Menanti kejatuhan bangkai satelit UARS

Jum'at, 23 September 2011 - 14:20 WIB
Menanti kejatuhan bangkai satelit UARS
Menanti kejatuhan bangkai satelit UARS
A A A
Sindonews.com - Beberapa hari ini kabar jatuhnya Upper Atmosphere Research Satellite (UARS) milik Amerika Serikat (AS) cukup menyita perhatian masyarakat.

UARS adalah satelit yang sudah tidak lagi berfungsi sejak 14 Desember 2005. Awalnya satelit ini diluncurkan pada 15 September 1991 oleh pesawat ruang angkasa milik NASA yaitu Discovery, untuk meneliti kimiawi air di luar ruang angkasa dan lapisan ozon, serta dampak matahari terhadap atmosfer.

Jatuhnya bangkai satelit ini ke bumi menarik perhatian karena diperkirakan akan menimpa beberapa wilayah di Indonesia. Kendati demikian, di mana lokasi tepatnya jatuh belum bisa dipastikan secara akurat, apakah di darat atau di lautan. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) memperkirakan kemungkinan besar bangkai satelit UARS akan jatuh besok pagi.

Menurut LAPAN, ketika bangkai satelit UARS memasuki atmosfer ada 26 bagian dari komponen UARS yang tidak hangus terbakar oleh gesekan atmosfer. NASA menyatakan jika ini merupakan bobot yang cukup besar mengingat belum pernah ada bangkai atau sampah antariksa seberat itu yang jatuh ke Bumi di masa lalu. Diketahui, satelit ini memiliki berat keseluruhan mencapai 6 ton.

"Ada sekira 26 bagian dari komponen satelit UARS yang tidak terbakar di atmosfer dan jatuh ke bumi. Paling besar memiliki bobot mencapai 159 kg, sedangkan terkecil memiliki bobot hanya 1 kg," kata Thomas Jamaluddin, peneliti LAPAN, Jumat (23/9/2011).

Masyarakat tidak perlu khawatir terkait kejatuhan puing-puing satelit ini. "Dipastikan bahwa komponen dari UARS tidak mengandung zat berbahaya. Hanya saja masyarakat diminta tetap waspada kalau saja benda tersebut jatuh ke pemukiman penduduk," ungkap Thomas.

Kemungkinan bangkai satelit NASA ini jatuh dipemukiman sangatlah kecil dengan perbandingan 1:3200. Ini artinya, jumlah pemukiman penduduk di bumi sangat kecil jika dibandingkan luas laut dan hutan yang terhampar luas di bumi.

Namun secara tegas Thomas tetap meminta masyarakat Indonesia untuk selalu waspada, mengingat Indonesia merupakan salah satu negara yang masuk dalam rentang 57 derajat lintang utara sampai 57 derajat lintang selatan. Indonesia juga merupakan negara yang luasnya berada pada garis ekuator atau khatulistiwa.

Lebih lanjut dijelaskan, pemantauan satelit secara internasional juga belum bisa menentukan wilayah mana saja yang akan menjadi tempat jatuhnya UARS secara pasti, kecuali beberapa jam sebelum bangkai satelit tersebut jatuh. Menurutnya, hal ini disebabkan karena adanya hambatan udara yang belum bisa ditentukan secara pasti dari jauh hari sebelumnya.

Terkait laporan NASA akan jatuhnya bangkai satelit UARS ke bumi, LAPAN meminta agar masyarakat melapor ke aparat terkait jika melihat benda jatuh dari langit. "Masyarakat diminta langsung melaporkan aparat terkait atau LAPAN jika melihat atau menemukan benda yang jatuh dari langit. Sebab perlu dilakukan pengamanan umum guna memastikan apakah benar benda tersebut adalah serpihan UARS atau bukan," ujar Thomas.

Kalau memang benar pecahan satelit ini jatuh di wilayah Indonesia terlebih di daratan, tentunya ini peristiwa tidak biasa. Semoga sampah antariksa ini tidak menimpa pemukiman karena bisa mendatangkan bahaya yang merusak, selain mengancam keselamatan jiwa warga.

Editor: Dadan M Ramdan
Laporan: Fiddy Anggriawan (Okezone)
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5190 seconds (0.1#10.140)