Kepala BNPB: Urusan Kebencanaan Butuh Penanganan Secara Pentahelix

Selasa, 14 Januari 2020 - 08:47 WIB
Kepala BNPB: Urusan Kebencanaan Butuh Penanganan Secara Pentahelix
Kepala BNPB: Urusan Kebencanaan Butuh Penanganan Secara Pentahelix
A A A
NUSA DUA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo menyampaikan bahwa bencana selalu beririsan dengan setiap individu. Oleh karena itu, urusan kebencanaan butuh penanganan secara pentahelix karena menjadi tanggung jawab bersama.

Hal ini disampaikan Doni dalam kegiatan the 9th International Conference on Building Resilience dan 4th ITB Centennial International Conference on Disaster Management yang diselenggarakan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) yang didukung Universitas Hudderfields, Inggris pada 13-15 Januari 2020 di Nusa Dua, Bali.

“Semua pihak wajib memiliki kesadaran kolektif akan kepedulian terhadap bencana,” tegas Doni di Westin Nusa Dua, Bali (13/1/2020).

Sementara itu, pentahelix sendiri dimaknai Doni sebagai kerangka kerja dalam berkegiatan dan berkarya agar lebih maksimal, khususnya dalam konteks penanggulangan bencana di Indonesia.

Pentahelix, jelas Doni adalah pihak atau helix yang memiliki peran, kepentingan maupun karakternya. Mereka terdiri dari pemerintah, masyarakat, dunia usaha, akademisi atau pakar dan media massa.

“Pencegahan dan penanganan bencana alam, tidak bisa dilakukan oleh satu pihak. Dalam hal ini, pentahelix adalah sebuah jawaban. Tinggal disesuaikan jurus pentahelix prabencana, tanggap darurat dan pascabencana. Sebab karakter masalahnya berbeda beda dan juga memperhatikan aspek lokal,“ jelas Doni.

Di samping itu, kata Doni nilai sinergitas dan gotong-royong merupakan nilai yang patut dijunjung tinggi untuk urusan kebencanaan. Hal tersebut tidak terlepas dari kenyataan bahwa Indonesia sebagai wilayah yang rawan bencana. Nilai sinergitas bermakna bahwa penanggulangan bencana di Indonesia dapat berlangsung efektif.

Doni menyampaikan gotong-royong melalui pentahelix, nilai tersebut harus diupayakan berbagai pihak sesuai dengan fungsi dan kapasitasnya. Menurut Doni, nilai gotong-royong adalah murni jati diri bangsa Indonesia. “Saya percaya jika itu gotong-royong, maka tidak akan pernah luntur. Kita hanya perlu mengasah,” terang Doni.

Doni menilai bahwa ruh gotong-royong terdapat pengertian tulus-ikhlas, ringan sama dijinjing, berat sama dipikul, rela berkorban dan tanpa pamrih. “Karena itu, pentahelix dalam praktiknya adalah semangat jiwa gotong royong,” ucap Doni dalam satu kesempatan.

Pada kegiatan peringatan 100 tahun ITB ini, Doni juga menyampaikan bahwa salah satu helix yang berperan strategis dalam penanggulangan bencana yaitu akademisi atau pakar. Mereka berperan melakukan kajian saintifik atau pun rekomendasi dalam pengurangan risiko bencana.

“Belajar dari banyak peristiwa bencana, akademisi dan pakar yang tergabung di perguruan tinggi yaitu Institut Teknologi Bandung (ITB) turut mendukung upaya-upaya pengurangan risiko bencana,” jelas Doni.

Doni juga menambahkan bahwa terkait dengan penguatan edukasi, penelitian dan pengabdian masyarakat, mulai dari riset-riset dasar pemahaman risiko, upaya mitigasi hingga kesiapsiagaan bencana, ITB diharapkan menjadi salah satu pelopor dalam menggagas Program Perguruan Tinggi Tangguh Bencana yang telah diluncurkan pada 25 Januari 2019 lalu secara nasional.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 4.6827 seconds (0.1#10.140)