Konflik Hanura Memanas, Kubu Ambhara Desak OSO Lepas Kursi Ketum
A
A
A
JAKARTA - Konflik di internal Partai Hanura (Hati Nurani Rakyat) kembali memanas. Pernyataan kader Hanura di bawah Kepemimpinan Oesman Sapta Odang (OSO), Inaz Nasrullah Zubir saat live di TV swasta beberapa waktu lalu, menyulut reaksi kader Hanura kubu Ambhara/Bambu Apus.
Salah satunya, Wakil Ketua Umum Partai Hanura kubu Ambhara Patrika S Andi Paturusi. Anggie, sapaan akrab Patrika mengaku tak terima jika mantan Ketua Umum Partai Hanura Wiranto disalahkan terkait dengan kondisi Partai Hanura saat ini. Anggie juga meluruskan pernyataan Inaz soal OSO jadi Ketua Umum Partai Hanura karena dipaksa oleh Wiranto. Termasuk soal isi fakta integritas yang dikatakan dibuat atas keinginan Wiranto dkk. "Tidak betul itu. Ini pernyataan yang menyesatkan," kata Anggie dalam pernyataan persnya, di Jakarta, Kamis (26/12/2019). (Baca juga: Memanas, Pendiri Hanura Ancam Polisikan Kubu Wiranto)
Diungkapkan, fakta integritas yang ditandatangani OSO dibuat atas kesadaraan sendiri, tidak ada unsur paksaan untuk menandatanganinya. Menurutnya, OSO ini bukan karakter yang mudah untuk dipaksa. "Contohnya saja dipaksa mundur jadi ketua umum partai oleh KPU sebagai syarat pencalonan dia di DPD atas keputusan lembaga MK saja tidak mau, bahkan KPU dan MK didemo. Jadi, mana mungkin dia mau dipaksa untuk tandatangan fakta integritas," papar Anggie. (Baca juga: Pihak OSO Tegaskan Munas Hanura III Bukan Abal-abal)
Harusnya, kata Anggie, Hanura kubu OSO instropeksi, Hanura bisa seperti saat ini justru karena ketua umum partainya. "Kenapa malah menyalahkan Pak Wiranto. Harusnya mereka sadar, tanggung jawab Partai Hanura itu ada di tangan OSO selaku ketua umum, bukan ditangan Wiranto sebagai Ketua Dewan Pembina," kesal Anggie.
Menurutnya, dengan gagalnya Partai Hanura lolos ke DPR, maka ini membuktikan keyakinan mayoritas kader Hanura di bawah jika kepemimpinan OSO tidak banyak bisa diharapkan. Sebagai kader yang dari awal berjuang dan simpatisan Partai Hanura, pihaknya menuntut Oesman Sapta Odang bertanggung jawab atas keterpurukan Partai Hanura pada Pemilu 2019. "Karena Hanura nggak lolos PT, Ketumnya harusnya mundur dong dari jabatannya. Itu juga kan isi dari fakta integritas, janji akan menambah kader Hanura di DPR tapi perolehan suara Hanura malah makin terpuruk," kesal Anggie.
Anggie berjanji, bersama pendiri, kader dan simpatisan Partai Hanura, bakal terus berjuang melakukan upaya penyelamatan partai ke depan. Sekedar info, Partai Hanura mengalami perpecahan internal. Dua kubu berbeda saling memecat pentolan kubu lainnya. Kubu Ketua Umum Oesman Sapta Odang, memecat Sekretaris Jenderal Sarifuddin Suding. Posisinya digantikan Herry Lontung Siregar.
Sementara kubu Sudding lebih dulu memecat OSO sebagai Ketua Umum Hanura. Selanjutnya ditunjuk Marsekal Madya (Purn) Daryatmo sebagai Pelaksana Tugas Ketua Umum.
Perpecahan tersebut makin terlihat ketika ada dua pertemuan yang diselenggarakan di dua tempat berbeda oleh dua kubu tersebut, pada Senin, 15 Januari 2019. Kubu Sudding menggelar pertemuan di Hotel Ambhara di kawasan Blok M, Jakarta Selatan. Selain Sudding, kubu ini diklaim turut dihadiri dua senior sekaligus pendiri Hanura, Subagyo HS dan Chaeruddin Ismail. Sementara kubu OSO menggelar pertemuan di wilayah Jakarta Selatan juga, yakni di Hotel Manhattan di bilangan Kuningan.
Salah satunya, Wakil Ketua Umum Partai Hanura kubu Ambhara Patrika S Andi Paturusi. Anggie, sapaan akrab Patrika mengaku tak terima jika mantan Ketua Umum Partai Hanura Wiranto disalahkan terkait dengan kondisi Partai Hanura saat ini. Anggie juga meluruskan pernyataan Inaz soal OSO jadi Ketua Umum Partai Hanura karena dipaksa oleh Wiranto. Termasuk soal isi fakta integritas yang dikatakan dibuat atas keinginan Wiranto dkk. "Tidak betul itu. Ini pernyataan yang menyesatkan," kata Anggie dalam pernyataan persnya, di Jakarta, Kamis (26/12/2019). (Baca juga: Memanas, Pendiri Hanura Ancam Polisikan Kubu Wiranto)
Diungkapkan, fakta integritas yang ditandatangani OSO dibuat atas kesadaraan sendiri, tidak ada unsur paksaan untuk menandatanganinya. Menurutnya, OSO ini bukan karakter yang mudah untuk dipaksa. "Contohnya saja dipaksa mundur jadi ketua umum partai oleh KPU sebagai syarat pencalonan dia di DPD atas keputusan lembaga MK saja tidak mau, bahkan KPU dan MK didemo. Jadi, mana mungkin dia mau dipaksa untuk tandatangan fakta integritas," papar Anggie. (Baca juga: Pihak OSO Tegaskan Munas Hanura III Bukan Abal-abal)
Harusnya, kata Anggie, Hanura kubu OSO instropeksi, Hanura bisa seperti saat ini justru karena ketua umum partainya. "Kenapa malah menyalahkan Pak Wiranto. Harusnya mereka sadar, tanggung jawab Partai Hanura itu ada di tangan OSO selaku ketua umum, bukan ditangan Wiranto sebagai Ketua Dewan Pembina," kesal Anggie.
Menurutnya, dengan gagalnya Partai Hanura lolos ke DPR, maka ini membuktikan keyakinan mayoritas kader Hanura di bawah jika kepemimpinan OSO tidak banyak bisa diharapkan. Sebagai kader yang dari awal berjuang dan simpatisan Partai Hanura, pihaknya menuntut Oesman Sapta Odang bertanggung jawab atas keterpurukan Partai Hanura pada Pemilu 2019. "Karena Hanura nggak lolos PT, Ketumnya harusnya mundur dong dari jabatannya. Itu juga kan isi dari fakta integritas, janji akan menambah kader Hanura di DPR tapi perolehan suara Hanura malah makin terpuruk," kesal Anggie.
Anggie berjanji, bersama pendiri, kader dan simpatisan Partai Hanura, bakal terus berjuang melakukan upaya penyelamatan partai ke depan. Sekedar info, Partai Hanura mengalami perpecahan internal. Dua kubu berbeda saling memecat pentolan kubu lainnya. Kubu Ketua Umum Oesman Sapta Odang, memecat Sekretaris Jenderal Sarifuddin Suding. Posisinya digantikan Herry Lontung Siregar.
Sementara kubu Sudding lebih dulu memecat OSO sebagai Ketua Umum Hanura. Selanjutnya ditunjuk Marsekal Madya (Purn) Daryatmo sebagai Pelaksana Tugas Ketua Umum.
Perpecahan tersebut makin terlihat ketika ada dua pertemuan yang diselenggarakan di dua tempat berbeda oleh dua kubu tersebut, pada Senin, 15 Januari 2019. Kubu Sudding menggelar pertemuan di Hotel Ambhara di kawasan Blok M, Jakarta Selatan. Selain Sudding, kubu ini diklaim turut dihadiri dua senior sekaligus pendiri Hanura, Subagyo HS dan Chaeruddin Ismail. Sementara kubu OSO menggelar pertemuan di wilayah Jakarta Selatan juga, yakni di Hotel Manhattan di bilangan Kuningan.
(cip)