Beroperasi 24 Jam, Produksi 18 Juta Eksemplar per Tahun
A
A
A
MADINAH - Sebagai kota suci kedua umat muslim, Madinah tidak hanya dipenuhi situs-situs bersejarah Islam. Di kota ini juga terdapat pabrik percetakan Alquran terbesar di dunia yang memproduksi belasan juta eksemplar setiap tahunnya.
Lokasi Kompleks Percetakan Alquran Raja Fahd atau Majma Malik Fahd Li Thibaah Mushaf Syarif memang tidak jauh dari Masjid Nabawi, yakni hanya sekitar 11 km barat daya Masjid Nabi tersebut. Namun, butuh waktu sekitar 15–20 menit perjalanan dengan mobil untuk bisa sampai sana.
Memasuki kompleks pabrik percetakan Alquran Madinah seluas 25 hektare terasa cukup adem. Pengunjung disambut dengan tanaman pergola yang menaungi jalan dari pos penjaga menuju bangunan pabrik yang lebih mirip kantor institusi besar. Gedungnya terlihat mewah, lengkap dengan pilar-pilar yang mempercantik gaya bangunan.
"Pabrik dibuka untuk umum empat jam sehari. Dari pukul 08.00 hingga 12.00 WAS (Waktu Arab Saudi) setiap hari," kata staf bagian umum pabrik Percetakan Alquran Raja Fahd, Abdul Aziz, kepada tim Media Center Haji (MCH), kemarin.
Pengunjung tidak bisa langsung masuk ke dalam pabrik. Mereka harus antre di lorong bagian depan gedung karena jumlah yang masuk dibatasi sekitar 15–20 orang per rombongan. Masing-masing rombongan diberikan waktu sekitar 15 menit untuk melihat langsung proses pencetakan kitab suci Alquran.
Setelah satu rombongan selesai, baru rombongan yang lain diizinkan masuk. "Dalam sehari, jumlah pengunjung pabrik percetakan Alquran ini sekitar 3.000 orang," kata Abdul Aziz. Menurutnya, pabrik percetakan Alquran yang diresmikan pada 1984 oleh Raja Fahd bin Abdul Aziz ini beroperasi selama 24 jam tanpa henti dan didukung oleh 1.300 pekerja.
Dalam setahun, tidak kurang dari 18 juta eksemplar Alquran dicetak dalam 78 bahasa. Jutaan eksemplar kitab suci dalam berbagai bentuk itu didistribusikan ke seluruh wilayah Arab Saudi dan puluhan negara di dunia. "Paling banyak didistribusikan ke Mekkah dan Madinah, lalu ke negara-negara yang ada kantor Kedutaan Arab Saudinya. Kami kirimkan gratis ke negara-negara lain melalui kedutaan," tuturnya.
Alquran yang telah dicetak tidak bisa langsung disebar kepada masyarakat umum. Setiap kitab suci yang diproduksi, dicek terlebih dahulu tulisannya oleh para ahli untuk memastikan tidak ada kesalahan di dalamnya. Termasuk juga terjemahannya, pemerintah Arab Saudi mengundang kiai atau syekh dari negara bersangkutan untuk mengecek kesesuaian antara ayat dan artinya.
"Kami juga mengembangkan Alquran dalam versi digital. Umat Islam bisa mengunduh aplikasinya di ponsel pintar. Namanya Mushaf Madinah Nabawiyah (tertulis dalam bahasa Arab)," ujar Abdul Aziz. Selain Alquran, pabrik percetakan ini juga memproduksi buku-buku Islam, seperti tafsir, hadis, buku-buku doa. Masing-masing contoh buku agama dan Alquran yang pernah diproduksi tersimpan rapi di lemari kaca pajangan.
Pengunjung bisa melihatnya saat berada di dalam pabrik. Setiap pengunjung yang datang diberikan hadiah berupa satu buah Alquran saat keluar dari pabrik percetakan. Mereka bisa memilih ukurannya karena tersedia dalam dua bentuk, besar dan sedang.
Bagi pengunjung yang ingin membawa pulang Alquran dalam jumlah lebih banyak, mereka bisa mendatangi toko yang berada di kompleks percetakan dan membelinya sesuai jumlah yang diinginkan. Harganya bervariasi antara SAR13 hingga SAR30, tergantung ukurannya.
"Saya membeli lima eksemplar untuk saya sendiri dan disumbangkan ke Masjid Nabawi," kata salah satu petugas haji yang sedang membeli Alquran, Darmawan. Hal yang sama juga disampaikan petugas haji lainnya, Agung Legiarta. Dia membeli lima eksemplar Alquran untuk dibawa pulang. "Saya bawa pulang untuk dibagikan di rumah," katanya. (Abdul Malik Mubarok)
Lokasi Kompleks Percetakan Alquran Raja Fahd atau Majma Malik Fahd Li Thibaah Mushaf Syarif memang tidak jauh dari Masjid Nabawi, yakni hanya sekitar 11 km barat daya Masjid Nabi tersebut. Namun, butuh waktu sekitar 15–20 menit perjalanan dengan mobil untuk bisa sampai sana.
Memasuki kompleks pabrik percetakan Alquran Madinah seluas 25 hektare terasa cukup adem. Pengunjung disambut dengan tanaman pergola yang menaungi jalan dari pos penjaga menuju bangunan pabrik yang lebih mirip kantor institusi besar. Gedungnya terlihat mewah, lengkap dengan pilar-pilar yang mempercantik gaya bangunan.
"Pabrik dibuka untuk umum empat jam sehari. Dari pukul 08.00 hingga 12.00 WAS (Waktu Arab Saudi) setiap hari," kata staf bagian umum pabrik Percetakan Alquran Raja Fahd, Abdul Aziz, kepada tim Media Center Haji (MCH), kemarin.
Pengunjung tidak bisa langsung masuk ke dalam pabrik. Mereka harus antre di lorong bagian depan gedung karena jumlah yang masuk dibatasi sekitar 15–20 orang per rombongan. Masing-masing rombongan diberikan waktu sekitar 15 menit untuk melihat langsung proses pencetakan kitab suci Alquran.
Setelah satu rombongan selesai, baru rombongan yang lain diizinkan masuk. "Dalam sehari, jumlah pengunjung pabrik percetakan Alquran ini sekitar 3.000 orang," kata Abdul Aziz. Menurutnya, pabrik percetakan Alquran yang diresmikan pada 1984 oleh Raja Fahd bin Abdul Aziz ini beroperasi selama 24 jam tanpa henti dan didukung oleh 1.300 pekerja.
Dalam setahun, tidak kurang dari 18 juta eksemplar Alquran dicetak dalam 78 bahasa. Jutaan eksemplar kitab suci dalam berbagai bentuk itu didistribusikan ke seluruh wilayah Arab Saudi dan puluhan negara di dunia. "Paling banyak didistribusikan ke Mekkah dan Madinah, lalu ke negara-negara yang ada kantor Kedutaan Arab Saudinya. Kami kirimkan gratis ke negara-negara lain melalui kedutaan," tuturnya.
Alquran yang telah dicetak tidak bisa langsung disebar kepada masyarakat umum. Setiap kitab suci yang diproduksi, dicek terlebih dahulu tulisannya oleh para ahli untuk memastikan tidak ada kesalahan di dalamnya. Termasuk juga terjemahannya, pemerintah Arab Saudi mengundang kiai atau syekh dari negara bersangkutan untuk mengecek kesesuaian antara ayat dan artinya.
"Kami juga mengembangkan Alquran dalam versi digital. Umat Islam bisa mengunduh aplikasinya di ponsel pintar. Namanya Mushaf Madinah Nabawiyah (tertulis dalam bahasa Arab)," ujar Abdul Aziz. Selain Alquran, pabrik percetakan ini juga memproduksi buku-buku Islam, seperti tafsir, hadis, buku-buku doa. Masing-masing contoh buku agama dan Alquran yang pernah diproduksi tersimpan rapi di lemari kaca pajangan.
Pengunjung bisa melihatnya saat berada di dalam pabrik. Setiap pengunjung yang datang diberikan hadiah berupa satu buah Alquran saat keluar dari pabrik percetakan. Mereka bisa memilih ukurannya karena tersedia dalam dua bentuk, besar dan sedang.
Bagi pengunjung yang ingin membawa pulang Alquran dalam jumlah lebih banyak, mereka bisa mendatangi toko yang berada di kompleks percetakan dan membelinya sesuai jumlah yang diinginkan. Harganya bervariasi antara SAR13 hingga SAR30, tergantung ukurannya.
"Saya membeli lima eksemplar untuk saya sendiri dan disumbangkan ke Masjid Nabawi," kata salah satu petugas haji yang sedang membeli Alquran, Darmawan. Hal yang sama juga disampaikan petugas haji lainnya, Agung Legiarta. Dia membeli lima eksemplar Alquran untuk dibawa pulang. "Saya bawa pulang untuk dibagikan di rumah," katanya. (Abdul Malik Mubarok)
(don)