Dea Valencia, Pengusaha Batik yang Peduli Difabel
A
A
A
DEA Valencia sukses menjadi wirausahawan dengan berdagang batik. Batik Kultur adalah merek dagangnya. Saat kecil, dia memang sudah dikenalkan dengan batik.
Dea mengawali perjalanan usaha dengan berdagang batik lawas milik ibunya. Batik lawa koleksi ibunya menjadi awal kesuksesannya.
Perempuan kelahiran Semarang 14 Februari 1994 ini mendesain sendiri produk Batik Kultur. Tidak bisa menggambar, Dea mentransfer imajinasinya kepada desainer kepercayaannya.
Batik Kultur mendapat respons yang baik. Kesuksesannya tidak lepas dari media sosial. Omset ratusan juta telah diraihnya setiap bulan.
Dalam mengembangkan usaha batiknya, dia dibantu oleh ibu dan karyawannya. Dea memberdayakan penyandang disabilitas dalam usaha batiknya. Alasan Dea mempekerjakan difabel karena ingin memberikan mereka kesempatan untuk memberikan kontribusi di balik keterbatasannya.
Desain Batik Kultur mempunyai model, motif serta cita rasa anak muda. Konsumen Batik Kultur ini tidak hanya di dalam negeri tetapi hingga ke luar negeri.
Kesuksesan usaha dan kepeduliannya terhadap kaum difabel menjadikan Dea sebagai sosok yang dinilai layak masuk nominasi 7 Millenial Heroes.
7 Millenial Heroes adalah event yang digelar SINDOnews untuk mengapresiasi generasi milenial yang dinilai telah memberikan sumbangsih kepada Indonesia dalam bentuk semangat, kerja keras, inovasi, dan konsistensi terhadap gagasannya untuk kemajuan bangsa.
Dalam event 7 Millennial Heroes, SINDOnews merilis 49 nominasi tokoh muda yang terbagi dari tujuh kategori. Ketujuh kategori tersebut, yakni Ekonomi Digital, Seni dan Budaya, Olahraga, Pendidikan, Sosial, Lingkungan, dan Kesehatan.
SINDOnews mengajak keterlibatan publik untuk melakukan voting pada pemilihan 7 Millennial Heroes terbaik pada masing-masing kategori yang sudah ditentukan. Voting dapat dilakukan melalui alamat link berikut: https://microsite.sindonews.com/millennialheroes/ .
Dea mengawali perjalanan usaha dengan berdagang batik lawas milik ibunya. Batik lawa koleksi ibunya menjadi awal kesuksesannya.
Perempuan kelahiran Semarang 14 Februari 1994 ini mendesain sendiri produk Batik Kultur. Tidak bisa menggambar, Dea mentransfer imajinasinya kepada desainer kepercayaannya.
Batik Kultur mendapat respons yang baik. Kesuksesannya tidak lepas dari media sosial. Omset ratusan juta telah diraihnya setiap bulan.
Dalam mengembangkan usaha batiknya, dia dibantu oleh ibu dan karyawannya. Dea memberdayakan penyandang disabilitas dalam usaha batiknya. Alasan Dea mempekerjakan difabel karena ingin memberikan mereka kesempatan untuk memberikan kontribusi di balik keterbatasannya.
Desain Batik Kultur mempunyai model, motif serta cita rasa anak muda. Konsumen Batik Kultur ini tidak hanya di dalam negeri tetapi hingga ke luar negeri.
Kesuksesan usaha dan kepeduliannya terhadap kaum difabel menjadikan Dea sebagai sosok yang dinilai layak masuk nominasi 7 Millenial Heroes.
7 Millenial Heroes adalah event yang digelar SINDOnews untuk mengapresiasi generasi milenial yang dinilai telah memberikan sumbangsih kepada Indonesia dalam bentuk semangat, kerja keras, inovasi, dan konsistensi terhadap gagasannya untuk kemajuan bangsa.
Dalam event 7 Millennial Heroes, SINDOnews merilis 49 nominasi tokoh muda yang terbagi dari tujuh kategori. Ketujuh kategori tersebut, yakni Ekonomi Digital, Seni dan Budaya, Olahraga, Pendidikan, Sosial, Lingkungan, dan Kesehatan.
SINDOnews mengajak keterlibatan publik untuk melakukan voting pada pemilihan 7 Millennial Heroes terbaik pada masing-masing kategori yang sudah ditentukan. Voting dapat dilakukan melalui alamat link berikut: https://microsite.sindonews.com/millennialheroes/ .
(dam)