Hasil Survei, Angela Tanoesoedibjo Masuk 10 Milenial Calon Menteri Jokowi
A
A
A
JAKARTA - Lembaga Arus Survei Indonesia merilis 10 nama yang berpeluang menjadi calon Menteri Kabinet Presiden Jokowi-KH. Ma'ruf Amin pada periode kedua nanti. 10 nama tersebut berasal dari Partai Politik yang diurutkan berdasarkan penilaian kualitatif.
"Ada sepuluh nama milenial dari partai politik," kata Direktur Eksekutif Arus Survei Indonesia, Ali Rif’an dalam jumpa pers hasil survei bertajuk 'Berebut Menteri Milenial, Siapa Paling Potensial?' di Hotel Alia Cikini, Jakarta, Minggu (21/7/2019).
Ali menyebutkan, dari kesepuluh nama itu antara lain, Komandan Kogasma Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (70,06), Ketum PSI Grace Natalie (68,62), Wakil Gubernur Jateng dan politisi PPP Taj Yasin Maimoen (68,51), Ketum PKPI Diaz Hendropriyono (64,36), Wasekjen PKB Lukmanul Hakim (61,11).
Selanjutnya, putra Ketum Nasdem Surya Paloh, Prananda Paloh (60,91), politikus Hanura Arwani Syaerozi (58,78), putra politikus senior PAN Amien Rais, Hanafi Rais (56,76), keponakan Ketum Gerindra Prabowo Subianto, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo (54,54), dan putri Ketum Perindo Hary Tanoesoedibjo, Angela Herliani Tanoesoedibjo (52,54).
Ali menjelaskan, dari 10 nama tersebut berpeluang dan potensial menjadi penghuni Anggota Kabinet kerja periode kedua jika mendapatkan dukungan politik secara maksimal dari partai yang bersangkutan. Selain itu, dukungan juga bisa datang dari organisasi relawan yang dinilai dekat dengan Jokowi sebagai Presiden terpilih.
"Calon menteri disebut potensial jika selain punya kompetensi, ia juga punya sokongan dari partai politik atau ormas atau organisasi relawan atau punya kedekatan khusus atau kemistri dengan Jokowi-Ma'ruf," ujar Ali.
Menurut Ali, nama milenial calon menteri dijaring melalui survei pakar atau opini publik pada 26 Februari sampai 12 Maret 2019. Tokoh tersebut dinilai berdasarkan lima aspek; integritas dan rekam jejak, kompetensi dan kapabilitas, inovasi dan kreativitas, komunikasi publik dan pengaruh sosial, aspek manajerial dan kemampuan pemimpin.
Tim pakar yang menilai berasal dari kalangan akademisi, jurnalis, pengamat, politikus, pengusaha muda, ormas, tokoh masyarakat, kalangan profesional, sampai praktisi pemerintahan. Pakar melakukan analisis media dari April sampai Juli 2019.
"Ada sepuluh nama milenial dari partai politik," kata Direktur Eksekutif Arus Survei Indonesia, Ali Rif’an dalam jumpa pers hasil survei bertajuk 'Berebut Menteri Milenial, Siapa Paling Potensial?' di Hotel Alia Cikini, Jakarta, Minggu (21/7/2019).
Ali menyebutkan, dari kesepuluh nama itu antara lain, Komandan Kogasma Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (70,06), Ketum PSI Grace Natalie (68,62), Wakil Gubernur Jateng dan politisi PPP Taj Yasin Maimoen (68,51), Ketum PKPI Diaz Hendropriyono (64,36), Wasekjen PKB Lukmanul Hakim (61,11).
Selanjutnya, putra Ketum Nasdem Surya Paloh, Prananda Paloh (60,91), politikus Hanura Arwani Syaerozi (58,78), putra politikus senior PAN Amien Rais, Hanafi Rais (56,76), keponakan Ketum Gerindra Prabowo Subianto, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo (54,54), dan putri Ketum Perindo Hary Tanoesoedibjo, Angela Herliani Tanoesoedibjo (52,54).
Ali menjelaskan, dari 10 nama tersebut berpeluang dan potensial menjadi penghuni Anggota Kabinet kerja periode kedua jika mendapatkan dukungan politik secara maksimal dari partai yang bersangkutan. Selain itu, dukungan juga bisa datang dari organisasi relawan yang dinilai dekat dengan Jokowi sebagai Presiden terpilih.
"Calon menteri disebut potensial jika selain punya kompetensi, ia juga punya sokongan dari partai politik atau ormas atau organisasi relawan atau punya kedekatan khusus atau kemistri dengan Jokowi-Ma'ruf," ujar Ali.
Menurut Ali, nama milenial calon menteri dijaring melalui survei pakar atau opini publik pada 26 Februari sampai 12 Maret 2019. Tokoh tersebut dinilai berdasarkan lima aspek; integritas dan rekam jejak, kompetensi dan kapabilitas, inovasi dan kreativitas, komunikasi publik dan pengaruh sosial, aspek manajerial dan kemampuan pemimpin.
Tim pakar yang menilai berasal dari kalangan akademisi, jurnalis, pengamat, politikus, pengusaha muda, ormas, tokoh masyarakat, kalangan profesional, sampai praktisi pemerintahan. Pakar melakukan analisis media dari April sampai Juli 2019.
(pur)