun, memiliki postur tubuh yang baik, teknik yang mumpuni, serta daya juang tinggi.
Menurut President Director Djarum Foundation Victor R Hartono, pihaknya selalu mendukung penuh program PB Djarum. Hal ini terlihat dari penyiapan anggaran untuk menjalankan aktivitas PB, termasuk beasiswa bulu tangkis. “Jadi selama masih berumur 10–19 tahun, kami akan memberikan latihan, makan, tempat tinggal, dan membiayai mereka mengikuti turnamen nasional maupun internasional. Itu salah satu kontribusi kami untuk bulutangkis Indonesia. Kami juga melakukan audisi umum untuk merekrut atlet setiap tahunnya,” kata Victor.
Tahun ini ada 153 atlet yang menghuni PB Djarum. Victor yakin mereka akan menjadi atlet yang sangat bagus di masa depan. Apalagi, sejauh ini pihaknya terbukti melahirkan banyak atlet berkualitas setiap tahunnya, termasuk melahirkan banyak anggota Pelatnas Cipayung seperti Mohammad Ahsan, Maria Febe Kusumastuti, dan Meiliana Jauhari.
Aksi filantropi yang hampir serupa juga dilakukan Putra Sampoerna melalui Putera Sampoerna Foundation (PSF). Yayasan ini lebih fokus pada terobosan di bidang pendidikan. Salah satu lembaga yang didirikan yayasan ini adalah Sampoerna Academy, yang merupakan sistem pendidikan berasrama dan berstandar internasional. Saat ini Sampoerna Academy ada di empat kota, yaitu Malang, Palembang, Bali, dan Bogor. Hingga 2011, Sampoerna Academy telah membantu lebih dari 900 anak prasejahtera untuk dapat mengenyam pendidikan SMA bertaraf internasional melalui pemberian beasiswa.
”Sampoerna Academy dirancang sedemikian rupa dengan harapan dapat menjadi contoh bagi sekolah nasional lainnya, khususnya mengimplementasi standar internasional, sistem pendidikan asrama, dan memiliki visi untuk mencetak calon-calon pemimpin masa depan Indonesia yang berkualitas dengan moral dan karakter yang baik,” kata Nila Tanzil, Head of Communication PSF, dalam sebuah wawancara dengan Seputar Indonesia, beberapa waktu lalu.
Kurikulum Sampoerna Academy dirancang agar mampu mendidik siswa dalam hal akademik, keterampilan profesional, dan belajar tentang hidup (learning to live). Program akademik mempersiapkan siswa untuk ujian International General Certificate of Secondary Education (IGCSE) yang diakreditasi oleh University of Cambridge pada awal kelas XI dan ujian nasional (UN) akhir di kelas XII.
Tidak hanya berhenti pada Sampoerna Academy, PSF juga mempunyai program lain seperti student loan yang sudah diberikan kepada semua mahasiswa yang menuntut ilmu di Sampoerna School of Business dan Sampoerna School Of Education. Sumbangan PSF pada bidang pendidikan dilatarbelakangi sejumlah hal. PSF menilai dalam satu dekade terakhir, setiap tahun, sekitar 1,5 juta remaja tidak dapat melanjutkan pendidikan mereka.
Sekitar 16 persen dari ruang kelas sekolah berada dalam kondisi yang memprihatinkan, kondisi rusak berat, dan 57,40 persen guru berada di bawah syarat standar yang diperlukan. Dengan masalah-masalah pendidikan yang dihadapi Indonesia saat ini, diperlukan usaha yang nyata dan komitmen semua pihak masyarakat guna meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.
Pihak swasta, hal ini para filantrop, mencoba memberikan kontribusi pada perkembangan pendidikan dan olahraga. Hal ini misalnya terlihat dari berbagai upaya yang dilakukan PT Jarum, yang secara konsisten memberikan beasiswa setiap tahun. Melalui Djarum Foundation, bukan hanya pendidikan yang menjadi perhatian, melainkan juga lingkungan, seni, hingga olahraga. Bahkan, pembinaan olahraga bulu tangkis yang dilakukan Djarum mempunyai kontribusi besar pada prestasi bulu tangkis Indonesia di ajang internasional.
Djarum mempunyai Perkumpulan Bulu Tangkis (PB) Djarum, yang sejak 28 April 1969 menjaring atlet melalui audisi spesial. Adapun audisi umum baru dilakukan mulai 2009. Tahun ini audisi umum akan diselenggarakan pada 6 Juli 2012. Agar bisa menjadi atlet penerima beasiswa dari PB Djarum, syaratnya adalah putra/putri berusia antara 10–15 tahun, memiliki postur tubuh yang baik, teknik yang mumpuni, serta daya juang tinggi.
Menurut President Director Djarum Foundation Victor R Hartono, pihaknya selalu mendukung penuh program PB Djarum. Hal ini terlihat dari penyiapan anggaran untuk menjalankan aktivitas PB, termasuk beasiswa bulu tangkis. “Jadi selama masih berumur 10–19 tahun, kami akan memberikan latihan, makan, tempat tinggal, dan membiayai mereka mengikuti turnamen nasional maupun internasional. Itu salah satu kontribusi kami untuk bulutangkis Indonesia. Kami juga melakukan audisi umum untuk merekrut atlet setiap tahunnya,” kata Victor.
Tahun ini ada 153 atlet yang menghuni PB Djarum. Victor yakin mereka akan menjadi atlet yang sangat bagus di masa depan. Apalagi, sejauh ini pihaknya terbukti melahirkan banyak atlet berkualitas setiap tahunnya, termasuk melahirkan banyak anggota Pelatnas Cipayung seperti Mohammad Ahsan, Maria Febe Kusumastuti, dan Meiliana Jauhari.
Aksi filantropi yang hampir serupa juga dilakukan Putra Sampoerna melalui Putera Sampoerna Foundation (PSF). Yayasan ini lebih fokus pada terobosan di bidang pendidikan. Salah satu lembaga yang didirikan yayasan ini adalah Sampoerna Academy, yang merupakan sistem pendidikan berasrama dan berstandar internasional. Saat ini Sampoerna Academy ada di empat kota, yaitu Malang, Palembang, Bali, dan Bogor. Hingga 2011, Sampoerna Academy telah membantu lebih dari 900 anak prasejahtera untuk dapat mengenyam pendidikan SMA bertaraf internasional melalui pemberian beasiswa.
”Sampoerna Academy dirancang sedemikian rupa dengan harapan dapat menjadi contoh bagi sekolah nasional lainnya, khususnya mengimplementasi standar internasional, sistem pendidikan asrama, dan memiliki visi untuk mencetak calon-calon pemimpin masa depan Indonesia yang berkualitas dengan moral dan karakter yang baik,” kata Nila Tanzil, Head of Communication PSF, dalam sebuah wawancara dengan Seputar Indonesia, beberapa waktu lalu.
Kurikulum Sampoerna Academy dirancang agar mampu mendidik siswa dalam hal akademik, keterampilan profesional, dan belajar tentang hidup (learning to live). Program akademik mempersiapkan siswa untuk ujian International General Certificate of Secondary Education (IGCSE) yang diakreditasi oleh University of Cambridge pada awal kelas XI dan ujian nasional (UN) akhir di kelas XII.
Tidak hanya berhenti pada Sampoerna Academy, PSF juga mempunyai program lain seperti student loan yang sudah diberikan kepada semua mahasiswa yang menuntut ilmu di Sampoerna School of Business dan Sampoerna School Of Education. Sumbangan PSF pada bidang pendidikan dilatarbelakangi sejumlah hal. PSF menilai dalam satu dekade terakhir, setiap tahun, sekitar 1,5 juta remaja tidak dapat melanjutkan pendidikan mereka.
Sekitar 16 persen dari ruang kelas sekolah berada dalam kondisi yang memprihatinkan, kondisi rusak berat, dan 57,40 persen guru berada di bawah syarat standar yang diperlukan. Dengan masalah-masalah pendidikan yang dihadapi Indonesia saat ini, diperlukan usaha yang nyata dan komitmen semua pihak masyarakat guna meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.
(hyk)