Menikmati Kemerduan Suara Imam dan Matahari Tenggelam di Laut Merah
A
A
A
JEDDAH - Sore adalah awal waktu bergeliatnya denyut kehidupan di Jeddah, Arab Saudi. Suhu yang mulai menurun membuat warga atau wisatawan nyaman keluar ruangan untuk jalan-jalan menikmati suasana kota.
Salah sudut kota yang banyak dikunjungi warga Jeddah dan sekitarnya adalah Kompleks Masjid Ar Rahmah. Letaknya di pinggir Laut Merah, tepatnya di Jalan Corniche, Kota Jeddah. Masjid ini juga dikenal sebagai masjid terapung karena sebagian gedungnya dibangun di atas laut. Pengunjung ke tempat ini sebagian besar datang bersama keluarganya. Mereka membawa karpet atau alas untuk duduk-duduk bersama. Kerap kali mereka juga membawa makanan untuk bersantap bareng. Di sisi barat masjid terdapat area tanah lapang bersih yang langsung menghadap laut.
Beberapa titik dipasang bangku untuk duduk menikmati proses matahari tenggelam. Tak hanya matahari, sebagian Gedung Masjid Ar Rahmah yang dibangun di atas Laut Merah juga memukau. Warna temboknya bernuansa putih dengan kubah biru seperti warna laut di sekelilingnya. Menara tunggalnya menjulang tinggi semakin menambah elegan bangunannya.
”Ini tempat wisata warga Jeddah dan jamaah haji,” kata Yuliani, warga negara Indonesia (WNI) yang telah 10 tahun tinggal di Jeddah, akhir pekan lalu. Masjid Ar Rahmah dulu disebut Masjid Fatimah. Namun, kemudian banyak pengunjung mengira bahwa masjid ini bernama Fatimah Az Zahra, sama seperti nama putri Rasulullah.
Agar tidak terjadi kekeliruan, Pemerintah Arab Saudi mengubahnya menjadi Masjid Ar Rahma. Masuk ke dalam masjid, pengunjung akan mencium aroma bukhur yang kuat. Baunya semacam dupa atau kemenyan, tapi khas Arab Saudi. Wanginya menenangkan. Desain interiornya merupakan perpaduan antara gaya modern dan Islam.
Langit-langit di ruang utama masjid adalah kubah besar dengan lampu menjuntai di tengahnya. Tulisan-tulisan kaligrafi sangat indah menghiasi sekeliling dinding ruang salat. Kebanyakan jamaah haji Indonesia dan negara lain mengunjungi Masjid Ar Rahma ketika matahari mulai terbenam.
Selain bisa menikmati sunset , mereka juga bisa salat magrib atau isya berjamaah. Meski bukan termasuk salah satu tempat yang disunahkan untuk diziarahi, tapi suara imam salat di masjid ini sangat merdu dan khusyuk menusuk kalbu.Saimah, jamaah haji asal Palembang, mengaku datang ke Masjid Ar Rahma, Jeddah, untuk salat di dalamnya. Dia sengaja berkunjung ke masjid ini bersama rombongan dari Mekkah dengan menggunakan bus. ”Hebat sekali masjidnya. Saya ingin salat di sini,” katanya.
Jhon Darwin, jamaah haji asal Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel), mengaku sengaja datang ke Masjid Ar Rahma, Jeddah, bersama rombongan dari Mekkah. Dengan menggunakan bus, dia ingin melihat masjid terapung sekaligus berwisata. ”Sangat bagus masjid terapung ini, semoga bisa direplikasi di DKI Jakarta,” katanya.
Karena banyak jamaah haji Indonesia yang datang, pengelola masjid menempelkan pengumuman dalam bahasa Indonesia. Isinya pemberitahuan bahwa Masjid Ar Rahmah tidak memiliki kekhususan yang membedakan dengan masjid lainnya. Pengelola meminta agar informasi ini disebarluaskan kepada saudara semuslim di Indonesia dan seluruh dunia. (Abdul Malik Mubarak)
Salah sudut kota yang banyak dikunjungi warga Jeddah dan sekitarnya adalah Kompleks Masjid Ar Rahmah. Letaknya di pinggir Laut Merah, tepatnya di Jalan Corniche, Kota Jeddah. Masjid ini juga dikenal sebagai masjid terapung karena sebagian gedungnya dibangun di atas laut. Pengunjung ke tempat ini sebagian besar datang bersama keluarganya. Mereka membawa karpet atau alas untuk duduk-duduk bersama. Kerap kali mereka juga membawa makanan untuk bersantap bareng. Di sisi barat masjid terdapat area tanah lapang bersih yang langsung menghadap laut.
Beberapa titik dipasang bangku untuk duduk menikmati proses matahari tenggelam. Tak hanya matahari, sebagian Gedung Masjid Ar Rahmah yang dibangun di atas Laut Merah juga memukau. Warna temboknya bernuansa putih dengan kubah biru seperti warna laut di sekelilingnya. Menara tunggalnya menjulang tinggi semakin menambah elegan bangunannya.
”Ini tempat wisata warga Jeddah dan jamaah haji,” kata Yuliani, warga negara Indonesia (WNI) yang telah 10 tahun tinggal di Jeddah, akhir pekan lalu. Masjid Ar Rahmah dulu disebut Masjid Fatimah. Namun, kemudian banyak pengunjung mengira bahwa masjid ini bernama Fatimah Az Zahra, sama seperti nama putri Rasulullah.
Agar tidak terjadi kekeliruan, Pemerintah Arab Saudi mengubahnya menjadi Masjid Ar Rahma. Masuk ke dalam masjid, pengunjung akan mencium aroma bukhur yang kuat. Baunya semacam dupa atau kemenyan, tapi khas Arab Saudi. Wanginya menenangkan. Desain interiornya merupakan perpaduan antara gaya modern dan Islam.
Langit-langit di ruang utama masjid adalah kubah besar dengan lampu menjuntai di tengahnya. Tulisan-tulisan kaligrafi sangat indah menghiasi sekeliling dinding ruang salat. Kebanyakan jamaah haji Indonesia dan negara lain mengunjungi Masjid Ar Rahma ketika matahari mulai terbenam.
Selain bisa menikmati sunset , mereka juga bisa salat magrib atau isya berjamaah. Meski bukan termasuk salah satu tempat yang disunahkan untuk diziarahi, tapi suara imam salat di masjid ini sangat merdu dan khusyuk menusuk kalbu.Saimah, jamaah haji asal Palembang, mengaku datang ke Masjid Ar Rahma, Jeddah, untuk salat di dalamnya. Dia sengaja berkunjung ke masjid ini bersama rombongan dari Mekkah dengan menggunakan bus. ”Hebat sekali masjidnya. Saya ingin salat di sini,” katanya.
Jhon Darwin, jamaah haji asal Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel), mengaku sengaja datang ke Masjid Ar Rahma, Jeddah, bersama rombongan dari Mekkah. Dengan menggunakan bus, dia ingin melihat masjid terapung sekaligus berwisata. ”Sangat bagus masjid terapung ini, semoga bisa direplikasi di DKI Jakarta,” katanya.
Karena banyak jamaah haji Indonesia yang datang, pengelola masjid menempelkan pengumuman dalam bahasa Indonesia. Isinya pemberitahuan bahwa Masjid Ar Rahmah tidak memiliki kekhususan yang membedakan dengan masjid lainnya. Pengelola meminta agar informasi ini disebarluaskan kepada saudara semuslim di Indonesia dan seluruh dunia. (Abdul Malik Mubarak)
(nfl)