Komisi V DPR Pertanyakan Akurasi Data BMKG Soal Daerah Rawan Banjir
A
A
A
JAKARTA - Komisi V DPR RI mempertanyakan akurasi data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengenai potensi daerah rawan banjir. Berdasarkan data Prakiraan Daerah Potensi Banjir Dasarian I dan II Januari 2020 yang dirilis BMKG di situs resminya tidak ada potensi banjir besar di Jabodetabek, bahkan DKI Jakarta aman dari banjir.
“Kenapa akurasi BMKG tentang prakiraan daerah potensi rawan banjir meleset jauh seperti ini. Dalam rilis BMKG di website resminya, diperkirakan DKI Jakarta aman banjir pada dasarian I Januari 2020. Tapi, kenyataannya banjir besar. Begitu juga dengan daerah Jabodetabek lainnya semua diprediksi banjir rendah, tapi yang terjadi banjir sampai menenggelamkan rumah,” kata Anggota Komisi V DPR Sigit Sosiantomo kepada wartawan di Jakarta, Kamis (2/1/2020).
Sigit menyesalkan rendahnya akurasi data BMKG dalam memprakirakan potensi banjir sehingga menyebabkan kurangnya antisipasi pemerintah dan warga. Terlebih, tidak berjalannya early warning system bencana banjir sehingga banyak warga yang terjebak dan ketidaksiapan pemerintah menangani bencana sehingga lambannya proses evakuasi dan distribusi bantuan, khususnya makanan, pakaian dan obat-obatan.
“Ini bukan pertama kali terjadi. Tahun lalu BMKG juga melakukan kesalahan prediksi tsunami di Selat Sunda. Akibatnya banyak korban jiwa,” imbuhnya.
Menurut Sigit, sebagai lembaga negara yang menyiapkan dan menganalisa data iklim, BKMG seharusnya bisa membuat prediksi yang akurat terlebih kita berada di daerah bencana.
“Bagaimana bisa mewujudkan BMKG berkelas dunia demi menuju Indonesia selamat dan menjadi rujukan masyarakat internasional kalau datanya saja sering tidak akurat,” tukas Politisi PKS itu.
Seperti diketahui, daerah Jabodetabek mengalami banjir besar sejak Rabu, 1 Januari 2020 dini hari. Ketinggian banjir disejumlah pemukiman bahkan sampai atap rumah. Tak hanya merendam permukiman, banjir di awal tahun 2020 ini juga merendam sejumlah jalan tol sehingga menyebabkan kemacetan parah.
Salah satu faktor penyebab banjir besar disebagian wilayah Jabodetabek awal tahun ini adalah curah hujan yang sangat tinggi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengutip data BMKG, merilis curah hujan hari ini di Jakarta tertinggi sejak 1996. Titik hujan tertinggi ini ada di Jakarta Timur dengan curah hujan 377 mm/hari. Sementara curah hujan pada banjir besar tahun 1996 hanya berkisar 216 mm/hari.
“Kenapa akurasi BMKG tentang prakiraan daerah potensi rawan banjir meleset jauh seperti ini. Dalam rilis BMKG di website resminya, diperkirakan DKI Jakarta aman banjir pada dasarian I Januari 2020. Tapi, kenyataannya banjir besar. Begitu juga dengan daerah Jabodetabek lainnya semua diprediksi banjir rendah, tapi yang terjadi banjir sampai menenggelamkan rumah,” kata Anggota Komisi V DPR Sigit Sosiantomo kepada wartawan di Jakarta, Kamis (2/1/2020).
Sigit menyesalkan rendahnya akurasi data BMKG dalam memprakirakan potensi banjir sehingga menyebabkan kurangnya antisipasi pemerintah dan warga. Terlebih, tidak berjalannya early warning system bencana banjir sehingga banyak warga yang terjebak dan ketidaksiapan pemerintah menangani bencana sehingga lambannya proses evakuasi dan distribusi bantuan, khususnya makanan, pakaian dan obat-obatan.
“Ini bukan pertama kali terjadi. Tahun lalu BMKG juga melakukan kesalahan prediksi tsunami di Selat Sunda. Akibatnya banyak korban jiwa,” imbuhnya.
Menurut Sigit, sebagai lembaga negara yang menyiapkan dan menganalisa data iklim, BKMG seharusnya bisa membuat prediksi yang akurat terlebih kita berada di daerah bencana.
“Bagaimana bisa mewujudkan BMKG berkelas dunia demi menuju Indonesia selamat dan menjadi rujukan masyarakat internasional kalau datanya saja sering tidak akurat,” tukas Politisi PKS itu.
Seperti diketahui, daerah Jabodetabek mengalami banjir besar sejak Rabu, 1 Januari 2020 dini hari. Ketinggian banjir disejumlah pemukiman bahkan sampai atap rumah. Tak hanya merendam permukiman, banjir di awal tahun 2020 ini juga merendam sejumlah jalan tol sehingga menyebabkan kemacetan parah.
Salah satu faktor penyebab banjir besar disebagian wilayah Jabodetabek awal tahun ini adalah curah hujan yang sangat tinggi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengutip data BMKG, merilis curah hujan hari ini di Jakarta tertinggi sejak 1996. Titik hujan tertinggi ini ada di Jakarta Timur dengan curah hujan 377 mm/hari. Sementara curah hujan pada banjir besar tahun 1996 hanya berkisar 216 mm/hari.
(pur)