BNPB: Metode Pentahelix Langkah Optimal Pencegahan Karhutla

Kamis, 10 Oktober 2019 - 08:23 WIB
BNPB: Metode Pentahelix...
BNPB: Metode Pentahelix Langkah Optimal Pencegahan Karhutla
A A A
JAKARTA - Peristiwa kebakaran hutan dan lahan yang menimbulkan kabut asap di Indonesia menjadi perhatian serius yang membutuhkan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat agar penanganan karhutla dapat dilakukan dengan optimal.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Doni Monardo menekankan untuk meningkatkan langkah pencegahan karhutla bisa menggunakan metode pentahelix yakni kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dunia usaha, akademisi dan media.

“Melalui konsep Pentahelix, mari kita bersama-sama bekerja keras untuk mengantisipasi bencana karhutla dan menjaga lahan gambut sesuai kodratnya yaitu berawa, berair dan basah,” ungkap Doni pada kegiatan Lokakarya Optimalisasi Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan serta Kabut Asap di Ruang Serbaguna Dr. Sutopo Purwo Nugroho, Graha BNPB, Jakarta.

Doni mengatakan langkah yang bisa digunakan untuk mencegah terjadinya karhutla salah satunya yakni dengan membentuk kelompok kerja (Pokja) pencegahan karhutla. Langkah ini sejalan dengan perintah Presiden Jokowi yang menekankan pentingnya mencegah karhutla terjadi di tahun berikut-berikutnya.

“Karhutla selalu terjadi setiap tahun, cuaca kemarau dan kekeringan juga dapat kita perkirakan. Yang membuat selama ini kita belum dapat mengantisipasi karhutla adalah kita hanya bekerja, namun belum bekerja sama. Kita akan bentuk tim Pokja bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, TNI, Polri kemudian juga para akademisi, dunia usaha termasuk juga teman-teman di daerah dan juga teman-teman media. Satu hal yang paling penting, seperti arahan Presiden RI, selalu utamakan pencegahan daripada penanggulangan. Karena pencegahan lebih baik dari penanggulangan,” jelas Doni.

Tugas Pokja, kata Doni akan memberikan masukan kepada BNPB untuk melakukan pencegahan. “Tim Pokja memberikan masukkan lengkap tadi seperti yang disampaikan Pak Wisnu dari akademisi ada, dari perguruan tinggi dari dunia usaha pakar-pakar di berbagai bidang, pakar gambut pakar hukum ya semuanya. Sehingga kami harapkan hasil dari Pokja akan memberikan masukan yang optimal bagi pencegahan karhutla di kemudian hari. Dan juga sebagai bahan mungkin dalam memperbaiki dan menyempurnakan beberapa peraturan yang ada,” tegasnya.

Senada, Deputi Sistem dan Strategi BNPB, Bernardus Wisnu Widjaja mengatakan pencegahan karhutla menjadi prioritas utama. “Seperti arahan Presiden Jokowi dalam menanggapi bencana karhutla bahwa pencegahan menjadi prioritas utama. Melalui metode pentahelix, kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dunia usaha, akademisi dan media dapat meningkatkan langkah pencegahan sehingga karhutla yang selalu terjadi setiap tahun tidak menimbulkan dampak yang semakin merugikan,” ujar Wisnu.

Sementara dalam kegiatan Lokakarya ini dihadiri perwakilan lintas lembaga, antara lain Dr. Indra Gustari dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG), Li Chen Wei dari Kemenko Bidang Perekonomian, Sutedjo Halim dari PT. Triputra Group, Hartono dari Badan Restorasi Gambut (BRG), Budi Triadi dari Litbang SDA PUPR, Jasmin Ragil Utomo dari Ditjen Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dan Peter F. Gontha Staf Ahli Kemenlu RI yang memaparkan peran dan permasalahan yang dihadapi dalam mengatasi bencana karhutla.

Bernardus mengatakan, kolaborasi lintas lembaga menjadi solusi efektif dalam penanganan bencana karhutla. “Proses yang dimulai dari langkah pencegahan dan antisipasi dengan data yang diperoleh dari BMKG, pengelolaan gambut yang diawasi oleh BRG, pengelolaan lahan yang dikawal oleh pemerintah daerah bersama masyarakat setempat, partisipasi aktif sektor swasta serta sanksi administratif maupun penegakan hukum secara perdata maupun pidana mampu meminimalisir terjadinya bencana karhutla yang selalu terjadi setiap tahun,” jelasnya.

Sementara itu, Staf Ahli Kementerian Luar, Peter F Gonthaa mengatakan tidak hanya di Indonesia, namun bencana karhutla juga terjadi di beberapa negara di dunia. Tetapi Indonesia memiliki kesulitan tersendiri karena lahan yang terbakar adalah lahan gambut. “Jika Indonesia mampu mengelola lahan gambut dan melakukan pemanfaatan lingkungan hidup dengan baik, Indonesia mampu menjadi world superpower, mengingat Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat kaya.”
(pur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1665 seconds (0.1#10.140)