100 Hari Kementerian BUMN, Milenial: Gebrakannya Oke, Tunggu Outputnya
A
A
A
JAKARTA - Kinerja 100 hari Kabinet Joko Widodo-Ma'ruf Amin, khususnya Kementerian BUMN mendapat respons dari kalangan mahasiswa dan milenial.
Ada yang masih skeptis, namun sebagian besar milenial dan mahasiswa memberi catatan positif pada kinerja 100 hari pertama Kementerian BUMN.
Salah satu mahasiswa pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia, Alphasius Omega Dixon mengapresiasi terobosan yang dilakukan Menteri BUMN Erick Thohir pada 100 hari masa jabatan.
Kendati tidak secara secara detail mengikuti perkembangan politik terkini, namun mahasiswa semester dua program studi Strategic Management ini menilai pesan yang diberikan Kementerian BUMN berupa gebrakan yang positif. "Oke sih gebrakannya. Tinggal tunggu output-nya, benar tidak sesuai wacana," katanya, Minggu (9/2/2020). (Baca Juga: Survei 100 Hari Kabinet: Kemlu Terbaik, Erick Thohir Paling Disukai)
Sementara itu, mahasiswa Pascasarjana FEB Universitas Gadjah Mada Gabriela Mathilda Mahodim mengatakan, belum bisa berkomentar banyak atas kinerja 100 hari pemerintahan khususnya sektor BUMN.
Bagi dia, terlalu dini untuk mengukur kinerja hanya dalam 100 hari. "Masih baru, belum ada yang bisa gue comment. Masih wait and see," ujar mahasiswa jurusan ilmu manajemen itu.
Sebaliknya, akademisi muda Universitas Islam Nasional (UIN), Endi Aulia Garadian menilai ada indikasi positif dari kinerja 100 hari di sektor BUMN. Sebagai anak muda dan akademisi, dia menganggap apa yang dilakukan Menteri BUMN bisa menjadi contoh.
Profesionalisme dinilainya menjadi hal yang diapresiasi atas kinerja Kementerian BUMN di bawah kepemimpinan Erick. "Saya suka cara dia kerja, memberlakukan perusahaan sebagai perusahaan, sekalipun itu perusahaan negara. Apa-apa yang menghambat kinerja perusahaan negara dibenahi," ujar Endi.
Endi juga menilai apa yang dilakukan Erick meninggalkan zona nyaman di dunia bisnis untuk terjun menangani pemerintahan patut diapresiasi. Ini sesuai dengan karakter milenial yang out of the box.
"Dia memilih jalur pengabdian bangsa dan meninggalkan bisnisnya," ujarnya.
Kendati demikian, apa yang dilakukan Erick dinilai baru sekadar awal. Apresiasi secara penuh baru bisa diberikan setelah publik menyaksikan kinerja BUMN dalam tahun-tahun mendatang.
Meski secara umum dinilai positif, namun para milenial juga meninggalkan catatan bagi Erick dan kementerian BUMN.
Menurut mereka, apa yang dilakukan Kementerian BUMN dinilai harus tercermin hingga ke level terbawah. Mahasiswa Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Oktaviany menilai positif kinerja kementerian BUMN adalah bagaimana budaya birokrasi mulai terpangkas oleh budaya yang lebih business-oriented.
"Sejauh ini, Pak Erick lebih profit minded daripada birokrasional. Lebih gaya swasta. Tapi itu justru bagus," ujarnya. Namun mahasiswa Strategic Management ini menilai, sisi negatif yang masih perlu dibenahi Kementerian BUMN adalah level yang bersinggungan langsung dengan masyarakat.
"Perlu lebih terjun ke lini bawah juga dan perkuat aturan and SOP. Soalnya saya sebagai pekerja milenial yang bermitra dengan BUMN lini bawah masih merasakan sejumlah hal negatif yang telah membudaya lama di lini bawahnya," tuturnya.
Ada yang masih skeptis, namun sebagian besar milenial dan mahasiswa memberi catatan positif pada kinerja 100 hari pertama Kementerian BUMN.
Salah satu mahasiswa pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia, Alphasius Omega Dixon mengapresiasi terobosan yang dilakukan Menteri BUMN Erick Thohir pada 100 hari masa jabatan.
Kendati tidak secara secara detail mengikuti perkembangan politik terkini, namun mahasiswa semester dua program studi Strategic Management ini menilai pesan yang diberikan Kementerian BUMN berupa gebrakan yang positif. "Oke sih gebrakannya. Tinggal tunggu output-nya, benar tidak sesuai wacana," katanya, Minggu (9/2/2020). (Baca Juga: Survei 100 Hari Kabinet: Kemlu Terbaik, Erick Thohir Paling Disukai)
Sementara itu, mahasiswa Pascasarjana FEB Universitas Gadjah Mada Gabriela Mathilda Mahodim mengatakan, belum bisa berkomentar banyak atas kinerja 100 hari pemerintahan khususnya sektor BUMN.
Bagi dia, terlalu dini untuk mengukur kinerja hanya dalam 100 hari. "Masih baru, belum ada yang bisa gue comment. Masih wait and see," ujar mahasiswa jurusan ilmu manajemen itu.
Sebaliknya, akademisi muda Universitas Islam Nasional (UIN), Endi Aulia Garadian menilai ada indikasi positif dari kinerja 100 hari di sektor BUMN. Sebagai anak muda dan akademisi, dia menganggap apa yang dilakukan Menteri BUMN bisa menjadi contoh.
Profesionalisme dinilainya menjadi hal yang diapresiasi atas kinerja Kementerian BUMN di bawah kepemimpinan Erick. "Saya suka cara dia kerja, memberlakukan perusahaan sebagai perusahaan, sekalipun itu perusahaan negara. Apa-apa yang menghambat kinerja perusahaan negara dibenahi," ujar Endi.
Endi juga menilai apa yang dilakukan Erick meninggalkan zona nyaman di dunia bisnis untuk terjun menangani pemerintahan patut diapresiasi. Ini sesuai dengan karakter milenial yang out of the box.
"Dia memilih jalur pengabdian bangsa dan meninggalkan bisnisnya," ujarnya.
Kendati demikian, apa yang dilakukan Erick dinilai baru sekadar awal. Apresiasi secara penuh baru bisa diberikan setelah publik menyaksikan kinerja BUMN dalam tahun-tahun mendatang.
Meski secara umum dinilai positif, namun para milenial juga meninggalkan catatan bagi Erick dan kementerian BUMN.
Menurut mereka, apa yang dilakukan Kementerian BUMN dinilai harus tercermin hingga ke level terbawah. Mahasiswa Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Oktaviany menilai positif kinerja kementerian BUMN adalah bagaimana budaya birokrasi mulai terpangkas oleh budaya yang lebih business-oriented.
"Sejauh ini, Pak Erick lebih profit minded daripada birokrasional. Lebih gaya swasta. Tapi itu justru bagus," ujarnya. Namun mahasiswa Strategic Management ini menilai, sisi negatif yang masih perlu dibenahi Kementerian BUMN adalah level yang bersinggungan langsung dengan masyarakat.
"Perlu lebih terjun ke lini bawah juga dan perkuat aturan and SOP. Soalnya saya sebagai pekerja milenial yang bermitra dengan BUMN lini bawah masih merasakan sejumlah hal negatif yang telah membudaya lama di lini bawahnya," tuturnya.
(dam)