Di Hadapan DPR, Yudian Jelaskan Soal Pernyataan Agama Musuh Pancasila
A
A
A
JAKARTA - Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi menjawab pernyataannya bahwa agama merupakan musuh Pancasila saat dicecar sejumlah Anggota Komisi II DPR dalam rapat dengar pendapat (RDP) Komisi II DPR sore kemarin.
Yudian menjelaskan bahwa yang paling mahal adalah persatuan sehingga Indonesia bisa dijajah sampai 434 tahun karena menurutnya tidak adanya persatuan hingga muncul persatuan lewat Sumpah Pemuda sebagai ideologi perlawanan. Pada tanggal 17 Agustus yang diperingatkan sebagai Hari Kemerdekaan Republik Indonesia merupakan mukjizat dari Allah SWT yang disebutnya demikian karena dia seorang muslim.
“Jadi kalau kita banding misalnya dengan Amerika, Amerika besar tetapi dia pecahan Inggris. Rusia besar tetapi dia pecahan Soviet. India pakistan besar tetepai hanya pecahan Inggris dan itu hanya dimerdekakan. Tetapi kita beda, kita yang terjajah sekian ratus tahun tercabik cabik itu tiba tiba muncul sebagai kekuatan besar yang namanya hari ini NKRI,” ujar Yudian mengawali penjelasannya di Ruang Rapat Komisi II DPR, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (18/2/2020).
Sehingga, Yudian mengaku bahwa dirinya ingin mengingatkan bahwa kenikmatan ini harus disyukuri. Caranya, dengan melihat Pancasila sebagai konsensus tertinggi di negara ini. Tetapi, kalau dia menjelaskan dengan menggunakan filfasat hukum Islam atau ushul fiqh agar bisa menerima bahwa Pancasila itu mengikat.
Itu sulit karena, banyak tafsiran-tafsiran dari berbagai kelompok agama yang berbeda. Seperti misalnya ketentuan soal ziarah kubur di mana NU dan Muhammadiyah berbeda. Sehingga, jika ditafsirkan secra pribadi atau kelompok saja maka akan ada benturan di bawah karena ini sebuah bangsa yang besar.
“Maka saya katakan sekarang untuk memahami Pancasila ini, apa, saya katakan ini konsensus. Jadi, kalau pakai bahasa Islam, bahasa fiqh, Pancasila itu ilahi, religius dari segi sumber dan tujuannya. Yang saya maksud kelima sila Pancasila itu ada dengan mudah ditemukan dalam kitab suci keenam agama yang diakui secada konstitusional oleh Republik Indonesia. Perintah bertuhan itu ada, perintah berkemanusian itu ada, perintah bersatu ada, perintah bermusyawarah itu ada, perintah berkadilan itu ada,” terangnya.
“Nah, sekarang tapi itu bahasa saya dari segitu tujuan Pancasila itu saya pakai unsur fiqih supaya nggak disalahpahami sebagai orang muslim itu bersifat ilahi. Ada di situ tapi bagaimana cara mewujudkannya kita butuh bahasa fiqih waitain, pelipatan unsur kemanusiaan. Sebagai contoh, kita ingin mewujudkan persatuan Indoneska. Banyak caranya, kalau kita tanya kepada Alquran dan Hadits itu akan terbatas,” sambungnya.
Karena itu, Yudian menegaskan bahwa yang dimaksud agama menjadi musuh Pancasila jika salah mengelola. Dia mencoba menjelaskan dengan menggunakan hukum kebendaan bahwa jika bangsa dan negara ini tidak bisa mengelola apapun itu maka bisa terjadi laknat agama dan itu merupakan hukum Allah. Sehingga, dia mencoba mengingatkan bahwa sebaiknya bangsa ini kembali ke konsensus dasar yakni Pancasila.
“Itu yang sedang saya ingatkan, sebaiknya bangsa ini kembali ke konsensus ini maksud saya awalnya begini. Sebab jika tidak kita kelola dengan baik ini akan menjadi laknat, itu maksudnya agama jadi musuh kalau ada orang-orang bergama menggunakan agama secara sepihak secara ekstrim. Ini menjadi musuh ini yang dimaksudkan. Jadi tujuan saya ke sana sebenernya, dipotong oleh Detik (nama media daring) dengan judul itu,” tandasnya.
Yudian menjelaskan bahwa yang paling mahal adalah persatuan sehingga Indonesia bisa dijajah sampai 434 tahun karena menurutnya tidak adanya persatuan hingga muncul persatuan lewat Sumpah Pemuda sebagai ideologi perlawanan. Pada tanggal 17 Agustus yang diperingatkan sebagai Hari Kemerdekaan Republik Indonesia merupakan mukjizat dari Allah SWT yang disebutnya demikian karena dia seorang muslim.
“Jadi kalau kita banding misalnya dengan Amerika, Amerika besar tetapi dia pecahan Inggris. Rusia besar tetapi dia pecahan Soviet. India pakistan besar tetepai hanya pecahan Inggris dan itu hanya dimerdekakan. Tetapi kita beda, kita yang terjajah sekian ratus tahun tercabik cabik itu tiba tiba muncul sebagai kekuatan besar yang namanya hari ini NKRI,” ujar Yudian mengawali penjelasannya di Ruang Rapat Komisi II DPR, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (18/2/2020).
Sehingga, Yudian mengaku bahwa dirinya ingin mengingatkan bahwa kenikmatan ini harus disyukuri. Caranya, dengan melihat Pancasila sebagai konsensus tertinggi di negara ini. Tetapi, kalau dia menjelaskan dengan menggunakan filfasat hukum Islam atau ushul fiqh agar bisa menerima bahwa Pancasila itu mengikat.
Itu sulit karena, banyak tafsiran-tafsiran dari berbagai kelompok agama yang berbeda. Seperti misalnya ketentuan soal ziarah kubur di mana NU dan Muhammadiyah berbeda. Sehingga, jika ditafsirkan secra pribadi atau kelompok saja maka akan ada benturan di bawah karena ini sebuah bangsa yang besar.
“Maka saya katakan sekarang untuk memahami Pancasila ini, apa, saya katakan ini konsensus. Jadi, kalau pakai bahasa Islam, bahasa fiqh, Pancasila itu ilahi, religius dari segi sumber dan tujuannya. Yang saya maksud kelima sila Pancasila itu ada dengan mudah ditemukan dalam kitab suci keenam agama yang diakui secada konstitusional oleh Republik Indonesia. Perintah bertuhan itu ada, perintah berkemanusian itu ada, perintah bersatu ada, perintah bermusyawarah itu ada, perintah berkadilan itu ada,” terangnya.
“Nah, sekarang tapi itu bahasa saya dari segitu tujuan Pancasila itu saya pakai unsur fiqih supaya nggak disalahpahami sebagai orang muslim itu bersifat ilahi. Ada di situ tapi bagaimana cara mewujudkannya kita butuh bahasa fiqih waitain, pelipatan unsur kemanusiaan. Sebagai contoh, kita ingin mewujudkan persatuan Indoneska. Banyak caranya, kalau kita tanya kepada Alquran dan Hadits itu akan terbatas,” sambungnya.
Karena itu, Yudian menegaskan bahwa yang dimaksud agama menjadi musuh Pancasila jika salah mengelola. Dia mencoba menjelaskan dengan menggunakan hukum kebendaan bahwa jika bangsa dan negara ini tidak bisa mengelola apapun itu maka bisa terjadi laknat agama dan itu merupakan hukum Allah. Sehingga, dia mencoba mengingatkan bahwa sebaiknya bangsa ini kembali ke konsensus dasar yakni Pancasila.
“Itu yang sedang saya ingatkan, sebaiknya bangsa ini kembali ke konsensus ini maksud saya awalnya begini. Sebab jika tidak kita kelola dengan baik ini akan menjadi laknat, itu maksudnya agama jadi musuh kalau ada orang-orang bergama menggunakan agama secara sepihak secara ekstrim. Ini menjadi musuh ini yang dimaksudkan. Jadi tujuan saya ke sana sebenernya, dipotong oleh Detik (nama media daring) dengan judul itu,” tandasnya.
(kri)