Status Kesehatan Ditentukan sejak Kecil
A
A
A
Hidup sehat harus dibiasakan sejak dini, mengingat kesehatan pada masa kecil akan memengaruhi status kesehatan seseorang pada masa mendatang.
Guna mencetak generasi Indonesia yang sehat dan produktif, sejatinya dibutuhkan persiapan sejak masa kehamilan. Seperti diketahui, pertumbuhan dan perkembangan anak pada 1.000 hari pertama kehidupannya merupakan masa penting.
Pada periode itu terjadi perkembangan otak yang sangat pesat sehingga masa 1.000 hari pertama kehidupan tersebut sering disebut sebagai momen emas pertumbuhan sang buah hati. Menurut dr Bernie Endyarni Medise SpA(K) MPH, pada 1.000 hari pertama kehidupan buah hati dimulai dari 270 hari dalam kandungan dan 730 hari setelah lahir.
730 hari ini pun dibagi kembali ke dalam fase 0-12 bulan dan 12- 24 bulan. “Nutrisi yang seimbang dan stimulasi yang tepat dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak,” katanya. Dr dr Ali Sungkar SpOG (K) menekankan nutrisi penting selama kehamilan mencakup nutrisi makro dan mikro.
Protein, karbohidrat, dan lemak berfungsi dalam memberi tenaga. Sementara pada nutrisi mikro, yaitu vitamin larut air, vitamin larut lemak dan mineral. Kekurangan nutrisi mikro bisa berakibat buruk.
“Dampaknya seperti kelainan plasenta dan perdarahan saat melahirkan, bayi lahir prematur, bayi lahir dengan berat badan rendah, dan bayi meninggal dalam kandungan,” imbuh dr Ali. Ketika bayi lahir, ASI merupakan asupan terbaik hingga usia 2 tahun.
Kandungannya menyesuaikan dengan kebutuhan bayi sehingga tidak ada makanan atau minuman yang lebih baik daripada ASI. Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat dr Kirana Pritasari MQIH membenarkan bahwa kandungan ASI sesuai kebutuhan bayi.
Tidak ada makanan terbaik selain ASI untuk bayi. "Mau susu formula semahal apa pun tidak akan ada yang bisa menandingi ASI. ASI itu isi kandungannya dapat menyesuaikan sendiri dengan usia bayi,” kata dr Kirana.
Segala hal yang dilakukan dalam masa tumbuh kembang anak bahkan sejak masa kehamilan merupakan bagian dari upaya untuk menghasilkan generasi yang sehat. Ini sejalan dengan pernyataan pakar nutrisi dan Guru Besar IPB Prof Dr Ir Ali Khomsan MS, pola hidup sehat sejak dini akan memengaruhi tumbuh kembang anak, bahkan kualitas hidup mereka ketika dewasa.
Prof Ali mencontohkan anak yang telah terbiasa menerapkan pola makan sehat pada saat dewasa kelak akan memiliki risiko lebih rendah terhadap penyakit tidak menular (PTM) seperti obesitas, hipertensi, stroke, diabetes, dan serangan jantung.
“Oleh karenanya, penting bagi orang tua untuk senantiasa memperhatikan asupan anak dan menyediakan gizi yang seimbang,” saran Prof Ali. Gizi seimbang termasuk asupan buah dan sayur di dalamnya.
Kementerian Kesehatan melalui Pedoman Gizi Seimbang merekomendasikan konsumsi 3-5 porsi sayur dan 2-3 porsi buah per hari. Namun, berdasarkan data analisis lanjut Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI, 2014) sebesar 97,1% penduduk Indonesia tidak mengonsumsi cukup buah-buahan dan sayuran dengan rerata konsumsi sayur penduduk 70,0 gram/orang/hari dan konsumsi buah 38,8 gram/ orang/hari.
Konsultan gastrohepatologi anak dr Frieda Handayani Kawanto SpA(K) mengatakan, konsumsi sayur dan buah yang belum memadai dapat berpengaruh terhadap suplai vitamin, mineral, serta serat yang sangat dibutuhkan tubuh.
Sayur dan buah berperan membantu meningkatkan daya tahan tubuh, memperlancar pencernaan, menjaga kesehatan, dan dapat mengurangi risiko terjadinya PTM seperti penyakit jantung, beberapa jenis kanker, dan obesitas.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Nutrisionis Olahraga dan Kebugaran Indonesia Muri Kuswari SPd MSi memaparkan pentingnya aktivitas fisik untuk mewujudkan generasi Indonesia yang lebih sehat. Selain mendapatkan asupan gizi yang cukup, menurut dia, pola hidup aktif sudah harus ditanamkan pada anak sejak dini.
Anak yang rutin berolahraga memiliki kemampuan kognitif, mental, serta nilai-nilai kehidupan seperti sportivitas, pantang menyerah, percaya diri, dan kerja sama tim yang lebih baik.
“Penting bagi anak usia sekolah untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur dan didukung dengan asupan gizi yang seimbang agar tetap berenergi setiap hari,” kata Muri. Dengan segala paparan di atas, maka sudah seharus menjadikan pola hidup sehat sebagai bagian dari gaya hidup keluarga. (Sri Noviarni)
Guna mencetak generasi Indonesia yang sehat dan produktif, sejatinya dibutuhkan persiapan sejak masa kehamilan. Seperti diketahui, pertumbuhan dan perkembangan anak pada 1.000 hari pertama kehidupannya merupakan masa penting.
Pada periode itu terjadi perkembangan otak yang sangat pesat sehingga masa 1.000 hari pertama kehidupan tersebut sering disebut sebagai momen emas pertumbuhan sang buah hati. Menurut dr Bernie Endyarni Medise SpA(K) MPH, pada 1.000 hari pertama kehidupan buah hati dimulai dari 270 hari dalam kandungan dan 730 hari setelah lahir.
730 hari ini pun dibagi kembali ke dalam fase 0-12 bulan dan 12- 24 bulan. “Nutrisi yang seimbang dan stimulasi yang tepat dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak,” katanya. Dr dr Ali Sungkar SpOG (K) menekankan nutrisi penting selama kehamilan mencakup nutrisi makro dan mikro.
Protein, karbohidrat, dan lemak berfungsi dalam memberi tenaga. Sementara pada nutrisi mikro, yaitu vitamin larut air, vitamin larut lemak dan mineral. Kekurangan nutrisi mikro bisa berakibat buruk.
“Dampaknya seperti kelainan plasenta dan perdarahan saat melahirkan, bayi lahir prematur, bayi lahir dengan berat badan rendah, dan bayi meninggal dalam kandungan,” imbuh dr Ali. Ketika bayi lahir, ASI merupakan asupan terbaik hingga usia 2 tahun.
Kandungannya menyesuaikan dengan kebutuhan bayi sehingga tidak ada makanan atau minuman yang lebih baik daripada ASI. Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat dr Kirana Pritasari MQIH membenarkan bahwa kandungan ASI sesuai kebutuhan bayi.
Tidak ada makanan terbaik selain ASI untuk bayi. "Mau susu formula semahal apa pun tidak akan ada yang bisa menandingi ASI. ASI itu isi kandungannya dapat menyesuaikan sendiri dengan usia bayi,” kata dr Kirana.
Segala hal yang dilakukan dalam masa tumbuh kembang anak bahkan sejak masa kehamilan merupakan bagian dari upaya untuk menghasilkan generasi yang sehat. Ini sejalan dengan pernyataan pakar nutrisi dan Guru Besar IPB Prof Dr Ir Ali Khomsan MS, pola hidup sehat sejak dini akan memengaruhi tumbuh kembang anak, bahkan kualitas hidup mereka ketika dewasa.
Prof Ali mencontohkan anak yang telah terbiasa menerapkan pola makan sehat pada saat dewasa kelak akan memiliki risiko lebih rendah terhadap penyakit tidak menular (PTM) seperti obesitas, hipertensi, stroke, diabetes, dan serangan jantung.
“Oleh karenanya, penting bagi orang tua untuk senantiasa memperhatikan asupan anak dan menyediakan gizi yang seimbang,” saran Prof Ali. Gizi seimbang termasuk asupan buah dan sayur di dalamnya.
Kementerian Kesehatan melalui Pedoman Gizi Seimbang merekomendasikan konsumsi 3-5 porsi sayur dan 2-3 porsi buah per hari. Namun, berdasarkan data analisis lanjut Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI, 2014) sebesar 97,1% penduduk Indonesia tidak mengonsumsi cukup buah-buahan dan sayuran dengan rerata konsumsi sayur penduduk 70,0 gram/orang/hari dan konsumsi buah 38,8 gram/ orang/hari.
Konsultan gastrohepatologi anak dr Frieda Handayani Kawanto SpA(K) mengatakan, konsumsi sayur dan buah yang belum memadai dapat berpengaruh terhadap suplai vitamin, mineral, serta serat yang sangat dibutuhkan tubuh.
Sayur dan buah berperan membantu meningkatkan daya tahan tubuh, memperlancar pencernaan, menjaga kesehatan, dan dapat mengurangi risiko terjadinya PTM seperti penyakit jantung, beberapa jenis kanker, dan obesitas.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Nutrisionis Olahraga dan Kebugaran Indonesia Muri Kuswari SPd MSi memaparkan pentingnya aktivitas fisik untuk mewujudkan generasi Indonesia yang lebih sehat. Selain mendapatkan asupan gizi yang cukup, menurut dia, pola hidup aktif sudah harus ditanamkan pada anak sejak dini.
Anak yang rutin berolahraga memiliki kemampuan kognitif, mental, serta nilai-nilai kehidupan seperti sportivitas, pantang menyerah, percaya diri, dan kerja sama tim yang lebih baik.
“Penting bagi anak usia sekolah untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur dan didukung dengan asupan gizi yang seimbang agar tetap berenergi setiap hari,” kata Muri. Dengan segala paparan di atas, maka sudah seharus menjadikan pola hidup sehat sebagai bagian dari gaya hidup keluarga. (Sri Noviarni)
(nfl)