Komisi I DPR Sayangkan dan Kutuk Keras Bom Medan

Rabu, 13 November 2019 - 17:32 WIB
Komisi I DPR Sayangkan dan Kutuk Keras Bom Medan
Komisi I DPR Sayangkan dan Kutuk Keras Bom Medan
A A A
JAKARTA - Ketua Komisi I DPR Meutya Hafid mengaku kaget dengan tragedi bom bunuh diri di Polrestabes Medan, Sumatera Utara (Sumut) pagi tadi. Dia mengakui bahwa semua pihak telah kecolongan, termasuk si pelaku bom bunuh diri yang telah terpapar radikalisme.

"Kaget sekali, kebetulan saya juga dari dapil sana, Sumatera Utara khususnya Medan dan memang ini aksi yang amat menyedihkan dan kita mengutuk keras tindakan-tindakan aksi terorisme dan saya khususnya amat menyayangkan karena pelakunya lagi-lagi anak muda usia kurang lebih 24 tahun," kata Meutya di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (13/11/2019).

Menurut Meutya, perang terhadap terorisme harus digalakan kembali tapi, bukan dengan cara-cara yang keras juga. Tapi bagaimana melakukan upaya-upaya di kalangan anak muda dan milenial itu sehingga tidak kalah dari kelompok-kelompok ini.

"Informasi yang kami dapat anak ini dari kelompok JAD yang jadi bagian kelompok ISIS. Jadi ini berarti kita kecolongan dalam mendidik dan merawat anak-anak kita," aku Meutya.

Politikus Golkar ini menjelaskan bahwa memang bom bunuh diri bisa terjadi di mana saja termasuk di Polrestabes Medan yang ia tahu persis bahwa keadaannya cukul terbuka. Apalagi, dengan pelaku yang berpura-pura sebagai pengemudi ojek online menjadi sulit diidentifikasi.

Sehingga menurutnya, harus dilakukan pencegahan dengan deradikalisasi dan pemetaan sehingga tahu daerah mana saja yang berpotensi terjadi.

"Saya rasa kalau kita punya 34 provinsi dan ratusan kabupaten/kota. Kita seharusnya bisa memetakan di kota-kota mana, di provinsi mana saja kegiatan-kegiatan deradikalisasi dan upaya cegah dini khususnya berkaitan dengan terorisme. Perlu digalakkan. Udah bisa dibaca kok kemana," paparnya.

Meskipun sudah dibekali regulasi dan anggaran yang mumpuni, menurut dia, terorisme adalah perang yang kompleks dan yang dilawan di sini adalah manusia yang berani mati bahkan, banyak juga negara-negara maju yang masih terjadi aksi terorisme dan berhasil.

Namun, Meutya mengakui bahwa ada beberapa lembaga yang perlu disorot kinerjanya seperti misalnya Badan Intelijen Negara (BIN). Dalam hal ini, BIN perlu meningkatkan kewaspadaannya.

"Kalau kita bilang BIN tidak salah, salah juga untuk memberikan pernyataan demikian, tapi kalau sudah efektif atau belum, yang ditangani juga banyak. Jadi mungkin di saat yang bersamaan ada ancaman potensi di daerah lain yang juga sedang ditangani oleh BIN," ujar Meutya.

"Mari kita tidak menunjuk hidung saja, kita sama-sama berbenah, yang paling bebenah itu menurut saya dari upaya cegah dininya, kemudian pendidikan melawan terorismenya, jadi pendidikan melawan deradikalisasi yang masif yang harus dilakukan," imbaunya.

Karena itu Meutya menegaskan, yang paling utama adalah menjaga anak-anak Indonesia dari paparan radikalisme dan terorisme. Bagaimana anak-anak muda diberikan pembekalan lewat Bela Negara, pendidikan kebangsaan dan diberikan pendidikan yang layak. Melakukan pendekatan yang cocok dengan hal yang menarik bagi kaum muda sehingga mereka bisa memahami.

"Jadi itu menurut saya yang penting. Jadi kita bersama-sama kecolongan hari ini. Saya tidak mau menunjuk satu lembaga, kita sama-sama kecolongan termasuk si anak itu karena dia hidupnya menjadi sia-sia di usia muda," tandasnya.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7582 seconds (0.1#10.140)