Asa Merah Putih di SEA Games Filipina
A
A
A
ATLET-ATLET Indonesia kembali akan berjuang mengharumkan Merah Putih pada ajang Sea Games 2019 Filipina. Kontingen Indonesia resmi dilepas oleh Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, kemarin.
Total 841 atlet Indonesia yang akan berjuang mempersembahkan medali di 52 cabang olahraga yang dipertandingkan. Sea Games edisi ke-30 akan berlangsung mulai 30 November dan berakhir 11 Desember. Berbeda dengan sebelumnya, keberangkatan kontingen Indonesia kali ini diwarnai suasana tidak nyaman.
Ini tak lepas dari fakta buruknya persiapan panitia dalam menyelenggarakan event olahraga dua tahunan ini. Masalah mulai dari soal makanan yang tidak layak, transportasi atlet yang kacau, tidak tersedianya makanan halal untuk atlet muslim, sejumlah venue yang belum selesai, hingga pusat media dan fasilitas pemain yang tidak memadai.
Ramainya berita soal makanan halal yang tidak tersedia membuat tim balap sepeda Indonesia terpaksa harus membawa sendiri beras dan abon ke Filipina sebagai langkah antisipasi. Ini fakta memiriskan. Atlet yang seharusnya fokus melakukan persiapan fisik dan mental menjelang pertandingan malah harus dipusingkan dengan urusan logistik.
Bisa dikatakan, inilah penyelenggaraan Sea Games terburuk dan paling dikeluhkan dalam sejarah Sea Games. Aroma kegagalan penyelenggaraan memang sudah tercium sejak jauh hari. Filipina bahkan sempat ingin mundur sebagai tuan rumah. Pemicunya adalah pertikaian pejabat tinggi olahraga dan pemerintah.
Anggaran yang diajukan Panitia Penyelenggara SEA Games Filipina (PHISGOC) sebesar 7,5 juta miliar peso atau sekitar Rp2 triliun tak disetujui senat. Ini berimbas ke persiapan secara keseluruhan.
Namun, persoalan ketidaksiapan tuan rumah biarlah menjadi urusan Pemerintah Filipina untuk diselesaikan. Presiden Duterte dikabarkan sudah memerintahkan penyelidikan atas penyebab kekacauan yang terjadi.
Fokus atlet Indonesia sekarang ini adalah bagaimana agar tampil maksimal dan memberikan hasil yang terbaik. Masyarakat Indonesia selalu berharap kontingen Merah Putih mampu mengukir prestasi membanggakan. Ada kerinduan untuk melihat kembali Indonesia tampil sebagai raksasa olahraga Asia Tenggara. Ini tentu bukan hal yang muluk-muluk karena Indonesia pernah melakukannya, terutama di dekade 80-an.
Bahkan, Indonesia tercatat pernah sepuluh kali menjadi juara umum Sea Games. Itu terjadi di Sea Games 1977, 1979, 1981, 1983, kemudian 1987, 1989, 1991, dan 1993. Juara umum juga diraih pada 1997. Terakhir juara umum diraih saat Sea Games digelar di Jakarta pada 2011 dengan meraih 182 emas.
Sekarang, untuk langsung kembali menempati peringkat tertinggi peraih medali emas, tentu hal yang sangat berat, apalagi Indonesia bukan tuan rumah. Namun, paling tidak, jumlah medali emas yang ditargetkan kali ini bisa tercapai. Indonesia menargetkan 45 emas dan peringkat naik dibandingkan Sea Games 2017 Kuala Lumpur yang hanya menempati posisi kelima.
Memang harus ada perbaikan prestasi atlet dibandingkan dengan Sea Games sebelumnya. Tren kemerosotan prestasi yang terjadi selama bertahun-tahun harus bisa diatasi. Perjalanan Indonesia dalam tiga Sea Games terakhir memang tidak cukup menggembirakan. Setelah menjadi kampiun peraih medali emas terbanyak pada 2011, prestasi Indonesia melorot drastis pada 2013 dengan hanya merebut 64 emas dan menempati peringkat keempat.
Hasil buruk berlanjut pada Sea Games 2015 dengan 47 emas dan berada di peringkat kelima. Puncak anjloknya prestasi terjadi di Sea Games 2017. Indonesia gagal memenuhi target 55 medali emas sebagai syarat minimal untuk menempati peringkat keempat. Indonesia akhirnya terlempar ke urutan kelima dengan 38 emas, 63 perak, dan 63 perunggu. Ini untuk pertama kalinya Indonesia mengumpulkan emas di bawah 40 keping. Sea Games kali ini menjadi arena pembuktian kontingen Indonesia dalam melakukan perubahan. Buatlah bangsa ini kembali bangga dengan mendulang emas sebanyak mungkin.
Chief de Mission (CdM) kontingen Indonesia di SEA Games 2019 Filipina Harry Warganegara sudah mengingatkan atlet agar fokus ke pertandingan ketimbang mempermasalahkan persiapan fasilitas tuan rumah. Semoga peringatan ini dibarengi pula dengan kesigapan dalam melayani kebutuhan atlet selama menjalani persiapan pertandingan.
Dalam kondisi kepanitiaan Sea Games yang kacau balau, peran pelatih dan ofisial memang sangat vital dalam menjaga fokus dan mood atlet. Paling tidak, kebutuhan atlet yang sifatnya mendasar sebisa mungkin tertangani. Setiap keluhan juga harus dicarikan solusinya agar konsentrasi atlet ke pertandingan tidak terganggu. Filipina tidak siap bukan halangan Indonesia mengukir prestasi. Selamat berjuang kontingen Merah Putih!
Total 841 atlet Indonesia yang akan berjuang mempersembahkan medali di 52 cabang olahraga yang dipertandingkan. Sea Games edisi ke-30 akan berlangsung mulai 30 November dan berakhir 11 Desember. Berbeda dengan sebelumnya, keberangkatan kontingen Indonesia kali ini diwarnai suasana tidak nyaman.
Ini tak lepas dari fakta buruknya persiapan panitia dalam menyelenggarakan event olahraga dua tahunan ini. Masalah mulai dari soal makanan yang tidak layak, transportasi atlet yang kacau, tidak tersedianya makanan halal untuk atlet muslim, sejumlah venue yang belum selesai, hingga pusat media dan fasilitas pemain yang tidak memadai.
Ramainya berita soal makanan halal yang tidak tersedia membuat tim balap sepeda Indonesia terpaksa harus membawa sendiri beras dan abon ke Filipina sebagai langkah antisipasi. Ini fakta memiriskan. Atlet yang seharusnya fokus melakukan persiapan fisik dan mental menjelang pertandingan malah harus dipusingkan dengan urusan logistik.
Bisa dikatakan, inilah penyelenggaraan Sea Games terburuk dan paling dikeluhkan dalam sejarah Sea Games. Aroma kegagalan penyelenggaraan memang sudah tercium sejak jauh hari. Filipina bahkan sempat ingin mundur sebagai tuan rumah. Pemicunya adalah pertikaian pejabat tinggi olahraga dan pemerintah.
Anggaran yang diajukan Panitia Penyelenggara SEA Games Filipina (PHISGOC) sebesar 7,5 juta miliar peso atau sekitar Rp2 triliun tak disetujui senat. Ini berimbas ke persiapan secara keseluruhan.
Namun, persoalan ketidaksiapan tuan rumah biarlah menjadi urusan Pemerintah Filipina untuk diselesaikan. Presiden Duterte dikabarkan sudah memerintahkan penyelidikan atas penyebab kekacauan yang terjadi.
Fokus atlet Indonesia sekarang ini adalah bagaimana agar tampil maksimal dan memberikan hasil yang terbaik. Masyarakat Indonesia selalu berharap kontingen Merah Putih mampu mengukir prestasi membanggakan. Ada kerinduan untuk melihat kembali Indonesia tampil sebagai raksasa olahraga Asia Tenggara. Ini tentu bukan hal yang muluk-muluk karena Indonesia pernah melakukannya, terutama di dekade 80-an.
Bahkan, Indonesia tercatat pernah sepuluh kali menjadi juara umum Sea Games. Itu terjadi di Sea Games 1977, 1979, 1981, 1983, kemudian 1987, 1989, 1991, dan 1993. Juara umum juga diraih pada 1997. Terakhir juara umum diraih saat Sea Games digelar di Jakarta pada 2011 dengan meraih 182 emas.
Sekarang, untuk langsung kembali menempati peringkat tertinggi peraih medali emas, tentu hal yang sangat berat, apalagi Indonesia bukan tuan rumah. Namun, paling tidak, jumlah medali emas yang ditargetkan kali ini bisa tercapai. Indonesia menargetkan 45 emas dan peringkat naik dibandingkan Sea Games 2017 Kuala Lumpur yang hanya menempati posisi kelima.
Memang harus ada perbaikan prestasi atlet dibandingkan dengan Sea Games sebelumnya. Tren kemerosotan prestasi yang terjadi selama bertahun-tahun harus bisa diatasi. Perjalanan Indonesia dalam tiga Sea Games terakhir memang tidak cukup menggembirakan. Setelah menjadi kampiun peraih medali emas terbanyak pada 2011, prestasi Indonesia melorot drastis pada 2013 dengan hanya merebut 64 emas dan menempati peringkat keempat.
Hasil buruk berlanjut pada Sea Games 2015 dengan 47 emas dan berada di peringkat kelima. Puncak anjloknya prestasi terjadi di Sea Games 2017. Indonesia gagal memenuhi target 55 medali emas sebagai syarat minimal untuk menempati peringkat keempat. Indonesia akhirnya terlempar ke urutan kelima dengan 38 emas, 63 perak, dan 63 perunggu. Ini untuk pertama kalinya Indonesia mengumpulkan emas di bawah 40 keping. Sea Games kali ini menjadi arena pembuktian kontingen Indonesia dalam melakukan perubahan. Buatlah bangsa ini kembali bangga dengan mendulang emas sebanyak mungkin.
Chief de Mission (CdM) kontingen Indonesia di SEA Games 2019 Filipina Harry Warganegara sudah mengingatkan atlet agar fokus ke pertandingan ketimbang mempermasalahkan persiapan fasilitas tuan rumah. Semoga peringatan ini dibarengi pula dengan kesigapan dalam melayani kebutuhan atlet selama menjalani persiapan pertandingan.
Dalam kondisi kepanitiaan Sea Games yang kacau balau, peran pelatih dan ofisial memang sangat vital dalam menjaga fokus dan mood atlet. Paling tidak, kebutuhan atlet yang sifatnya mendasar sebisa mungkin tertangani. Setiap keluhan juga harus dicarikan solusinya agar konsentrasi atlet ke pertandingan tidak terganggu. Filipina tidak siap bukan halangan Indonesia mengukir prestasi. Selamat berjuang kontingen Merah Putih!
(shf)