Cerita Jamaah Haji Asal Sumur Pandeglang Dengar Gempa Banten
A
A
A
MEKKAH - Kabar gempa bumi dari Tanah Air, Jumat (2/8/2019) malam, membuat jamaah haji asal Pandeglang, Banten was-was. Apalagi Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sempat mengumumkan peringatan potensi tsunami dalam peristiwa tersebut.
Edi Bahtiar, jamaah haji asal Desa Sumberjaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang mengatakan dia mendapatkan informasi dari keluarganya di Tanah Air. Hampir semua warga di desanya mengungsi ke Desa Tangkilsari dan Desa Cimanggu yang berjarak sekitar 5-6 kilometer. Listrik juga sempat mati total selama 3-4 jam pascagempa.
"Itu posisi desanya lebih tingi. Enam bulan lalu saat terjadi tsunami Selat Sunda, kami juga mengungsi ke Desa Tangkilsari dan Desa Cimanggu," tutur Edi saat ditemui tim Media Center Haji (MCH) di Hotel Al Zaer Mashaer yang berada di wilayah Syisyah 1, Kota Mekkah, Jumat (2/8/2019).
Menurut Edi, rumahnya berada di dekat pantai. Waktu gempa terjadi, anak-anaknya yang berumur 7 dan 9 tahun sedang mengaji di rumah pamannya, agak jauh dari pantai. Informasinya, rumah adik Edi yang juga berada di pinggir pantai hancur terkena guncangan gempa. Padahal rumah itu baru saja dibangun setelah hancur diterjang tsunami pada Desember 2018 lalu.
"Adik saya juga punya anak, tapi ditinggal di rumah neneknya, sekarang mereka mengungsi," kata Ketua RW di Desa Sumberjaya ini.
Edi menuturkan, dirinya khawatir akan terulang seperti enam bulan lalu. Warga tidak terkoordinasi dengan baik, sehingga muncul berita simpang siur yang membuat panik. "Yang paling penting ada informasi ke warga, bagaimana cara menenangkan agar mereka tidak panik," katanya.
Menurut Edi, jamaah haji kloter 55 Embarkasi Jakarta-Pondok Gede (JKG) yang berasal dari Tangerang Selatan dan Pandeglang berdoa bersama agar keluarga jamaah haji di Kecamatan Sumur dan warga yang mengungsi diberi ketenangan dan dilindungi Allah SWT.
"Tadi juga ada teman yang secara khusus ke Al Haram (Masjidilharam) untuk berdoa agar warga terdampak gempa selalu mendapat ketenangan dan kedamaian," katanya.
Edi Bahtiar, jamaah haji asal Desa Sumberjaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang mengatakan dia mendapatkan informasi dari keluarganya di Tanah Air. Hampir semua warga di desanya mengungsi ke Desa Tangkilsari dan Desa Cimanggu yang berjarak sekitar 5-6 kilometer. Listrik juga sempat mati total selama 3-4 jam pascagempa.
"Itu posisi desanya lebih tingi. Enam bulan lalu saat terjadi tsunami Selat Sunda, kami juga mengungsi ke Desa Tangkilsari dan Desa Cimanggu," tutur Edi saat ditemui tim Media Center Haji (MCH) di Hotel Al Zaer Mashaer yang berada di wilayah Syisyah 1, Kota Mekkah, Jumat (2/8/2019).
Menurut Edi, rumahnya berada di dekat pantai. Waktu gempa terjadi, anak-anaknya yang berumur 7 dan 9 tahun sedang mengaji di rumah pamannya, agak jauh dari pantai. Informasinya, rumah adik Edi yang juga berada di pinggir pantai hancur terkena guncangan gempa. Padahal rumah itu baru saja dibangun setelah hancur diterjang tsunami pada Desember 2018 lalu.
"Adik saya juga punya anak, tapi ditinggal di rumah neneknya, sekarang mereka mengungsi," kata Ketua RW di Desa Sumberjaya ini.
Edi menuturkan, dirinya khawatir akan terulang seperti enam bulan lalu. Warga tidak terkoordinasi dengan baik, sehingga muncul berita simpang siur yang membuat panik. "Yang paling penting ada informasi ke warga, bagaimana cara menenangkan agar mereka tidak panik," katanya.
Menurut Edi, jamaah haji kloter 55 Embarkasi Jakarta-Pondok Gede (JKG) yang berasal dari Tangerang Selatan dan Pandeglang berdoa bersama agar keluarga jamaah haji di Kecamatan Sumur dan warga yang mengungsi diberi ketenangan dan dilindungi Allah SWT.
"Tadi juga ada teman yang secara khusus ke Al Haram (Masjidilharam) untuk berdoa agar warga terdampak gempa selalu mendapat ketenangan dan kedamaian," katanya.
(kri)