BNPT Sebut Penyebaran Konten Terorisme Paling Banyak di Medsos
A
A
A
JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius menyebut, bahwa media sosial (medsos) berkontribusi besar dalam penyebaran konten mengenai terorisme.
Dari survei yang dilakukan BNPT, menemukan bahwa masyarakat dari kalangan terdidik cenderung mendapatkan terpaaan sosial media yang lebih tinggi dibanding yang tidak terdidik.
"Media sosial berkontribusi besar untuk di perubahan-perubahan interaksi sosial kita baik yang sifatnya positif maupun negatif," ujar Suhardi Alius dalam jumpa pers di kawasan Ancol, Jakarta Utara, Selasa (10/12/2019).
"Kita enggak bisa juga menutup diri dengan teknologi kita butuh diri dengan teknologi kita butuh kalau enggak, kita enggak bisa berkompetisi dengan negeri-negeri lain. Tapi di sisi itu ada hal-hal negatif yang mesti kita waspadai," tambahnya.
Suhardi mengungkapkan, ada empat konten keagamaan yang paling dominan yang bisa memicu dampak negatif yakni terkait dengan nilai yang terkandung dalam ibadah dengan skor 40.42, kemudian tata cara ibadah yang wajib dengan skor 40.01, lalu hari akhir dengan skor 39.28 dan kehendak Tuhan dengan skor 39.05.
"Jika dikategorisasi maka terpaan konten keagamaan yang dominan adalah konten yang terkait dengan fiqih ibadah, hari akhir dan qodo qodar," jelasnya.
Maka dari itu lanjut Suhardi, tugas BNPT salah satunya adalah bagaimana menyiapkan bagaimana generasi muda Indonesia khususnya yang menjadi target-target paparan yang intoleransi radikalisme bisa dicegah supaya mereka punya kemampuan untuk berkompetisi.
"Kalau dia terjebak dengan paham-paham semacam itu kan enggak bisa berkontribusi. Generasi muda masa depan Indonesia ini kita siapkan," tuturnya.
Dari survei yang dilakukan BNPT, menemukan bahwa masyarakat dari kalangan terdidik cenderung mendapatkan terpaaan sosial media yang lebih tinggi dibanding yang tidak terdidik.
"Media sosial berkontribusi besar untuk di perubahan-perubahan interaksi sosial kita baik yang sifatnya positif maupun negatif," ujar Suhardi Alius dalam jumpa pers di kawasan Ancol, Jakarta Utara, Selasa (10/12/2019).
"Kita enggak bisa juga menutup diri dengan teknologi kita butuh diri dengan teknologi kita butuh kalau enggak, kita enggak bisa berkompetisi dengan negeri-negeri lain. Tapi di sisi itu ada hal-hal negatif yang mesti kita waspadai," tambahnya.
Suhardi mengungkapkan, ada empat konten keagamaan yang paling dominan yang bisa memicu dampak negatif yakni terkait dengan nilai yang terkandung dalam ibadah dengan skor 40.42, kemudian tata cara ibadah yang wajib dengan skor 40.01, lalu hari akhir dengan skor 39.28 dan kehendak Tuhan dengan skor 39.05.
"Jika dikategorisasi maka terpaan konten keagamaan yang dominan adalah konten yang terkait dengan fiqih ibadah, hari akhir dan qodo qodar," jelasnya.
Maka dari itu lanjut Suhardi, tugas BNPT salah satunya adalah bagaimana menyiapkan bagaimana generasi muda Indonesia khususnya yang menjadi target-target paparan yang intoleransi radikalisme bisa dicegah supaya mereka punya kemampuan untuk berkompetisi.
"Kalau dia terjebak dengan paham-paham semacam itu kan enggak bisa berkontribusi. Generasi muda masa depan Indonesia ini kita siapkan," tuturnya.
(maf)