Vokasi UI Gelar Seminar tentang Kenyamanan Hidup di Era Digital
A
A
A
DEPOK - Program Studi (Prodi) Vokasi Humas UI dan University of Sydney menggelar seminar di Kampus Vokasi Universitas Indonesia (UI) yang diikuti 500 peserta.
Hadir sebagai pembicara dua peneliti dunia Phil Elsegood (peneliti komunikasi antarbudaya) dan Simone Mackie (peneliti komunikasi kesehatan).
Kegiatan ini Prodi Humas selenggarakan terinspirasi dari Workshop Democratic Resilience di Brisbane yang mengupas sistem komunikasi yang sehat oleh Angela Romano.
“Konflik adalah bagian yang tak terhindarkan di dalam masyarakat. Cara untuk dapat menyelesaikan konflik tanpa kekerasan ialah dengan jalan mencari banyak alternatif penyelesaian. Untuk itu, setiap orang harus mau melihat sebuah persoalan dari cara pandang orang lain, tidak melulu melihat dari kepentingannya masing-masing, namun menggunakan konsep komunikasi pluralistik,” kata Ketua Prodi Vokasi Humas UI, Devie Rahmawati, Selasa (29/10/2019).
Devie mengatakan, di era digital ini semua individu menjadi penghuni global village. Komunikasi keseharian saat ini tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu. Dapat dilihat bahwa setiap orang dapat berinteraksi, berbisnis, berhubungan personal dengan orang dengan latar belakang pendidikan, keuangan, agama, ras bahkan warga negara yang berbeda.
Kemampuan berpikir jernih hanya dapat dimiliki ketika tubuh manusia juga dalam kondisi yang optimal. “Simone Mackie, Peneliti Komunikasi Kesehatan dari Universitas Sydney menyampaikan tentang isu kesehatan yang sering dialami oleh manusia modern salah satunya back and shoulder pain, yang diakibatkan salah satunya karena gaya hidup manusia modern yang mager (malas bergerak),” paparnya.
Kondisi ini dapat mengganggu produktivitas seseorang hingga well being setiap individu. Yang krusial, kata dia, tentang bagaimana di era modern ini, bagaimana petugas kesehatan mampu memasarkan gaya hidup sehat dengan menggunakan komunikasi empati yang menghasilkan metode Humanis Injury Management.
“Tanpa hal tersebut, akan sulit mendorong individu di era digital untuk mengikuti panduan kesehatan, di saat semua orang saat ini menjadikan internet sebagai tumpuan kesehatan mereka semua. Padahal, informasi yang beredar di internet terkadang penuh ‘racun”, tidak berisi kebenaran, yang dapat membahayakan nyawa individu,” tuturnya.
Di tempat yang sama, Ketua Panitia Vokasi Humas UI, Muhammad Egha Rifiano menambahkan, antusias mahasiswa sangat tinggi mengikuti kegiatan tersebut.
Dengan paparan sederhana namun mendalam, kata dia, membuat pandangan mereka terbuka akan dinamika budaya, sosial di dunia. Para mahasiswa juga termotivasi untuk lebih banyak melakukan perbandingan dengan negara-negara lain seperti Australia, untuk mencari rujukan pengembangan ilmu di kampus juga dalam menghadapi persoalan.
“Kami misalnya sangat kagum bahwa di Universitas Sydney, penelitian-penelitian Sudah menggabungkan berbagai pendekatan baik pendekatan teknologi maupun pendekatan sosial untuk bidang kesehatan misalnya. Bagaimana VR digunakan untuk studi dan riset di sana,” katanya.
Hadir sebagai pembicara dua peneliti dunia Phil Elsegood (peneliti komunikasi antarbudaya) dan Simone Mackie (peneliti komunikasi kesehatan).
Kegiatan ini Prodi Humas selenggarakan terinspirasi dari Workshop Democratic Resilience di Brisbane yang mengupas sistem komunikasi yang sehat oleh Angela Romano.
“Konflik adalah bagian yang tak terhindarkan di dalam masyarakat. Cara untuk dapat menyelesaikan konflik tanpa kekerasan ialah dengan jalan mencari banyak alternatif penyelesaian. Untuk itu, setiap orang harus mau melihat sebuah persoalan dari cara pandang orang lain, tidak melulu melihat dari kepentingannya masing-masing, namun menggunakan konsep komunikasi pluralistik,” kata Ketua Prodi Vokasi Humas UI, Devie Rahmawati, Selasa (29/10/2019).
Devie mengatakan, di era digital ini semua individu menjadi penghuni global village. Komunikasi keseharian saat ini tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu. Dapat dilihat bahwa setiap orang dapat berinteraksi, berbisnis, berhubungan personal dengan orang dengan latar belakang pendidikan, keuangan, agama, ras bahkan warga negara yang berbeda.
Kemampuan berpikir jernih hanya dapat dimiliki ketika tubuh manusia juga dalam kondisi yang optimal. “Simone Mackie, Peneliti Komunikasi Kesehatan dari Universitas Sydney menyampaikan tentang isu kesehatan yang sering dialami oleh manusia modern salah satunya back and shoulder pain, yang diakibatkan salah satunya karena gaya hidup manusia modern yang mager (malas bergerak),” paparnya.
Kondisi ini dapat mengganggu produktivitas seseorang hingga well being setiap individu. Yang krusial, kata dia, tentang bagaimana di era modern ini, bagaimana petugas kesehatan mampu memasarkan gaya hidup sehat dengan menggunakan komunikasi empati yang menghasilkan metode Humanis Injury Management.
“Tanpa hal tersebut, akan sulit mendorong individu di era digital untuk mengikuti panduan kesehatan, di saat semua orang saat ini menjadikan internet sebagai tumpuan kesehatan mereka semua. Padahal, informasi yang beredar di internet terkadang penuh ‘racun”, tidak berisi kebenaran, yang dapat membahayakan nyawa individu,” tuturnya.
Di tempat yang sama, Ketua Panitia Vokasi Humas UI, Muhammad Egha Rifiano menambahkan, antusias mahasiswa sangat tinggi mengikuti kegiatan tersebut.
Dengan paparan sederhana namun mendalam, kata dia, membuat pandangan mereka terbuka akan dinamika budaya, sosial di dunia. Para mahasiswa juga termotivasi untuk lebih banyak melakukan perbandingan dengan negara-negara lain seperti Australia, untuk mencari rujukan pengembangan ilmu di kampus juga dalam menghadapi persoalan.
“Kami misalnya sangat kagum bahwa di Universitas Sydney, penelitian-penelitian Sudah menggabungkan berbagai pendekatan baik pendekatan teknologi maupun pendekatan sosial untuk bidang kesehatan misalnya. Bagaimana VR digunakan untuk studi dan riset di sana,” katanya.
(dam)