Penderita Virus Corona Meningkat, Pemerintah Diminta Libatkan RS Swasta

Senin, 09 Maret 2020 - 06:09 WIB
Penderita Virus Corona...
Penderita Virus Corona Meningkat, Pemerintah Diminta Libatkan RS Swasta
A A A
JAKARTA - Pemerintah perlu menggandeng rumah sakit (RS) swasta untuk menangani virus corona (Covid-19). Selain banyak di antara mereka yang sudah memiliki kemampuan dan fasilitas memadai, pelibatan RS swasta juga diperlukan untuk meningkatkan kemampuan early warning dan mengantisipasi penambahan pasien corona.

Usulan menggandeng RS swasta disampaikan Kepala Lembaga Biologi Molekul (LBM) Eijkman, Amin Subandrio. Pemerintah sejauh ini sudah melibatkan total 137 RS negeri di seluruh Indonesia untuk menjadi rujukan penanganan corona.

Walaupun ada tren peningkatan wabah corona di luar China daratan seperti Italia dan Korea Selatan, kondisi di Tanah Air relatif terkendali. Laporan teranyar, jumlah pasien positif corona bertambah dari empat orang menjadi enam orang. Adapun jumlah suspect 23 orang, meningkat dibanding pada Jumat, 7 Maret 2020 sebanyak 11 orang. (Baca: Jumlah Suspect Corona Meningkat Jadi 23 Orang)

“Kalau seandainya diberi wewenang, rumah sakit swasta yang memang memiliki fasilitas mereka bisa membantu untuk early detection," ujar Amin Subandrio dalam diskusi di kawasan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, kemarin.

Dia menggariskan, kewenangan yang diberikan kepada RS swasta tentu tanpa meninggalkan kewajiban berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui dinasnya di berbagai provinsi atau kota. “Kalau misal positif mereka enggak boleh ngomong dulu, harus cepat memberi tahu kepada Kemenkes. Misal setelah divalidasi dan dipastikan betul positif, baru diumumkan supaya tak muncul dari mana-mana informasinya," tuturnya.

Anggota Komisi IX DPR RI Nabil Haroen merespons positif usulan agar RS dilibatkan dalam penanganan corona. Dia menilai langkah tersebut sebagai bagian partisipasi masyarakat. "Namun, harus ditinjau ulang, dipelajari, apakah RS tersebut memenuhi persyaratan standar protokol yang berlaku dan apakah itu sesuai (atau) tidak dengan peraturan perundang-undangan," katanya.

Sebelumnya Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meminta Menkes menambah rumah sakit penanganan virus corona. Penambahan tersebut satu di antaranya dapat berasal dari rumah sakit swasta.

"Arahan Pak Presiden, Pak Menkes, supaya menambah jumlah (rumah sakit). Terutama melibatkan rumah sakit swasta yang memenuhi syarat terutama yang (tipe) A," ungkapnya. Dalam pandangannya, semua RS memang harus dilibatkan walaupun bukan sebagai rumah sakit rujukan. Dengan demikian, jika menerima pasien yang ternyata mengidap corona, mereka bisa menangani dengan baik sebelum mengirim pasien ke RS rujukan.

Sementara itu, jumlah kasus positif corona kembali bertambah. Setelah sebelumnya empat orang positif corona, hari ini bertambah menjadi enam orang. “Hari ini dari hasil pemeriksaan laboratorium kita menambah dua kasus positif,” kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto kemarin.

Menurut dia, dua kasus baru disebut sebagai kasus nomor lima dan nomor enam. Untuk kasus nomor lima berjenis kelamin laki-laki dan berusia 55 tahun, dan saat ini menjalani perawatan di RS Sulianti Saroso. Dia mengungkapkan, kasus nomor lima merupakan pemeriksaan lanjutan dari tracing kasus Jakarta yang sebelumnya dilaporkan sebagai suspect.

Sedangkan kasus nomor enam juga berjenis kelamin laki-laki dan berusia 36 tahun, dan menjalani perawatan di Rumah Sakit Persahabatan. Kasus dimaksud merupakan imported case yang dia dapatkan dari Jepang pada saat bekerja sebagai anak buah kapal (ABK) Diomond Princess. (Baca juga: Istana Benarkan Satu Lagi WNI Terjangkit Corona di Singapura)

“Kondisi keduanya saat ini stabil. Di mana keduanya tidak menunjukkan ada gejala parah. Tidak membutuhkan oksigen, tidak diinfus, sadar penuh, tidak demam, tidak batuk, dan tidak pilek. Jadi kondisinya dalam keadaan baik,” jelasnya.

Untuk kasus nomor satu dan dua yang diketahui berasal dari Depok, kondisinya sudah kian membaik. Mereka bahkan sudah melakukan perawatan diri sendiri. Achmad Yurianto menyebut mereka tinggal menunggu hasil laboratorium sebelum boleh dipulangkan. Sementara kondisi kasus nomor tiga dan empat juga membaik. Walaupun masih batuk, mereka sudah tidak demam lagi.

Italia Isolasi 16 Juta Warga

Pemerintah Italia memerintahkan isolasi terhadap wilayah Lombady di utara negara tersebut, termasuk ibu kota finansial Milan, sebagai upaya untuk membendung penyebaran virus corona . Isolasi itu berdampak terhadap 16 juta penduduk di kawasan tersebut dan diberlakukan hingga 3 April mendatang dan diteken oleh Perdana Menteri (PM) Italia Giuseppe Conte.

Aturan tersebut melarang orang masuk dan meninggalkan Lombardy, kawasan terkaya Italia beserta 14 provinsi lainnya di empat kawasan, termasuk kota-kota di Venesia, Modena, Parma, Piacenza, Reggio Emilia, dan Rimini. Conte mengungkapkan, tidak ada orang diizinkan masuk atau keluar kawasan tersebut meskipun mereka memiliki alasan pekerjaan atau kesehatan.

“Kita menghadapi darurat nasional. Kita memilih dari mengawali untuk mengambil garis kebenaran dan transparansi,” ujar Conte, dilansir Reuters. “Kita membatasi penyebaran virus dan mencegah rumah sakit kita dibanjiri,” paparnya.

Jalanan di kota-kota di Italia utara, termasuk di Milan, relatif lebih tenang kemarin bagi. Pelayanan di bandara Milan kemarin masih berjalan normal. Kereta juga masih melayani perjalanan. Itu disebabkan aturan isolasi tersebut harus mendapatkan persetujuan parlemen.

Langkah kian ketat terpaksa diambil Italia mengingat jumlah korban tewas akibat virus corona di Italia terus meningkat, dari 36 menjadi 233. Lebih dari 36 orang tewas akibat virus corona dalam 24 jam terakhir.

Sedangkan jumlah pasien yang dirawat di ruang perawatan intensif mencapai 567 atau meningkat 23% dibandingkan hari sebelumnya. Dari 5.883 warga Italia yang terinfeksi virus korona, 589 orang berhasil sembuh. “Kini kita menekankan pembangunan pusat perawatan intensif,” kata Antonio Pesenti, kepala unit respons krisis kawasan Lombardy. “Salah satu sistem kesehatan di dunia, Lombardy, hampir saja hancur,” katanya.

Selain Italia, wabah corona di luar China juga mengkhawatirkan Pemerintah Iran dan Korea Selatan. Di Iran, 194 orang meninggal karena virus korona dan 6.566 orang terinfeksi. Iran menjadi satu di antara negara yang memiliki jumlah korban tewas terbesar di luar China.

"Terdapat 743 orang baru yang terinfeksi virus corona setelah pemeriksaan laboratorium. Dalam 24 jam terakhir terdapat 49 orang meninggal dunia,” ujar Juru Bicara Pemerintah Iran Kianush Jahanpur.

Adapun Korea Selatan bisa bernafas lega karena ada tren penurunan di bawah 300 kasus dan terendah sejak akhir Februari lalu. The Korea Centers for Disease Control and Prevention (KCDC) melaporkan 272 kasus virus corona baru dari total 7.313 kasus di negara tersebut. Sedangkan jumlah korban tewas mencapai 50 orang. “Penurunan itu setelah pemerintah hampir selesai memeriksa 200.000 anggota Gereja Yesus Shincheonji,” kata Direktur KCDC Jeong Eun-kyeong.

Secara global, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan jumlah korban yang terinfeksi virus corona telah mencapai 102.000 kasus dan 3.500 pasien meninggal dunia. Sebagian besar korban tewas berada di China. Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan penyebaran virus sangat memprihatinkan. "Kita menyarankan semua negara untuk membuat penanganan berdasarkan prioritas mereka," katanya.

Sementara itu perusahaan-perusahaan teknologi di Silicon Valley, California, Amerika Serikat (AS), sebelumnya memperingatkan agar melarang para stafnya melakukan kunjungan yang tidak urgent. “Kami merekomendasikan agar staf bekerja di rumah,” demikian anjuran Facebook. Anjuran serupa juga disampaikan oleh Amazon, Google, Microsoft, dan Twitter. (Dita Angga/ Andika H Mmustaqim/Abdul Rochim)
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2148 seconds (0.1#10.140)