Dubes Saudi Tegaskan Radikalisme Bukan dari Arab
A
A
A
JAKARTA - Duta Besar Kerajaan Arab Saudi untuk Indonesia Esam A Abid Athagafi menegaskan radikalisme bukan berasal dari dunia Arab, khususnya Arab Saudi. Paham tersebut ditegaskannya tak ada kaitan dengan ajaran Islam.
"Media asinglah yang mengopinikan bahwa radikalisme diimpor dari Saudi, dan ini sama sekali tidak benar," kata Duta Besar Esam ketika berdialog dengan sejumlah media di Jakarta, Rabu (6/11/2019). (Baca Juga: Imam Masjid New York Kritik Menag Soal Celana Cingkrang)
Duta Besar Saudi menjelaskan, setiap tahun jutaan Muslim di seluruh dunia mengunjungi Saudi untuk melaksanakan haji dan umrah, dan tidak ada indikasi mereka membawa radikalisme.
"Jika pun ditemukan hal tersebut, itu tidak mewakili seluruh muslim atau ajaran Islam," tandasnya.
Menurut dubes, Pemerintah Kerajaan Arab Saudi bahkan memiliki pusat pemberantasan radikalisme di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), baik untuk menghadapi ancaman paham tersebut di tingkat lokal maupun internasional.
Berkaitan dengan Habib Rizieq Shihab yang kini masih berada di Arab Saudi, Duta Besar Esam menekankan bahwa pemimpin Front Pembela Islam (FPI) tersebut merupakan warga negara Indonesia.
"Karenanya, Kedutaan Besar RI di Riyadh yang mengetahui betul bagaimana keadaan Habib Rizieq Shihab," kata Esam.
Dia menjelaskan Habib Rizieq datang ke Saudi dengan visa umrah dan telah melewati masa berlaku atau overstay.
"Kami tahu bahwa banyak warga negara Indonesia yang datang ke Habib Rizieq. Tapi dia adalah warga negara Indonesia sehingga berada di bawah pengawasan Kedutaan Besar RI," tutur Esam.
"Media asinglah yang mengopinikan bahwa radikalisme diimpor dari Saudi, dan ini sama sekali tidak benar," kata Duta Besar Esam ketika berdialog dengan sejumlah media di Jakarta, Rabu (6/11/2019). (Baca Juga: Imam Masjid New York Kritik Menag Soal Celana Cingkrang)
Duta Besar Saudi menjelaskan, setiap tahun jutaan Muslim di seluruh dunia mengunjungi Saudi untuk melaksanakan haji dan umrah, dan tidak ada indikasi mereka membawa radikalisme.
"Jika pun ditemukan hal tersebut, itu tidak mewakili seluruh muslim atau ajaran Islam," tandasnya.
Menurut dubes, Pemerintah Kerajaan Arab Saudi bahkan memiliki pusat pemberantasan radikalisme di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), baik untuk menghadapi ancaman paham tersebut di tingkat lokal maupun internasional.
Berkaitan dengan Habib Rizieq Shihab yang kini masih berada di Arab Saudi, Duta Besar Esam menekankan bahwa pemimpin Front Pembela Islam (FPI) tersebut merupakan warga negara Indonesia.
"Karenanya, Kedutaan Besar RI di Riyadh yang mengetahui betul bagaimana keadaan Habib Rizieq Shihab," kata Esam.
Dia menjelaskan Habib Rizieq datang ke Saudi dengan visa umrah dan telah melewati masa berlaku atau overstay.
"Kami tahu bahwa banyak warga negara Indonesia yang datang ke Habib Rizieq. Tapi dia adalah warga negara Indonesia sehingga berada di bawah pengawasan Kedutaan Besar RI," tutur Esam.
(dam)