Survei PRC: Mayoritas Perempuan Ingin Pemimpin Politik Laki-laki
A
A
A
JAKARTA - Mayoritas perempuan di Indonesia menginginkan pemimpin politik seorang laki-laki. Hal ini dapat dilihat dalam temuan survei Politika Research and Consulting (PRC) mengenai latar belakang gender calon presiden-calon wakil presiden (capres-cawapres) 2024.
Hanya sekira 7,2 persen saja yang menyatakan ingin sesama perempuan meraih posisi politik tertinggi tersebut. Sebaliknya, capres-cawapres laki-laki dipilih sekitar 72,2 persen oleh mayoritas responden perempuan.
(Baca juga: Soal Calon Bos Ibu Kota Baru, Budiman Sudjatmiko: Tergantung Pak Jokowi Mau Apa)
Sisanya tidak tahu atau tidak menjawab. Demikian salah satu temuan penting survei nasional yang dilakukan oleh PRC-PPI, akhir Januari-Awal Februari lalu.
Menurut Direktur Utama PRC, Rio Prayogo, angka 7,2 persen dibagi empat orang nama yaitu, Tri Rismaharini (3,0 persen), Khofifah Indar Parawansa (2,6 persen), Susi Pujiastuti (1,1 persen), dan Puan Maharani (0,5 persen).
"Ada satu alasan kuat yang ditemukan dalam survei ini mengapa tokoh-tokoh perempuan tersebut tidak banyak dipilih oleh pemilih perempuan sendiri," ujar Rio Prayogo dalam rilis hasil survei dan diskusi media, Perempuan, Politik dan Media di Universitas Budi Luhur, Selasa (10/3/2020).
"Sebesar 73,8 persen menginginkan pemimpin Indonesia adalah laki-laki, baik sebagai presiden maupun wakil presidennya. Tentu preferensi perempuan itu erat kaitannya dengan konstruk sosial budaya dan agama di Indonesia," tambahnya.
Namun menurut Rio, hambatan itu bisa dimodifikasi. Caranya para tokoh tokoh perempuan yang memiliki kapasitas dan posisi politik strategis wajib tampil dan membawa agenda strategis keperempuaanan lebih populer dan tidak elitis, seperti akses pendidkan, pengawalan akses kesehatan ibu rumah tangga dan anak di samping urusan utama yakni sembako.
Mayoritas perempuan di Indonesia menginginkan pemimpin politik seorang laki-laki. Hal ini dapat dilihat dalam temuan survei Politika Research and Consulting (PRC) mengenai latar belakang gender calon presiden-calon wakil presiden (capres-cawapres) 2024.
Hanya sekira 7,2 persen saja yang menyatakan ingin sesama perempuan meraih posisi politik tertinggi tersebut. Sebaliknya capres-cawapres laki-laki dipilih sekitar 72,2 persen oleh mayoritas responden perempuan.
Sisanya tidak tahu atau tidak menjawab. Demikian salah satu temuan penting survei nasional yang dilakukan oleh PRC-PPI, akhir Januari-Awal Februari lalu.
Hanya sekira 7,2 persen saja yang menyatakan ingin sesama perempuan meraih posisi politik tertinggi tersebut. Sebaliknya, capres-cawapres laki-laki dipilih sekitar 72,2 persen oleh mayoritas responden perempuan.
(Baca juga: Soal Calon Bos Ibu Kota Baru, Budiman Sudjatmiko: Tergantung Pak Jokowi Mau Apa)
Sisanya tidak tahu atau tidak menjawab. Demikian salah satu temuan penting survei nasional yang dilakukan oleh PRC-PPI, akhir Januari-Awal Februari lalu.
Menurut Direktur Utama PRC, Rio Prayogo, angka 7,2 persen dibagi empat orang nama yaitu, Tri Rismaharini (3,0 persen), Khofifah Indar Parawansa (2,6 persen), Susi Pujiastuti (1,1 persen), dan Puan Maharani (0,5 persen).
"Ada satu alasan kuat yang ditemukan dalam survei ini mengapa tokoh-tokoh perempuan tersebut tidak banyak dipilih oleh pemilih perempuan sendiri," ujar Rio Prayogo dalam rilis hasil survei dan diskusi media, Perempuan, Politik dan Media di Universitas Budi Luhur, Selasa (10/3/2020).
"Sebesar 73,8 persen menginginkan pemimpin Indonesia adalah laki-laki, baik sebagai presiden maupun wakil presidennya. Tentu preferensi perempuan itu erat kaitannya dengan konstruk sosial budaya dan agama di Indonesia," tambahnya.
Namun menurut Rio, hambatan itu bisa dimodifikasi. Caranya para tokoh tokoh perempuan yang memiliki kapasitas dan posisi politik strategis wajib tampil dan membawa agenda strategis keperempuaanan lebih populer dan tidak elitis, seperti akses pendidkan, pengawalan akses kesehatan ibu rumah tangga dan anak di samping urusan utama yakni sembako.
Mayoritas perempuan di Indonesia menginginkan pemimpin politik seorang laki-laki. Hal ini dapat dilihat dalam temuan survei Politika Research and Consulting (PRC) mengenai latar belakang gender calon presiden-calon wakil presiden (capres-cawapres) 2024.
Hanya sekira 7,2 persen saja yang menyatakan ingin sesama perempuan meraih posisi politik tertinggi tersebut. Sebaliknya capres-cawapres laki-laki dipilih sekitar 72,2 persen oleh mayoritas responden perempuan.
Sisanya tidak tahu atau tidak menjawab. Demikian salah satu temuan penting survei nasional yang dilakukan oleh PRC-PPI, akhir Januari-Awal Februari lalu.
(maf)