Konghucu minta masuk kurikulum ke Presiden
A
A
A
Sindonews.com - Umat Konghucu di Indonesia mengeluhkan belum adanya mata pelajaran agama Konghucu di sekolah-sekolah dan Perguruan Tinggi seluruh Indonesia.
Seperti diungkapkan Ketua Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia, Wawan Wiratna dalam pidatonya di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono dalam Perayaan Tahun Baru Imlek ke 2563 di Jakarta Convention Centre Senayan, Jumat (3/2/2012).
"Bersama ini kami juga laporkan bahwa umat Konghucu masih mendapatkan kendala dalam mata pelajaran Konghucu di sekolah dan beberapa perguruan tinggi," ujar Wawan.
Kendati demikian umat Konghucu berterimakasih karena telah dilayani dengan baik di bawah Sekretaris Jendral Agama.
"Semoga kedepan semakin ditingkatkan, agar kedepan bisa memiliki ruang lingkup yang lebih luas," katanya.
Dalam perayaan Imlek tahun ini, Wawan berharap masyarakat Indonesia yang majemuk tetap hidup rukun dalam perbedaan baik perbedaan ras, etnik, agama maupun status sosial.
"Sebagai bangsa kita amat majemuk. Ras, suku, etnik, agama, status sosial kita amat beragam. Namun itu bukan alasan untuk tak rukun dan bersatu," tutupnya.
Seperti diungkapkan Ketua Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia, Wawan Wiratna dalam pidatonya di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono dalam Perayaan Tahun Baru Imlek ke 2563 di Jakarta Convention Centre Senayan, Jumat (3/2/2012).
"Bersama ini kami juga laporkan bahwa umat Konghucu masih mendapatkan kendala dalam mata pelajaran Konghucu di sekolah dan beberapa perguruan tinggi," ujar Wawan.
Kendati demikian umat Konghucu berterimakasih karena telah dilayani dengan baik di bawah Sekretaris Jendral Agama.
"Semoga kedepan semakin ditingkatkan, agar kedepan bisa memiliki ruang lingkup yang lebih luas," katanya.
Dalam perayaan Imlek tahun ini, Wawan berharap masyarakat Indonesia yang majemuk tetap hidup rukun dalam perbedaan baik perbedaan ras, etnik, agama maupun status sosial.
"Sebagai bangsa kita amat majemuk. Ras, suku, etnik, agama, status sosial kita amat beragam. Namun itu bukan alasan untuk tak rukun dan bersatu," tutupnya.
()