Mekkah Hari-hari Ini Kian Padat, Butuh Trik Cerdas Beribadah
A
A
A
MEKKAH - Mekkah hari-hari ini kian padat. Umat Islam dari seluruh penjuru dunia terus berdatangan untuk melakukan prosesi ibadah haji. Dibutuhkan trik cerdas dari para jamaah sehingga lancar beribadah. Jamaah dari Indonesia saja hingga kemarin tercatat sedikit nya 40 ribu orang.
Dengan kondisi yang super padat ini, maka jamaah haji membutuhkan trik cerdas dalam menyikapi sejumlah tantangan sehingga bisa beribadah dengan lancar. Salah satu tantangan berat menjalankan ibadah di kota kelahiran Nabi Muhammad SAW ini adalah jauhnya letak penginapan sebagian jamaah haji Indonesia.
Meskipun tersedia bus shalawat, namun antrean keberangkatan menuju Masjidil Haram maupun saat hendak kembali ke penginapan tidak bisa dihindarkan. Panitia Penye lenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi pun menghimbau agar jamaah menyiasati kondisi tersebut dengan tidak bergegas pulang sesaat setelah salat berjamaah di Masjidil Haram.
“Kami imbau, jemaah tidak bergegas pulang secara bersamaan usai salat berjemaah. Manfaatkan waktu untuk beriba dah di Masjidil Haram kurang lebih hingga setengah jam usai salat sehingga jemaah tidak menumpuk di terminal,” terang Kadaker Makkah Subhan Cholid di Syisyah, kemarin.
Dia menjelaskan sampai kemarin PPIH Daerah Kerja (Daker) Mekkah sedikitnya telah mengoperasikan 111 bus shalawat untuk melayani jemaah haji Indonesia beribadah di Masjidil Haram. Jumlah ini akan terus ditambah secara bertahap sesuai proporsi jumlah jemaah yang sudah ada di Makkah. “Total kami akan siapkan 419 armada dan 31 bus cadangan pada fase puncak kepadatan jemaah haji Indonesia di Makkah,” lanjutnya.
Dijelaskan Subhan, bus shalawat melayani seluruh rute jemaah haji Indonesia selama 24 jam, sehingga jemaah tidak perlu khawatir tidak mendapat layanan. Ada 9 rute bus dengan 56 halte terdekat hotel jemaah, serta tiga terminal di sekitar Masjidil Haram, yaitu: Terminal Bus Jiad, Syib Amir, dan Bab Ali, semuanya beroperasi 24 jam.
“Jangan langsung pulang secara bersamaan usai jemaah di Haram, agar tidak terjadi penumpukan di terminal,” imbau Subhan. Disinggung soal kekurangan armada, Subhan menjelaskan penggunaan bus shalawat sudah dihitung secara proporsional dan memperhatikan kepadatan lalu lintas di Makkah.
Penambahan armada secara tidak terukur, justru berpotensi menambah kemacetan di Makkah. Sebab, ke depan akan semakin banyak jemaah haji dari berbagai negara yang tiba di Makkah. Selain persoalan trans portasi menuju Masjidil Haram, jamaah juga diharap terus menjaga kondisi tubuh dengan rajin minum air putih.
Kondisi suhu yang begitu tinggi dengan tingkat kelembaban rendah berpotensi memicu dehidrasi tubuh jamaah. Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Eka Jusuf Singka mengatakan dehidrasi akan menyebabkan gangguan metabolik di dalam tubuh sehingga memicu munculnya berbagai ragam penyakit.
Apa lagi dari sejumlah jamaah yang dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKIH) sebagian besar penyakit yang diderita jamaah dipicu oleh dehidrasi. “Saya meminta jamaah haji Indonesia sering minum air. Sebab air yang berkurang akan menyebabkan gangguan metabolik, keseimbangan karena asupan mineral kurang sehingga seluruh penyakit muncul,” katanya.
Menu Zonasi Disambut Hangat
Jamaah haji Indonesia yang telah sampai di Mekkah al-Mukarramah antusias menikmati menu zonasi yang disiapkan PPIH Arab Saudi. Menu zonasi diberikan tiga kali dalam sepekan, yakni pada Selasa, Kamis, dan Sabtu, yang didistribusikan pada waktu makan malam.
Menu ini merupakan salah satu inovasi untuk mendukung sistem zonasi penempatan jamaah haji yang baru diterapkan tahun ini. Achmad Chanifudin, jamaah haji asal Kota Batam, menuturkan dia dan teman-teman satu rombongan mendapatkan menu pindang ikan patin pada Sabtu (20/7) malam.
Jatah makan malam itu disantap bersama teman-teman dalam satu ruangan khusus di hotel pemondokan. "Kita makan ramairamai. Rasanya enak," kata jamaah haji kloter 1 Embarkasi Batam (BTH) saat dihubungi tim MCH kemarin. Menurutnya, makanan reguler yang disediakan pemerintah selama ini enak dan dan rasanya sama dengan masakan Indonesia. Namun menu zonasi ini lebih spesifik dan mampu mengobati kerinduan pada masakan daerahnya.
Kedatangan Jamaah Gelombang I Berakhir
Terhitung dari kemarin PPIH Arab Saudi khususnya Daerah Kerja Madinah tidak lagi menerima kedatangan jemaah haji dari tanah air. Jamaah haji yang tiba di Madinah dan kemudian bergerak ke Mekkah merupakan jamaah gelombang I. Kepala Daerah Kerja Madinah Akhmad Jauhari menyampaikan bahwa kemarin, tanggal 20 Juli merupakan kedatangan terakhir.
Jauhari menjelaskan bahwa semua jemaah haji reguler di Kota Madinah akan habis diberangkatkan ke Makkah pada 28 Juli 2019. Sedangkan jemaah haji khusus akan berpindah ke Makkah maksimum pada 5 Agustus 2019. Hingga kemarin, total jumlah jemaah gelombang I yang mendarat di Madinah sebanyak 93.937 jemaah yang berasal dari 229 kloter.
Sedangkan total pemberangkatan jemaah haji dari Madinah ke Makkah sebanyak 108 kloter dengan jumlah jemaah 39.128 orang. “Sampai hari ini tersisa 50 ribu jemaah di Madinah, berangsur-angsur akan diberangkatkan hingga 28 Juli 2019,” jelas Jauhari. (Abdul Malik Mubarak)
Dengan kondisi yang super padat ini, maka jamaah haji membutuhkan trik cerdas dalam menyikapi sejumlah tantangan sehingga bisa beribadah dengan lancar. Salah satu tantangan berat menjalankan ibadah di kota kelahiran Nabi Muhammad SAW ini adalah jauhnya letak penginapan sebagian jamaah haji Indonesia.
Meskipun tersedia bus shalawat, namun antrean keberangkatan menuju Masjidil Haram maupun saat hendak kembali ke penginapan tidak bisa dihindarkan. Panitia Penye lenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi pun menghimbau agar jamaah menyiasati kondisi tersebut dengan tidak bergegas pulang sesaat setelah salat berjamaah di Masjidil Haram.
“Kami imbau, jemaah tidak bergegas pulang secara bersamaan usai salat berjemaah. Manfaatkan waktu untuk beriba dah di Masjidil Haram kurang lebih hingga setengah jam usai salat sehingga jemaah tidak menumpuk di terminal,” terang Kadaker Makkah Subhan Cholid di Syisyah, kemarin.
Dia menjelaskan sampai kemarin PPIH Daerah Kerja (Daker) Mekkah sedikitnya telah mengoperasikan 111 bus shalawat untuk melayani jemaah haji Indonesia beribadah di Masjidil Haram. Jumlah ini akan terus ditambah secara bertahap sesuai proporsi jumlah jemaah yang sudah ada di Makkah. “Total kami akan siapkan 419 armada dan 31 bus cadangan pada fase puncak kepadatan jemaah haji Indonesia di Makkah,” lanjutnya.
Dijelaskan Subhan, bus shalawat melayani seluruh rute jemaah haji Indonesia selama 24 jam, sehingga jemaah tidak perlu khawatir tidak mendapat layanan. Ada 9 rute bus dengan 56 halte terdekat hotel jemaah, serta tiga terminal di sekitar Masjidil Haram, yaitu: Terminal Bus Jiad, Syib Amir, dan Bab Ali, semuanya beroperasi 24 jam.
“Jangan langsung pulang secara bersamaan usai jemaah di Haram, agar tidak terjadi penumpukan di terminal,” imbau Subhan. Disinggung soal kekurangan armada, Subhan menjelaskan penggunaan bus shalawat sudah dihitung secara proporsional dan memperhatikan kepadatan lalu lintas di Makkah.
Penambahan armada secara tidak terukur, justru berpotensi menambah kemacetan di Makkah. Sebab, ke depan akan semakin banyak jemaah haji dari berbagai negara yang tiba di Makkah. Selain persoalan trans portasi menuju Masjidil Haram, jamaah juga diharap terus menjaga kondisi tubuh dengan rajin minum air putih.
Kondisi suhu yang begitu tinggi dengan tingkat kelembaban rendah berpotensi memicu dehidrasi tubuh jamaah. Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Eka Jusuf Singka mengatakan dehidrasi akan menyebabkan gangguan metabolik di dalam tubuh sehingga memicu munculnya berbagai ragam penyakit.
Apa lagi dari sejumlah jamaah yang dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKIH) sebagian besar penyakit yang diderita jamaah dipicu oleh dehidrasi. “Saya meminta jamaah haji Indonesia sering minum air. Sebab air yang berkurang akan menyebabkan gangguan metabolik, keseimbangan karena asupan mineral kurang sehingga seluruh penyakit muncul,” katanya.
Menu Zonasi Disambut Hangat
Jamaah haji Indonesia yang telah sampai di Mekkah al-Mukarramah antusias menikmati menu zonasi yang disiapkan PPIH Arab Saudi. Menu zonasi diberikan tiga kali dalam sepekan, yakni pada Selasa, Kamis, dan Sabtu, yang didistribusikan pada waktu makan malam.
Menu ini merupakan salah satu inovasi untuk mendukung sistem zonasi penempatan jamaah haji yang baru diterapkan tahun ini. Achmad Chanifudin, jamaah haji asal Kota Batam, menuturkan dia dan teman-teman satu rombongan mendapatkan menu pindang ikan patin pada Sabtu (20/7) malam.
Jatah makan malam itu disantap bersama teman-teman dalam satu ruangan khusus di hotel pemondokan. "Kita makan ramairamai. Rasanya enak," kata jamaah haji kloter 1 Embarkasi Batam (BTH) saat dihubungi tim MCH kemarin. Menurutnya, makanan reguler yang disediakan pemerintah selama ini enak dan dan rasanya sama dengan masakan Indonesia. Namun menu zonasi ini lebih spesifik dan mampu mengobati kerinduan pada masakan daerahnya.
Kedatangan Jamaah Gelombang I Berakhir
Terhitung dari kemarin PPIH Arab Saudi khususnya Daerah Kerja Madinah tidak lagi menerima kedatangan jemaah haji dari tanah air. Jamaah haji yang tiba di Madinah dan kemudian bergerak ke Mekkah merupakan jamaah gelombang I. Kepala Daerah Kerja Madinah Akhmad Jauhari menyampaikan bahwa kemarin, tanggal 20 Juli merupakan kedatangan terakhir.
Jauhari menjelaskan bahwa semua jemaah haji reguler di Kota Madinah akan habis diberangkatkan ke Makkah pada 28 Juli 2019. Sedangkan jemaah haji khusus akan berpindah ke Makkah maksimum pada 5 Agustus 2019. Hingga kemarin, total jumlah jemaah gelombang I yang mendarat di Madinah sebanyak 93.937 jemaah yang berasal dari 229 kloter.
Sedangkan total pemberangkatan jemaah haji dari Madinah ke Makkah sebanyak 108 kloter dengan jumlah jemaah 39.128 orang. “Sampai hari ini tersisa 50 ribu jemaah di Madinah, berangsur-angsur akan diberangkatkan hingga 28 Juli 2019,” jelas Jauhari. (Abdul Malik Mubarak)
(don)