Kampanye damai Pilkada DKI

Senin, 25 Juni 2012 - 09:42 WIB
Kampanye damai Pilkada DKI
Kampanye damai Pilkada DKI
A A A
KAMPANYE Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta sudah dimulai. Para calon yang ingin memimpin Jakarta lima tahun ke depan mulai unjuk gigi.

Promosi diri yang dilakukan para calon sah-sah saja sepanjang kampanye dilakukan secara baik dan bertanggung jawab. Masyarakat Jakarta saat ini sudah semakin cerdas. Mereka bisa menilai para calon pemimpinnya. Salah satunya dari visi misi yang mereka tawarkan untuk membangun Jakarta.

Karena itu, visi misi sangat penting karena menjadi pijakan bagi masyarakat untuk mengetahui komitmen dan kemampuan para calon untuk membuat Jakarta lebih beradab. Namun, perlu diingat, janji kampanye adalah amanah yang harus dipenuhi para calon jika nantinya terpilih.

Kalau tidak, masyarakat yang makin pandai akan terus menagih janji. Adanya enam pasang calon (Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli, Hendardji Soepandji-Ahmad Riza Patria, Joko Widodo-Basuki TjahajaPurnama, Hidayat Nur Wahid-Didik Junaidi Rachbini, Faisal Basri-Biem Benjamin, dan Alex Noerdin-Nono Sampono) yang akan meramaikan bursa Pilkada DKI merupakan hal positif dalam demokrasi.

Masyarakat pun semakin banyak memiliki pilihan siapa yang layak memimpin Jakarta lima tahun ke depan. Hal positif yang dapat dipetik dari keenam pasang calon adalah rasa optimisme yang tinggi.

Dengan keyakinan tinggi, tiap calon yakin bisa memenangi pilkada. Tak mengherankan jika kita melihat para calon setiap hari berupaya untuk mengenalkan diri mereka kepada warga Jakarta. Maklum, beberapa di antaranya berasal dari luar Jakarta. Tentu mereka perlu ekstrakeras dalam berkampanye dibandingkan para calon yang berasal dari DKI Jakarta sendiri. Banyak hal yang bisa dilakukan, bisa lewat media massa cetak, online maupun televisi (elektronik) atau juga bisa menggelar acara-acara off air yang dihadiri ribuan massa.

Atau mereka membuat program menarik dengan mendatangi komunitas atau warga tertentu. Karena itu, dalam masa kampanye ini, mereka harus pintar-pintar memanfaatkan waktu dan peluang agar pesannya bisa sampai ke pemilihnya. Sudah waktunya para calon untuk membuat sejarah baru pilkada tanpa adanya money politic. Bagaimanapun sudah menjadi rahasia umum bahwa pilkada di mana pun sangat rentan dan dekat dengan politik uang. Makanya hal itu merupakan tantangan yang harus menjadi perhatian para calon gubernur DKI.

Penyelenggaraan pesta rakyat tanpa adanya politik uang akan menjadi preseden baik bagi pilkada di seluruh Indonesia. Bagaimanapun Pilkada DKI merupakan barometer. Apa yang terjadi di Jakarta bisa menjadi pegangan atau contoh bagi pilkada di daerah. Sebaliknya, masyarakat juga jangan sampai tergoda dengan iming-iming politik uang pilkada. Tentu tidak bijak bila kita menggadaikan masa depan Jakarta demi beberapa ribu rupiah.Pilihlah calon yang memang dinilai layak memimpin Jakarta, yakni pemimpin yang memiliki karakter baik dan tegas serta bisa menjadikan Jakarta menjadi lebih baik. Itu sosok pemimpin yang diperlukan Jakarta. Pemimpin yang bisa menyembuhkan Jakarta dengan segala penyakit, permasalahan, dan kesemrawutannya. Warga Jakarta membutuhkan pemimpin yang bisa membuat Jakarta lebih aman dan nyaman. Jakarta yang bebas banjir dan macet. Jakarta yang bebas kejahatan. Jakarta yang beradab, yang bisa mengayomi seluruh masyarakat yang tinggal di dalamnya.

Terkait hal itu, dari awal yang harus ditanamkan oleh setiap calon adalah komitmen melaksanakan kampanye dengan damai. Selain itu, janji adanya sikap yang sportif dengan komitmen siap menang dan siap kalah harus sejak awal diikrarkan para calon. Ini penting agar jangan sampai ajang mulia ini nantinya berubah menjadi ajang permusuhan politik yang ujung ujungnya hanya akan merugikan masyarakat Jakarta sendiri. KPUD sebagai wasit diharapkan juga harus bersikap netral dan fair dalam melaksanakan kewajibannya.
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6750 seconds (0.1#10.140)