Empat Lembaga Buka Pendaftaraan Relawan Medis Tangani Virus Corona

Selasa, 24 Maret 2020 - 08:03 WIB
Empat Lembaga Buka Pendaftaraan...
Empat Lembaga Buka Pendaftaraan Relawan Medis Tangani Virus Corona
A A A
JAKARTA - Kerja keras tanpa lelah yang ditunjukkan tenaga medis dalam menangani penderita corona di Tanah Air memicu simpati banyak pihak. Demi ikut membantu penanganan pasien, banyak anggota masyarakat yang tergerak menjadi relawan. Sejumlah lembaga pun meresponsnya dengan membuka pendaftaran relawan.

Para relawan ini akan ditugaskan membantu penanganan pasien di rumah sakit rujukan dan rumah sakit darurat yang dibentuk pemerintah. Relawan yang direkrut diutamakan yang berlatar belakang ilmu kesehatan, baik kedokteran, farmasi, kesehatan masyarakat, maupun keperawatan. Namun, masyarakat dengan latar belakang pendidikan di luar kesehatan juga bisa ikut mendaftar.

Hingga kemarin, sedikitnya empat lembaga yang membuka pendaftaran relawan. Mereka yakni Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kementerian BUMN, dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Sebelum terjun bertugas, para relawan ini lebih dulu dibekali pengarahan dan pelatihan. (Baca: Tenaga Medis Terlalu Lelah Tangani Pasien Corona, IDI Rekrut Dokter Relawan)

PB IDI khusus merekrut tenaga dokter umum dan dokter spesialis. Kebutuhan dokter dinilai mendesak seiring bertambahnya jumlah pasien. Banyak dokter yang kelelahan dan harus bekerja lebih dari durasi yang seharusnya.

“Alasan kami menyiapkan relawan karena dokter yang bertugas saat ini sudah kelelahan, jadi perlu digantikan sementara,” ujar Sekretaris Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 PB IDI Dyah Agustina Waluyo kepada KORAN SINDO kemarin.

Dyah mengatakan perekrutan relawan medis harus dilakukan karena kalau ada dokter yang merawat pasien positif maka dia otomatis menjadi ODP (orang dalam pengawasan) atau bahkan PDP (pasien dalam pengawasan) bila ditemukan gejala. Setiap yang berstatus ODP dan PDP maka dia harus melakukan self isolation (isolasi mandiri) selama 14 hari.

“Dengan kasus Covid-19 yang bertambah banyak, IDI harus menyiapkan relawan medis ini,” ujarnya.

Menurut Dyah, seyogianya dokter dan tenaga medis bekerja 14 hari, lalu 14 hari kemudian mereka diisitirahatkan dulu. Pihaknya khawatir jika tenaga medis ini bekerja tanpa istirahat, mereka akan kelelahan secara fisik dan juga mental.
Sampai Jumat (20/3/2020) telah terdata 50 dokter umum. Adapun dokter spesialis paru dan dokter penyakit dalam yang direkrut diatur oleh perhimpunan masing-masing. Dyah menjelaskan, untuk proses rekrutmen relawan ini, PB IDI melakukan seleksi sesuai dengan persyaratan yang ada. Untuk penempatan disesuaikan dengan permintaan dan kebutuhan.

“Kami harus screening dulu sesuai persyaratan yang ada. Penempatannya saat ini tergantung tempat yang meminta,” terang Dyah. (Baca juga: IDI Sebut Rekrutmen Dokter Relawan Diutamakan untuk Jakarta dan Wisma Atlet)

Kemendikbud juga ikut melakukan rekrutmen relawan khusus mahasiswa. Relawan yang direkrut baik medis maupun nonmedis. "Relawan mahasiswa ini nantinya memiliki tugas untuk komunikasi, informasi, dan edukasi. Misalnya di pusat panggilan, penelusuran, pemeriksaan, dan lainnya," ujar Dirjen Pendidikan Tinggi Kemendikbud Nizam di Jakarta kemarin.

Relawan yang bergerak pada nonmedis, kata dia, tidak menangani pasien secara langsung. Namun, bagi relawan medis dan harus berhubungan dengan orang yang diduga terjangkit Covid-19 maka wajib memakai alat pelindung diri (APD). "Tidak boleh relawan terjun ke lapangan tanpa APD," kata dia.

Rekrutmen relawan tersebut bekerja sama dengan Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia, Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia, Asosiasi Institusi Profesi Ners Indonesia, Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan Masyarakat Indonesia, dan Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia.

Komisi IX DPR mengingatkan agar para relawan yang membantu penanganan virus korona diseleksi secara ketat. Selain itu, mereka perlu diberi insentif serta jaminan saat menjalankan tugas.

Anggota Komisi IX DPR Saleh Partaonan Daulay mengatakan, ikut berdiri di barisan terdepan melawan penyebaran virus korona tidak mudah. Maka itu,dia meminta rekrutmennya lebih diarahkan pada fresh graduate atau mereka yang baru tamat dari universitas.

Saleh mengimbau kepada alumni fakultas kedokteran dan tenaga medis lainnya untuk mau ikut serta program kemanusiaan karena Indonesia menanti kontribusi mereka. Saat ini Indonesia memanggil anak negeri untuk berkontribusi kepada sesama. “Karena ini ilmunya sangat spesifik, kesehatan. Mereka yang mengerti di bidang ini,” kata Saleh.

Saleh juga mengapresiasi lembaga yang berpartisipasi dalam pencegahan penyebaran virus korona dengan melakukan perekrutan relawan. Pihaknya berharap relawan itu akan ditempatkan sesuai dengan kebutuhannya; karena faktanya, selain untuk pengobatan dan perawatan, mengatasi virus korona membutuhkan orang di luar keahlian kesehatan.

“Katakanlah orang untuk memantau aktivitas masyarakat, sejauh ini ada imbauan masyarakat untuk melakukan social distancing, menjaga jarak dalam interaksi sosial. Relawan bisa ditempatkan untuk mengawasi sehingga orang itu tidak berkerubung di tempat keramaian,” paparnya.

Kemudian soal jaminan kesehatan, Saleh mengakui bahwa pekerjaan ini memang berisiko. Untuk itu, pemerintah harus juga memberikan insentif dan keperluan yang dibutuhkan para relawan saat mereka bekerja di situ. Terlebih, Presiden Jokowi juga akan memberikan insentif tambahan bagi para tenaga medis.

“Bagi dokter umum Rp15 juta, kemudian perawat dan bidan Rp7,5 juta, tim medis lain Rp5 juta. Ini wajar, kan kerjanya tidak mudah,” tandasnya.

Namun demikian, dia meyakini bahwa mereka yang mendaftar menjadi relawan ini bukan karena motivasi uang atau penghargaan, melainkan berdasarkan kerelaan dan keinginan mereka menjalankan misi kemanusiaan. (Kiswondari/ant)
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8457 seconds (0.1#10.140)