ACT Bantu Korban Konflik Kemanusiaan di India

Jum'at, 13 Maret 2020 - 20:42 WIB
ACT Bantu Korban Konflik...
ACT Bantu Korban Konflik Kemanusiaan di India
A A A
JAKARTA - Aksi Cepat Tanggap (ACT) menyalurkan bantuan kepada masyarakat India yang menjadi korban konflik kemanusiaan, tepatnya di New Delhi, India. Banyak pengungsi membutuhkan bantuan akibat konflik kemanusiaan di negara tersebut.

Dewan Pembina ACT, Syuhelmaidi Syukur mengatakan, untuk menyampaikan amanah dari para donatur yang diberikan masyarakat Indonesia ke ACT untuk korban konflik kemanusiaan di India, ACT membentuk tim dan memberangkatkannya ke India pada 6 Maret 2020.

Bantuan yang diberikan berupa paket pangan 10 kg tepung gandum 5 kg beras, gula, minyak goreng, teh, garam, dan bumbu masakan.

Lalu, santunan pada korban dan keluarga korban kerusuhan New Delhi, termasuk kepada korban yang rumahnya telah hancur. Warga yang tempat usahanya hancur dan kehilangan pencariannya serta janda yang kehilangan anaknya.

"Kita disana hanya beberapa hari pasca masa-masa menegangkan di sana karena pekan sebelumnya diberlakukan jam malam sehingga kita tak bisa mendistribusikan bantuan. Namun, prinsip kita memberikan bantuan secara langsung," ujar Syuhelmaidi kepada wartawan, Jumat (13/3/2020).

Menurut dia, di New Delhi, ACT pun bertemu dengan majelis ulama di India guna menanyakan kondisi di kota tersebut agar tak dalah langkah dalam pemberian bantuan. ACT pun sempat melihat kondisi rumah-rumah warga yang terbakar, masjid, dan bangunan lainnya.

"ACT dalam memberikan bantuan fokus kita pada para korban atau pengungsi, baik itu bencana alam, konflik kemanusiaan, ataupun krisis kemanusiaan karena ACT merupakan lembaga kemanusiaan," tuturnya.

Dia menjelaskan, pemberian bantuan ke luar negeri dilakukan karena dalam bencana, konflik kemanusiaan, atau krisis kemanusiaan itu menimbulkan banyak korban sehingga ACT pun hadir membantu.

Apalagi, konflik di India itu membuat puluhan ribu orang jadi korban, mengungsi, dan puluhan orang kehilangan nyawanya.

Tidak hanya di India, ACT pun sudah kerap memberikan bantuan, seperti di Yaman karena krisis kelaparan dan gizi buruk, lalu Suriah, Nepal, China, dan negara lainnya. Semua bantuan diberikan secara langsung pada para korban.

Pemberian bantuan itu, kata dia, dilakukan pada semua manusia yang membutuhkan bantuan tanpa memandang ras, suku, dan agamanya. ACT sebagai lembaga independen pun memberikan bantuan agar bisa menjadi rahmat bagai siapa pun tak melibatkan diri pada isu-isu politik, murni hanya karena kemanusiaan.

"Bahkan, saat aksi pun kita kerja sama dengan pihak terkait, termasuk Kemenlu. Lalu, mengunjungi Kedutaan Besar Indonesia di negara yang kita kunjungi guna melaporkan program yang kami laksanakan sekaligus meminta arahan dengan siapa sebaiknya kami bekerja sama di sana agar mendapatkan mitra terpercaya," terangnya.

Semua itu, paparnya, dilakukan demi rasa kemanusiaan, apalagi masyarakat Indonesia begitu peduli pada sesamanya sehingga ACT pun selalu semangat dalam menyampaikan amanah masyarakat Indonesia pada saudara-saudaranya yang membutuhkan, baik di luar negeri maupun di dalam negeri.

Semua kegiatan yang dilakukan pun selalu ACT kabarkan ke publik, khususnya melalui chanel yang dimiliki ACT, baik di Youtube, Facebook, Instagram, Twitter maupun website resmi ACT.

Namun, ACT menyesalkan tentang adanya pihak tertentu yang sengaja ataupun tidak dalam memberikan informasi tak bertanggung jawab terkait kegiatan ACT itu.

Bahkan, pemberian informasi itu pun tanpa klarifikasi pada ACT sehingga ACT pun merasa dirugikan, padahal setiap melakukan aksi kemanusiaan, khususnya hingga ke luar negeri ACT pun membawa nama baik Indonesia sendiri.

Sementara itu, Direktur Global Humanity Response (GHR)–ACT, Bambang Triyono mengungkapkan, ACT perlu memberikan penjelasan terkait informasi tersebut karena bentuk tanggung jawab ACT pada para donatur, yakni masyarakat Indonesia yang telah memberikan amanahnya itu. Sejatinya, pemberian bantuan pada masyarakat India pun di New Delhi telah diberikan.

"Ada satu pemberitaan di media online di India dan baru kali ini, yang mana headlinenya agak lucu dan judulnya di buat seperti itu. Di situ disebutkan ada kerusuhan dan Lembaga di Indonesia mendukung kerusuhan di India, New Delhi," tuturnya.

Dia menilai, pemberitaan itu merupakan cacat secara fakta, data dan etika bila didasarkan pada kode etik jurnalistik internasional, apalagi tanpa klarifikasi. Sayangnya, media lokal di Indonesia justru mengutipnya pula tanpa klarifikasi pula pada ACT.

"Desember 2019 terjadi demonstrasi besar-besaran hingga akhirnya terjadi kerusuhan (di bulan Februari 2020). ACT memberikan bantuan pada Maret, jadi secara logika pun sudah cacat jika disebut kami terlibat kerusuhan itu," lanjutnya.

Namun, tambahnya, ACT pun mengapresiasi masyarakat Indonesia, khususnya para donatur yang cerdas dalam menanggapi pemberitaan tersebut.

Mereka justru tak lantas percaya begitu saja dengan pemberitaan tak benar itu dan melakukan pembelaan-pembelaan, khususnya di media sosial. "Jadi, saat ada pemberitaan miring tentang ini (kegiatan ACT), kami fikir pihak ini tak paham tentang tindakan kemanusiaan yang kita lakukan di lapangan," katanya.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8292 seconds (0.1#10.140)