Deklarasikan segera pencapresan Ani
A
A
A
Sindonews.com - Peluang Ibu Negara Ani Yudhoyono untuk menjadi calon presiden (capres) terbuka lebar. Terlebih bila Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri batal diusung sebagai capres. Syaratnya, segera deklarasi dan gencarkan sosialisasi.
Pengamat politik dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) Pande Radja Silalahi menyatakan, berdasarkan hasil survei CSIS, Ani Yudhoyono termasuk salah satu tokoh yang sudah dikenal masyarakat secara luas.
Ani bisa mewakili sosok perempuan pemimpin yang perlu ditawarkan ke masyarakat. ”Selain Megawati, jarang ada lagi tokoh perempuan yang dianggap potensial menjadi capres. Ani Yudhoyono bisa menjadi pilihan utama dari kalangan perempuan,” ujarnya di Jakarta kemarin.
Menurut Pande, elektabilitas Ani memang masih di bawah Megawati. Namun jika PDIP tidak mengusung Megawati sebagai capres pada 2014 mendatang, kans Ani untuk menang bakal semakin terbuka.
Terlebih, rakyat calon pemilih menilai bahwa Ani hanya perlu melanjutkan kebijakan pemerintahan yang sudah dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). ”Karena itu, kalau Demokrat serius mau mengusung Ani Yudhoyono, deklarasikan secepatnya dan segera gencarkan sosialisasi,” tandasnya.
Hasil survei CSIS yang dilakukan 16–24 Januari 2012 dengan melibatkan 2.117 responden menunjukkan bahwa tingkat elektabilitas Ani Yudhoyono berada di peringkat keenam (3,0 persen) di antara namanama tokoh nasional yang masuk bursa bakal capres 2014. Peringkat pertama hingga kelima berturut-turut Megawati (10 persen), Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto (6,7 persen), mantan Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla (5,6 persen),Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie (5,2 persen), dan Sri Sultan Hamengku Buwono X (3,1 persen).
Sementara itu, pakar komunikasi politik dari Universitas Islam nasional (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Gun Gun Heryanto mengatakan, nama Ani relatif sulit dijual kepada pemilih di luar basis utama Demokrat.
Alasannya, Ani sangat identik dengan SBY dan sebagian masyarakat kecewa dengan pemerintahannya. SBY pun akan dinilai inkonsisten dengan ucapannya dan bisa ditanggapi nyinyir oleh kelompok rational voter.
Banyak pula kalangan yang meragukan sosok Ani sebagai pemimpin. ”Pemikiran-pemikiran kebangsaan Ani Yudhoyono dan jaringan internasionalnya selama ini tidak tampak selain sebagai pendamping SBY,” jelas Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute itu.
Pengamat politik dari Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung Asep Warlan Yusuf memandang dilontarkannya wacana pencapresan Ani Yudhoyono merupakan bentuk kepanikan kalangan elite Demokrat yang sedang krisis figur.
”Sebenarnya ada tokoh seperti Anas Urbaningrum (Ketua Umum DPP Partai Demokrat) dan Andi Mallarangeng (Sekretaris Dewan Pembina Partai Demokrat). Ada pula Djoko Suyanto (Menkopolhukam) dan Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo (KSAD). Tapi dua nama terakhir dinilai bukan murni kader partai,” katanya.
Asep menambahkan, peluang Ani Yudhoyono sebenarnya cukup berat untuk bisa memenangi Pilpres 2014. Dibandingkan dengan Megawati Soekarnoputri, figur Ani masih kalah segalanya,baik popularitas maupun elektabilitas.
Sementara itu, Ibu Negara Ani Yudhyono menolak untuk berkomentar seputar pencalonan dirinya sebagai capres 2014 . ”No comment ya. Saya kira tidak tepat saatnya untuk bertanya-tanya seperti itu,” kelit Ani menanggapi pertanyaan wartawan di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, kemarin.
Ani ditemui wartawan saat melihat dua mobil pintar yang akan dikirim ke wilayah perbatasan Indonesia. Saat itu, Ani menjelaskan secara singkat sejarah dan program mobil pintar yang digagas oleh Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (Sikib) sejak 2004.(lin)
Pengamat politik dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) Pande Radja Silalahi menyatakan, berdasarkan hasil survei CSIS, Ani Yudhoyono termasuk salah satu tokoh yang sudah dikenal masyarakat secara luas.
Ani bisa mewakili sosok perempuan pemimpin yang perlu ditawarkan ke masyarakat. ”Selain Megawati, jarang ada lagi tokoh perempuan yang dianggap potensial menjadi capres. Ani Yudhoyono bisa menjadi pilihan utama dari kalangan perempuan,” ujarnya di Jakarta kemarin.
Menurut Pande, elektabilitas Ani memang masih di bawah Megawati. Namun jika PDIP tidak mengusung Megawati sebagai capres pada 2014 mendatang, kans Ani untuk menang bakal semakin terbuka.
Terlebih, rakyat calon pemilih menilai bahwa Ani hanya perlu melanjutkan kebijakan pemerintahan yang sudah dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). ”Karena itu, kalau Demokrat serius mau mengusung Ani Yudhoyono, deklarasikan secepatnya dan segera gencarkan sosialisasi,” tandasnya.
Hasil survei CSIS yang dilakukan 16–24 Januari 2012 dengan melibatkan 2.117 responden menunjukkan bahwa tingkat elektabilitas Ani Yudhoyono berada di peringkat keenam (3,0 persen) di antara namanama tokoh nasional yang masuk bursa bakal capres 2014. Peringkat pertama hingga kelima berturut-turut Megawati (10 persen), Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto (6,7 persen), mantan Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla (5,6 persen),Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie (5,2 persen), dan Sri Sultan Hamengku Buwono X (3,1 persen).
Sementara itu, pakar komunikasi politik dari Universitas Islam nasional (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Gun Gun Heryanto mengatakan, nama Ani relatif sulit dijual kepada pemilih di luar basis utama Demokrat.
Alasannya, Ani sangat identik dengan SBY dan sebagian masyarakat kecewa dengan pemerintahannya. SBY pun akan dinilai inkonsisten dengan ucapannya dan bisa ditanggapi nyinyir oleh kelompok rational voter.
Banyak pula kalangan yang meragukan sosok Ani sebagai pemimpin. ”Pemikiran-pemikiran kebangsaan Ani Yudhoyono dan jaringan internasionalnya selama ini tidak tampak selain sebagai pendamping SBY,” jelas Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute itu.
Pengamat politik dari Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung Asep Warlan Yusuf memandang dilontarkannya wacana pencapresan Ani Yudhoyono merupakan bentuk kepanikan kalangan elite Demokrat yang sedang krisis figur.
”Sebenarnya ada tokoh seperti Anas Urbaningrum (Ketua Umum DPP Partai Demokrat) dan Andi Mallarangeng (Sekretaris Dewan Pembina Partai Demokrat). Ada pula Djoko Suyanto (Menkopolhukam) dan Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo (KSAD). Tapi dua nama terakhir dinilai bukan murni kader partai,” katanya.
Asep menambahkan, peluang Ani Yudhoyono sebenarnya cukup berat untuk bisa memenangi Pilpres 2014. Dibandingkan dengan Megawati Soekarnoputri, figur Ani masih kalah segalanya,baik popularitas maupun elektabilitas.
Sementara itu, Ibu Negara Ani Yudhyono menolak untuk berkomentar seputar pencalonan dirinya sebagai capres 2014 . ”No comment ya. Saya kira tidak tepat saatnya untuk bertanya-tanya seperti itu,” kelit Ani menanggapi pertanyaan wartawan di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, kemarin.
Ani ditemui wartawan saat melihat dua mobil pintar yang akan dikirim ke wilayah perbatasan Indonesia. Saat itu, Ani menjelaskan secara singkat sejarah dan program mobil pintar yang digagas oleh Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (Sikib) sejak 2004.(lin)
()