Pemindahan Ibu Kota Hapus Dikotomi Jawa dan Luar Jawa
A
A
A
JAKARTA - Pengamat ekonomi dari Universitas Negeri Mulawarman Kalimantan Timur, Adji Sofyan Effendi menilai ada tiga spektrum terkait pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur, tepatnya di Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara.
Pertama, spektrum Kalimantan Timur. Kedua, spektrum Pulau Kalimantan. Ketiga, spektrum secara Nasional.
Menurut dia, pemindahan ibu kota merupakan satu sudut pandang yang sama agar Indonesia menjadi lebih baik. Hal ini untuk menjembatani kesenjangan pendapatan, kemakmuran, infrastruktur dan kesejahteraan.
Tidak ada lagi dikotomi Jawa dan luar Jawa, serta Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan Kawasan Barat Indonesia (KBI). "Tidak ada lagi dua dikotomi tersebut, yang pasti Timur Barat dan Jawa dan Non Jawa," Kata Adji Sofyan Effendi, Senin di Samarinda, Senin (26/8/2019).
Menurut Doktor Bidang Ekonomi dan Perencanaan Pembangunan dari Universitas Negeri Mulawarman, pemindahan ibu kota ke Kaltim tepatnya di Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegera menjadikan Kaltim sebagai pendorong ekonomi ke kawasan Timur Indonesia lainnya dan menjadikan Kawasan Timur menjadi lebih bergeliat.Sementara khusus untuk Kaltim sendiri infrastruktur akan dibangun menjadi lebih massif. "Bila dibangun pada tahun 2020 sampai tahun 2021 infrastruktur Kaltim jauh bakal berkembang dan massif," ujarnya.
Adji menjelaskan dari sisi investasi juga menjadi jauh lebih besar ketika ibu kota pindah ke Kaltim. Investasi yang selama ini mahal akan menjadi lebih murah.
"Begitu pun kepentingan industri, tidak ada lagi istilah hulu dan hilir, namun menjadi kepentingan yang mainstream," katanya.
Kemudian efek untuk Kalimantan, eskalasi investasi juga menjadi massif, "Kalimantan Barat, Selatan, Tengah dan Timur akan terintegrasi, Icornya menjadi lebih kecil, kompetitif dan terkoneksi," ujar Adji.
Menurut dia, Kalimantan akan menjadi interland atau menjadi penyangga seperti Jabodetabek.
Adji mengatakan, esensi terpenting dengan dipindahkan ibu kota ke Kaltim. Dari sisi makro ekonomi, negara akan lebih berorientasi kesejahteraan dan kemakmuran sehingga negara benar-benar dirasakan hadir di saat "kue pemerataan" dibutuhkan.
"Selain efek percepatan ekonomi, pemindahan ibu kota akan memperkuat sistem pertahanan dan keamanan," katanya.
Sementara itu, salah seorang tokoh masyarakat Kalimantan Timur Muhammad Iqbal, masyarakat Kaltim pada umumnya menerima dengan baik pemindahan ibu kota ini.
"Di masyarakat terjadi eforia, menerima dengan baik, dengan dipindahkan ibu kota akan terbuka akses pasar yang lebih luas, khususnya bagi pengusaha-pengusaha kecil seperti UMKM," ujar Iqbal.
Dengan ibu kota pindah ke Kaltim, kata Iqbal, investasi masuk ke berbagai sektor sehingga terbuka peluang dan kesempatan usaha serta tenaga kerja bagi masyarakat kecil.
Masyarakat Kaltim yang heterogen dan tidak pernah konflik menyambut baik dengan pemindahan ibu kota ini."Prinsipnya menerima dengan baik proses pemindahan ini," ujar Iqbal.
Menurut dia, pemindahan ibu kota ke Kaltim khususnya di wilayah Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara akan menjadikan pengusaha "hitam" tidak nyaman.Sumber daya alam yang melimpah di wilayah tersebut akan terjaga dengan baik. "Batubara karungan, illegal logging, meaning akan terjaga lebih baik, pengusaha hitam akan menjadi tidak nyaman, banyak pengusaha-pengusaha asing dari Korea, Singapura yang memiliki izin kebun ternyata menggali batu bara," ungkap Iqbal.
Selain itu dari aspek budaya, pemindahan ibu kota akan memperkuat budaya khas Kutai Kartanegara. "Intinya masyarakat di sini menerima dengan baik, dan pilihan terbaik mungkin dipilih pemerintah," tuturnya.
Pertama, spektrum Kalimantan Timur. Kedua, spektrum Pulau Kalimantan. Ketiga, spektrum secara Nasional.
Menurut dia, pemindahan ibu kota merupakan satu sudut pandang yang sama agar Indonesia menjadi lebih baik. Hal ini untuk menjembatani kesenjangan pendapatan, kemakmuran, infrastruktur dan kesejahteraan.
Tidak ada lagi dikotomi Jawa dan luar Jawa, serta Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan Kawasan Barat Indonesia (KBI). "Tidak ada lagi dua dikotomi tersebut, yang pasti Timur Barat dan Jawa dan Non Jawa," Kata Adji Sofyan Effendi, Senin di Samarinda, Senin (26/8/2019).
Menurut Doktor Bidang Ekonomi dan Perencanaan Pembangunan dari Universitas Negeri Mulawarman, pemindahan ibu kota ke Kaltim tepatnya di Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegera menjadikan Kaltim sebagai pendorong ekonomi ke kawasan Timur Indonesia lainnya dan menjadikan Kawasan Timur menjadi lebih bergeliat.Sementara khusus untuk Kaltim sendiri infrastruktur akan dibangun menjadi lebih massif. "Bila dibangun pada tahun 2020 sampai tahun 2021 infrastruktur Kaltim jauh bakal berkembang dan massif," ujarnya.
Adji menjelaskan dari sisi investasi juga menjadi jauh lebih besar ketika ibu kota pindah ke Kaltim. Investasi yang selama ini mahal akan menjadi lebih murah.
"Begitu pun kepentingan industri, tidak ada lagi istilah hulu dan hilir, namun menjadi kepentingan yang mainstream," katanya.
Kemudian efek untuk Kalimantan, eskalasi investasi juga menjadi massif, "Kalimantan Barat, Selatan, Tengah dan Timur akan terintegrasi, Icornya menjadi lebih kecil, kompetitif dan terkoneksi," ujar Adji.
Menurut dia, Kalimantan akan menjadi interland atau menjadi penyangga seperti Jabodetabek.
Adji mengatakan, esensi terpenting dengan dipindahkan ibu kota ke Kaltim. Dari sisi makro ekonomi, negara akan lebih berorientasi kesejahteraan dan kemakmuran sehingga negara benar-benar dirasakan hadir di saat "kue pemerataan" dibutuhkan.
"Selain efek percepatan ekonomi, pemindahan ibu kota akan memperkuat sistem pertahanan dan keamanan," katanya.
Sementara itu, salah seorang tokoh masyarakat Kalimantan Timur Muhammad Iqbal, masyarakat Kaltim pada umumnya menerima dengan baik pemindahan ibu kota ini.
"Di masyarakat terjadi eforia, menerima dengan baik, dengan dipindahkan ibu kota akan terbuka akses pasar yang lebih luas, khususnya bagi pengusaha-pengusaha kecil seperti UMKM," ujar Iqbal.
Dengan ibu kota pindah ke Kaltim, kata Iqbal, investasi masuk ke berbagai sektor sehingga terbuka peluang dan kesempatan usaha serta tenaga kerja bagi masyarakat kecil.
Masyarakat Kaltim yang heterogen dan tidak pernah konflik menyambut baik dengan pemindahan ibu kota ini."Prinsipnya menerima dengan baik proses pemindahan ini," ujar Iqbal.
Menurut dia, pemindahan ibu kota ke Kaltim khususnya di wilayah Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara akan menjadikan pengusaha "hitam" tidak nyaman.Sumber daya alam yang melimpah di wilayah tersebut akan terjaga dengan baik. "Batubara karungan, illegal logging, meaning akan terjaga lebih baik, pengusaha hitam akan menjadi tidak nyaman, banyak pengusaha-pengusaha asing dari Korea, Singapura yang memiliki izin kebun ternyata menggali batu bara," ungkap Iqbal.
Selain itu dari aspek budaya, pemindahan ibu kota akan memperkuat budaya khas Kutai Kartanegara. "Intinya masyarakat di sini menerima dengan baik, dan pilihan terbaik mungkin dipilih pemerintah," tuturnya.
(dam)