Sejumlah Faktor Kenapa Partai Islam di Indonesia Sulit Bersatu
A
A
A
JAKARTA - Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menilai, banyak alasan kenapa sulit menyatukan partai-partai Islam dalam satu wadah partai Islam tunggal.
"Pertama, perbedaan ideologi. Meski sama-sama berideologi Islam, tapi tafsir terhadap ajaran Islam relatif beragam," tutur Adi saat dihubungi SINDOnews, Senin (2/3/2020).
(Baca juga: PKB Minta Indonesia Terlibat Selesaikan Konflik Bernuansa Agama di India)
Kedua lanjut dia, faktor ego sektoral masing-masing partai berbasis Islam. Menurutnya, karena basis pemilihnya berasal dari warna Islam yang beda-beda, maka wacana partai Islam tunggal akan sulit terwujud.
Ditambahkan dia, dalam sejarahnya fragmentasi politik islam cukup ekstrim. "Karenanya kekuatan politik islam sukar disatukan dalam kolam satu kolam politik yang sama," kata analis politik asal UIN Jakarta itu.
Sementara itu, Dosen Sosilogi Politik UIN Jakarta, Bakir Ihsan menganggap, partai politik pada dasarnya lahir dari irisan sosial yang ada. Sehingga, wacana partai Islam tunggal disebutnya akan sulit terbentuk.
"Islam di Indonesia tidak tunggal. Ada NU, Muhammadiyah, Persis, dan lain-lalin yang secara politik sulit ditunggalkan," tegas Bakir dihubungi terpisah.
Dengan demikian, menurutnya, politik keumatan tidak harus hadir dari partai politik yang tunggal. "Sinergitas politisi muslim dari beragam partai yang concern pada masalah keumatan bisa efektif," jelas Bakir menandaskan.
"Pertama, perbedaan ideologi. Meski sama-sama berideologi Islam, tapi tafsir terhadap ajaran Islam relatif beragam," tutur Adi saat dihubungi SINDOnews, Senin (2/3/2020).
(Baca juga: PKB Minta Indonesia Terlibat Selesaikan Konflik Bernuansa Agama di India)
Kedua lanjut dia, faktor ego sektoral masing-masing partai berbasis Islam. Menurutnya, karena basis pemilihnya berasal dari warna Islam yang beda-beda, maka wacana partai Islam tunggal akan sulit terwujud.
Ditambahkan dia, dalam sejarahnya fragmentasi politik islam cukup ekstrim. "Karenanya kekuatan politik islam sukar disatukan dalam kolam satu kolam politik yang sama," kata analis politik asal UIN Jakarta itu.
Sementara itu, Dosen Sosilogi Politik UIN Jakarta, Bakir Ihsan menganggap, partai politik pada dasarnya lahir dari irisan sosial yang ada. Sehingga, wacana partai Islam tunggal disebutnya akan sulit terbentuk.
"Islam di Indonesia tidak tunggal. Ada NU, Muhammadiyah, Persis, dan lain-lalin yang secara politik sulit ditunggalkan," tegas Bakir dihubungi terpisah.
Dengan demikian, menurutnya, politik keumatan tidak harus hadir dari partai politik yang tunggal. "Sinergitas politisi muslim dari beragam partai yang concern pada masalah keumatan bisa efektif," jelas Bakir menandaskan.
(maf)