Fenomena Demokrat

Senin, 18 Juni 2012 - 08:00 WIB
Fenomena Demokrat
Fenomena Demokrat
A A A
Sindonews.com - Partai Demokrat (PD) terus bergejolak. Sulit bagi kita untuk mengatakan partai bentukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut baik-baik saja. Berbagai manuver yang dilakukan para kadernya malah membuat imej PD semakin merosot.

Dinamika partai memang biasa terjadi di partai mana pun. Namun sinyal adanya konflik internal PD makin hari makin besar. Bahkan, cenderung sudah merusak citra partai itu sendiri. Para kader PD seharusnya sadar bahwa partainya saat ini sedang berada dalam ujian berat.Tentunya mereka harus sadar kondisi PD saat ini sangat berbeda dengan awal berdirinya yang begitu tangguh dan solid.

Kita lihat dalam berbagai survei, posisi PD disebut memiliki elektabilitas yang kian turun. Meski hanya sebuah jajak pendapat, sinyal menurunnya elektabilitas partai seharusnya menjadi peringatan bersama para kader untuk mencari jalan keluar agar partai ini tetap dipilih masyarakat. Menurunnya tingkat elektabilitas partai ini disebabkan berbagai faktor yang kompleks.

Sebagai partai berkuasa yang dinilai masyarakat adalah bagai mana kinerja pemerintah SBY. Kebijakan SBY yang cenderung membingungkan dan tidak tegas salah satunya terkait dengan kebijakan energi. Hal ini secara tidak langsung juga sangat memengaruhi pandangan masyarakat terhadap PD. Kegagalan SBY dalam melakukan pemberantasan korupsi juga membuat imej partai semakin pudar.

Apalagi, sejumlah kader PD terjerat kasus korupsi, mulai Nazaruddin hingga Angelina Sondakh. Terlepas dari berbagai faktor di atas, seharusnya seluruh kader dan elite PD berintrospeksi untuk mencari jalan keluar yang tepat. Mereka sudah seharusnya merapatkan barisan dan bersatu dalam mencari solusi bersama untuk keluar dari prahara yang saat ini menderamereka. Namun, yang kita saksikan justru sebaliknya.

Para kader PD malah saling serang. Saling menjatuhkan. Dan yang aneh, Presiden SBY sepertinya terkesan tidak peduli dengan hal itu. Langkah SBY mengumpulkan para ketua DPD PD di Cikeas tanpa mengundang Ketua Umum Anas Urbaningrum justru membuat masyarakat kian tidak bersimpati. Masyarakat akhirnya tahu para elite PD tidak solid lagi.

Ditambah lagi dengan fenomena Forum Komunikasi Pendiri dan Deklarator (FKPD) yang diwujudkan para pendiri PD. Keterlibatan forum baru ini sebenarnya justru memperumit masalah di partai. Kehadiran kembali Ventje Rumangkang seharusnya dipertanyakan. Bagaimanapun sulit diterima nalar seorang kader bisa dipegang loyalitasnya setelah sempat keluar, kemudian masuk lagi ke PD karena gagal dengan partai barunya.

Manuver forum ini terlalu telanjang untuk tidak menyebut dibentuknya FKPD adalah untuk menyingkirkan Anas Urbaningrum dari kursi ketua umum. Kehadiran SBY dalam forum ini semakin memperjelas posisi SBY yang tampaknya sudah tidak menginginkan Anas lagi. Yang jelas, berbagai manuver para kader PD di atas bakal memperburuk keadaan. Apa yang dilakukan SBY saat ini bukan menyelamatkan partai, tetapi malah cenderung menghancurkannya. Yang seharusnya dilakukan SBY adalah bagaimana membuat partai ini kembali solid.

Sebagai tokoh sentral, SBY seharusnya tetap menjalankan agenda partai sesuai dengan amanat kongres di Bandung 2010 lalu. Karena yang diperlukan PD saat ini adalah bagaimana partai bisa meraih kejayaannya lagi seperti yang diraihnya pada Pemilu 2009 lalu. Kemenangan PD dalam Pemilu 2009 merupakan prestasi partai yang seharusnya dijaga dan dipertahankan.

Apalagi, pemilu sudah semakin dekat. Waktu dua tahun merupakan waktu yang amat singkat untuk mempersiapkan diri ikut dalam pesta rakyat tersebut. Di sinilah soliditas para kader partai sangat diperlukan agar PD tidak ditinggalkan pemilihnya. Sikap saling menyalahkan atau saling menjatuhkan antarkader justru malah tidak akan membuat PD mampu menaikkan elektabilitasnya.(azh)
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0514 seconds (0.1#10.140)