Politik Indonesia Butuh Anak Muda Jadi Pilihan Alternatif Oligarki
A
A
A
JAKARTA - Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Ari Sudjito menilai kaum muda di Indonesia bisa menjadi subjek-subjek baru dalam politik untuk memperbaharui gagasan kebangsaan dan menjadi pilihan alternatif dari oligarki yang saat ini mendominasi.
Menurut dia, institusi politik di Indonesia bisa diperbaiki dengan meningkatkan kualitas kader dengan memberikan pendidikan politik yang memadai.
“Meminta perbaikan dalam kondisi politik itu seharusnya tidak antipolitik. Anak muda bisa masuk dalam politik,” ujar dia saat meluncurkan bukunya “Secangkir Politik” di Jakarta, Sabtu (21/12/2019).
Diskursus politik di kalangan anak muda, menurutnya akan melahirkan gagasan-gagasan orisinal yang bisa menjadi alternatif dari kondisi yang selama ini dirasakan tidak ideal.
“Kita akan memetiknya 5-10 tahun mendatang. Akan ada banyak gagasan baru yang berkontestasi,” ujar dia.
Kaum milenial, kata dia, mempunyai keunikan karena bisa cepat menyebarkan gagasan melalui media sosial. Arie menggarisbawahi soal politik identitas sepanjang 2019 dan selama masa kampanye pilpres.
Dia menilai saat kampanye dampak dari politik identitas terasa sekali dalam kehidupan bermasyarakat. "Memang tak ada kerusuhan, tapi tak bisa dipungkiri ada fragmentasi. Jadi politik tak usai pada 2019," kata dia.
Sementara itu, Politisi PDIP Budiman Sudjatmiko mengatakan politik identitas saat ini memang mengancam demokrasi. "Kita mesti mewaspadai kecenderungan pragmatism-driven society ini dan mendorongnya menjadi transformed society. Saya kira kuncinya ada pada generasi muda," tutupnya.
Menurut dia, institusi politik di Indonesia bisa diperbaiki dengan meningkatkan kualitas kader dengan memberikan pendidikan politik yang memadai.
“Meminta perbaikan dalam kondisi politik itu seharusnya tidak antipolitik. Anak muda bisa masuk dalam politik,” ujar dia saat meluncurkan bukunya “Secangkir Politik” di Jakarta, Sabtu (21/12/2019).
Diskursus politik di kalangan anak muda, menurutnya akan melahirkan gagasan-gagasan orisinal yang bisa menjadi alternatif dari kondisi yang selama ini dirasakan tidak ideal.
“Kita akan memetiknya 5-10 tahun mendatang. Akan ada banyak gagasan baru yang berkontestasi,” ujar dia.
Kaum milenial, kata dia, mempunyai keunikan karena bisa cepat menyebarkan gagasan melalui media sosial. Arie menggarisbawahi soal politik identitas sepanjang 2019 dan selama masa kampanye pilpres.
Dia menilai saat kampanye dampak dari politik identitas terasa sekali dalam kehidupan bermasyarakat. "Memang tak ada kerusuhan, tapi tak bisa dipungkiri ada fragmentasi. Jadi politik tak usai pada 2019," kata dia.
Sementara itu, Politisi PDIP Budiman Sudjatmiko mengatakan politik identitas saat ini memang mengancam demokrasi. "Kita mesti mewaspadai kecenderungan pragmatism-driven society ini dan mendorongnya menjadi transformed society. Saya kira kuncinya ada pada generasi muda," tutupnya.
(kri)