Pengamanan Pejabat Negara
![Pengamanan Pejabat Negara](https://a-cdn.sindonews.net/dyn/732/content/2019/10/11/16/1447586/pengamanan-pejabat-negara-JdJ-thumb.jpg)
Pengamanan Pejabat Negara
A
A
A
TERJADINYA penyerangan terhadap Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto saat berkunjung ke Pandeglang, Banten merupakan aksi teror yang patut mendapatkan perhatian khusus dari semua pihak. Pemerintah, aparat keamanan, dan seluruh masyarakat wajib bersatu untuk melawan segala bentuk teror yang terjadi di Republik ini sesuai porsinya masing-masing.
Penyerangan terhadap Menko Polhukam ini sebenarnya sangat ironis karena ini terjadi di tengah-tengah acara yang dijaga banyak aparat keamanan. Kejadian ini benar-benar mengagetkan kita semua. Apakah pengamanan terlalu longgar sehingga tragedi tersebut bisa terjadi?
Tragedi penyerangan terhadap pejabat negara ini sangat jarang terjadi di Republik ini. Dalam 20 tahun terakhir, kita tak pernah mendengar ada penyerangan terhadap pejabat negara. Yang ada hanya ancaman dijadikan target penyerangan sehingga kejadian penyerangan terhadap Menko Polhukam Wiranto merupakan hal yang tidak bisa dianggap angin lalu.
Ini teror yang patut mendapat perhatian kita semua. Mengapa? Karena, pejabat lain atau masyarakat biasa bisa saja menjadi target teror selanjutnya. Karena itu, tragedi ini harus ditangani secara serius dan komprehensif.
Setidaknya ada sejumlah pertanyaan penting yang perlu ditelisik dari kejadian tersebut. Mengapa yang menjadi target adalah Menko Polhukam? Siapa pelaku dan otak dari penyerangan tersebut? Apa misi dan motif dari penyerangan tersebut? Yang tak kalah penting adalah apakah prosedur pengamanan (SOP) sudah dijalankan dengan baik sehingga gagal melindungi Menko Polhukam?
Berbagai pertanyaan tersebut wajib dijawab satu per satu dengan penyelidikan yang serius dan menyeluruh. Tentu di sini adalah domain aparat keamanan seperti Polri dan Badan Intelijen Negara (BIN) untuk mengungkap kasus ini secara terang benderang.
Usai kejadian, dua pelakunya sudah langsung berhasil ditangkap. Dan, aparat keamanan Polri dan BIN sudah berhasil menyimpulkan pelakunya, Syahrial Alamsyah alias Abu Rara, adalah dari kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) asal Bekasi.
Tentu ini belum cukup. Aparat keamanan harus terus menelisik dan mengungkap seluruh jaringan para pelaku tersebut sampai ke akar-akarnya karena ini bisa menjadi ancaman bagi para pejabat lainnya, termasuk masyarakat. Intinya, Polri harus mengusut kasus ini secara transparan hingga tuntas.
Selain untuk menghentikan potensi muncul aksi-aksi penyerangan selanjutnya yang mungkin terjadi, juga untuk menyetop berbagai spekulasi yang muncul di masyarakat terkait insiden ini. Misalnya, apakah tragedi ini terjadi hanya aksi teror biasa seperti teroris sebelumnya atau mungkin terkait dengan pelantikan presiden dan bursa menteri yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Aparat keamanan harus mengungkapkan temuannya secara jujur ke publik agar spekulasi yang berkembang tidak menjadi bola liar yang bisa makin merusak ketertiban dan keamanan di masyarakat.
Para pejabat dan aparat keamanan juga sebaiknya satu suara dalam memberikan keterangan kepada masyarakat. Hal ini penting agar masyarakat bisa mendapatkan keterangan yang pasti dan jelas. Hal ini penting karena di era teknologi digital seperti saat ini dalam dunia maya (baca media sosial) berbagai versi berita terkait tragedi tersebut akan langsung tersaji dalam waktu singkat baik yang sesuai fakta hingga yang sengaja menyebarkan hoaks untuk mengacaukan suasana.
Di sinilah peran pemerintah dan aparat keamanan perlu untuk meluruskan setiap kabar hoaks yang muncul. Yang perlu ditekankan lagi adalah tragedi ini tidak berhubungan dengan agama tertentu. Tragedi yang menimpa Menko Polhukam tersebut harus dijadikan momentum untuk menata ulang pengamanan para pejabat, termasuk juga Presiden dan Wakil Presiden.
Kalau secara prosedur sudah baik, yang perlu dievaluasi adalah implementasi dari pengamanan tersebut. Aparat terkait harus memastikan prosedur pengamanan para pejabat sudah dijalankan dengan baik dan benar serta konsisten. Artinya, ada tidaknya ancaman, prosedur pengamanan pejabat harus tetap dijalankan secara penuh. Apalagi, Presiden Joko Widodo juga sudah memerintahkan untuk meningkatkan pengamanan para pejabat pascapenyerangan terhadap Menko Polhukam.
Arahan presiden ini menjadi warning bagi seluruh aparat keamanan untuk memastikan para pejabat negara terlindungi dan bisa menjalankan tugas dengan baik dan aman tanpa rasa khawatir. Tugas pengamanan pejabat negara memang tidak mudah, terlebih di era sekarang ini para pejabat dituntut untuk dekat dan berbaur dengan masyarakat. Namun, jika prosedur pengamanan dijalankan dengan profesionalisme yang tinggi dari aparat, semuanya akan baik-baik saja.
Penyerangan terhadap Menko Polhukam ini sebenarnya sangat ironis karena ini terjadi di tengah-tengah acara yang dijaga banyak aparat keamanan. Kejadian ini benar-benar mengagetkan kita semua. Apakah pengamanan terlalu longgar sehingga tragedi tersebut bisa terjadi?
Tragedi penyerangan terhadap pejabat negara ini sangat jarang terjadi di Republik ini. Dalam 20 tahun terakhir, kita tak pernah mendengar ada penyerangan terhadap pejabat negara. Yang ada hanya ancaman dijadikan target penyerangan sehingga kejadian penyerangan terhadap Menko Polhukam Wiranto merupakan hal yang tidak bisa dianggap angin lalu.
Ini teror yang patut mendapat perhatian kita semua. Mengapa? Karena, pejabat lain atau masyarakat biasa bisa saja menjadi target teror selanjutnya. Karena itu, tragedi ini harus ditangani secara serius dan komprehensif.
Setidaknya ada sejumlah pertanyaan penting yang perlu ditelisik dari kejadian tersebut. Mengapa yang menjadi target adalah Menko Polhukam? Siapa pelaku dan otak dari penyerangan tersebut? Apa misi dan motif dari penyerangan tersebut? Yang tak kalah penting adalah apakah prosedur pengamanan (SOP) sudah dijalankan dengan baik sehingga gagal melindungi Menko Polhukam?
Berbagai pertanyaan tersebut wajib dijawab satu per satu dengan penyelidikan yang serius dan menyeluruh. Tentu di sini adalah domain aparat keamanan seperti Polri dan Badan Intelijen Negara (BIN) untuk mengungkap kasus ini secara terang benderang.
Usai kejadian, dua pelakunya sudah langsung berhasil ditangkap. Dan, aparat keamanan Polri dan BIN sudah berhasil menyimpulkan pelakunya, Syahrial Alamsyah alias Abu Rara, adalah dari kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) asal Bekasi.
Tentu ini belum cukup. Aparat keamanan harus terus menelisik dan mengungkap seluruh jaringan para pelaku tersebut sampai ke akar-akarnya karena ini bisa menjadi ancaman bagi para pejabat lainnya, termasuk masyarakat. Intinya, Polri harus mengusut kasus ini secara transparan hingga tuntas.
Selain untuk menghentikan potensi muncul aksi-aksi penyerangan selanjutnya yang mungkin terjadi, juga untuk menyetop berbagai spekulasi yang muncul di masyarakat terkait insiden ini. Misalnya, apakah tragedi ini terjadi hanya aksi teror biasa seperti teroris sebelumnya atau mungkin terkait dengan pelantikan presiden dan bursa menteri yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Aparat keamanan harus mengungkapkan temuannya secara jujur ke publik agar spekulasi yang berkembang tidak menjadi bola liar yang bisa makin merusak ketertiban dan keamanan di masyarakat.
Para pejabat dan aparat keamanan juga sebaiknya satu suara dalam memberikan keterangan kepada masyarakat. Hal ini penting agar masyarakat bisa mendapatkan keterangan yang pasti dan jelas. Hal ini penting karena di era teknologi digital seperti saat ini dalam dunia maya (baca media sosial) berbagai versi berita terkait tragedi tersebut akan langsung tersaji dalam waktu singkat baik yang sesuai fakta hingga yang sengaja menyebarkan hoaks untuk mengacaukan suasana.
Di sinilah peran pemerintah dan aparat keamanan perlu untuk meluruskan setiap kabar hoaks yang muncul. Yang perlu ditekankan lagi adalah tragedi ini tidak berhubungan dengan agama tertentu. Tragedi yang menimpa Menko Polhukam tersebut harus dijadikan momentum untuk menata ulang pengamanan para pejabat, termasuk juga Presiden dan Wakil Presiden.
Kalau secara prosedur sudah baik, yang perlu dievaluasi adalah implementasi dari pengamanan tersebut. Aparat terkait harus memastikan prosedur pengamanan para pejabat sudah dijalankan dengan baik dan benar serta konsisten. Artinya, ada tidaknya ancaman, prosedur pengamanan pejabat harus tetap dijalankan secara penuh. Apalagi, Presiden Joko Widodo juga sudah memerintahkan untuk meningkatkan pengamanan para pejabat pascapenyerangan terhadap Menko Polhukam.
Arahan presiden ini menjadi warning bagi seluruh aparat keamanan untuk memastikan para pejabat negara terlindungi dan bisa menjalankan tugas dengan baik dan aman tanpa rasa khawatir. Tugas pengamanan pejabat negara memang tidak mudah, terlebih di era sekarang ini para pejabat dituntut untuk dekat dan berbaur dengan masyarakat. Namun, jika prosedur pengamanan dijalankan dengan profesionalisme yang tinggi dari aparat, semuanya akan baik-baik saja.
(thm)