Merasakan Kurma Muda di Kebun Kawasan Abdurrahman Bin Auf Madinah
A
A
A
MADINAH - Seperti kasih sayang orang tua, pohon kurma terus memberikan buah kepada pemiliknya hingga tua. Tidak pernah putus meski umurnya telah mencapai puluhan bahkan mungkin ratusan tahun.
Salah satu tempat yang wajib dikunjungi saat berada di Madinah adalah kebun kurma. Lokasinya masih di dalam kota, dekat sekali dengan Masjid Quba, masjid yang pertama kali dibangun oleh Nabi Muhammad SAW. Jaraknya sekitar 5 kilometer sebelah tenggara Kota Madinah.
Kami yang menginap di Kantor Urusan Haji (KUH) Madinah hanya memerlukan waktu sekitar 20 menit untuk sampai ke kebun kurma Majeed. Kebun ini konon merupakan sebagian kecil dari peninggalan Abdurrahman bin Auf, sahabat Nabi yang termasuk delapan orang pertama masuk Islam, atau dua hari setelah Abu Bakar.
"Ini dulu adalah kawasannya Abdurrahman bin Auf. Dia yang pertama kali menanam kurma di sini," kata Majeed, pemilik kebun kurma Majeed dalam bahasa Arab yang diterjemahkan oleh Umar, warga Negara Indonesia (WNI) yang bekerja di Madinah.
Kebun ini memiliki 600 pohon kurma dengan beragam jenis. Ada kurma rutanah, halwah, dan ajwa. Umurnya bervariasi ada yang 6 tahun hingga 60 tahun. "Pohon kurma ini terus berbuah, tidak pernah berhenti," kata Umar mewakil Majeed.
Masuk ke kebun kurma seperti berada di tengah perkebunan sawit. Struktur pohonnya mirip. Memiliki pelepah-pelepah yang harus dipotong ketika pohon semakin tinggi. Jarak tanamnya pun kurang lebih sama.
Agar tetap subur, pohon kurma membutuhkan pengairan yang banyak. Kebun Majeed memiliki sumur bor dengan kedalaman 300 meter yang mampu menyedot air dalam jumlah banyak. Air kemudian dialirkan ke kolam tampungan yang terhubung dengan parit-parit. Dua kali sehari, setelah subuh dan magrib, air dialirkan ke parit hingga menggenangi sekitaran pohon."Di waktu tertentu juga dipupuk dengan menggunakan kotoran domba," kata Umar.Kabir, salah satu pekerja asal Bangladesh menjelaskan bahwa pohon kurma membutuhkan waktu enam bulan dari mulai mengawinkan bunga jantan dan betina hingga panen. Perkawinan bunga biasanya dilakukan manual oleh para pekerja. Sejak kecil buah dibungkus agar tidak rontok dan dibiarkan begitu saja hingga matang. "Kadang juga dipetik ketika masih muda. Banyak yang mencarinya," kata Kabir.Kami dipersilakan merasakan kurma muda yang baru saja dipetik dari pohonnya. Dagingnya renyah, seperti menggigit buah jambu air yang masih muda. Rasanya manis ada sedikit sepet. Oleh orang Arab, kurma muda biasanya dijus dicampur madu sebagai minuman stamina. Bagus untuk laki-laki dan perempuan.
Kebun kurma Majeed ini menjadi salah satu tujuan para jamaah haji Indonesia yang ingin membeli oleh-oleh. Selain melihat lebih dekat pohon kurma, di tempat ini jamaah juga bisa membeli kurma. Semua jenis ada. Harganya antara 35 riyal hingga 100 riyal tergantung jenis kurma yang dibeli.
"Yang paling banyak diburu adalah kurma ajwa (kurma nabi)," timpal Umar yang telah bekerja di Madinah selama 21 tahun ini.
Menurut pria asal Madura, Jawa Timur itu, kebun kurma Majeed buka setiap hari. Pada musim haji mulai setelah subuh hingga pukul 09.00 WAS, sedangkan musim umrah dari subuh hingga pukul 11.00 WIB. "Jamaah haji Indonesia biasanya rombongan antara 20-30 bus setiap kali datang," katanya.
Salah satu tempat yang wajib dikunjungi saat berada di Madinah adalah kebun kurma. Lokasinya masih di dalam kota, dekat sekali dengan Masjid Quba, masjid yang pertama kali dibangun oleh Nabi Muhammad SAW. Jaraknya sekitar 5 kilometer sebelah tenggara Kota Madinah.
Kami yang menginap di Kantor Urusan Haji (KUH) Madinah hanya memerlukan waktu sekitar 20 menit untuk sampai ke kebun kurma Majeed. Kebun ini konon merupakan sebagian kecil dari peninggalan Abdurrahman bin Auf, sahabat Nabi yang termasuk delapan orang pertama masuk Islam, atau dua hari setelah Abu Bakar.
"Ini dulu adalah kawasannya Abdurrahman bin Auf. Dia yang pertama kali menanam kurma di sini," kata Majeed, pemilik kebun kurma Majeed dalam bahasa Arab yang diterjemahkan oleh Umar, warga Negara Indonesia (WNI) yang bekerja di Madinah.
Kebun ini memiliki 600 pohon kurma dengan beragam jenis. Ada kurma rutanah, halwah, dan ajwa. Umurnya bervariasi ada yang 6 tahun hingga 60 tahun. "Pohon kurma ini terus berbuah, tidak pernah berhenti," kata Umar mewakil Majeed.
Masuk ke kebun kurma seperti berada di tengah perkebunan sawit. Struktur pohonnya mirip. Memiliki pelepah-pelepah yang harus dipotong ketika pohon semakin tinggi. Jarak tanamnya pun kurang lebih sama.
Agar tetap subur, pohon kurma membutuhkan pengairan yang banyak. Kebun Majeed memiliki sumur bor dengan kedalaman 300 meter yang mampu menyedot air dalam jumlah banyak. Air kemudian dialirkan ke kolam tampungan yang terhubung dengan parit-parit. Dua kali sehari, setelah subuh dan magrib, air dialirkan ke parit hingga menggenangi sekitaran pohon."Di waktu tertentu juga dipupuk dengan menggunakan kotoran domba," kata Umar.Kabir, salah satu pekerja asal Bangladesh menjelaskan bahwa pohon kurma membutuhkan waktu enam bulan dari mulai mengawinkan bunga jantan dan betina hingga panen. Perkawinan bunga biasanya dilakukan manual oleh para pekerja. Sejak kecil buah dibungkus agar tidak rontok dan dibiarkan begitu saja hingga matang. "Kadang juga dipetik ketika masih muda. Banyak yang mencarinya," kata Kabir.Kami dipersilakan merasakan kurma muda yang baru saja dipetik dari pohonnya. Dagingnya renyah, seperti menggigit buah jambu air yang masih muda. Rasanya manis ada sedikit sepet. Oleh orang Arab, kurma muda biasanya dijus dicampur madu sebagai minuman stamina. Bagus untuk laki-laki dan perempuan.
Kebun kurma Majeed ini menjadi salah satu tujuan para jamaah haji Indonesia yang ingin membeli oleh-oleh. Selain melihat lebih dekat pohon kurma, di tempat ini jamaah juga bisa membeli kurma. Semua jenis ada. Harganya antara 35 riyal hingga 100 riyal tergantung jenis kurma yang dibeli.
"Yang paling banyak diburu adalah kurma ajwa (kurma nabi)," timpal Umar yang telah bekerja di Madinah selama 21 tahun ini.
Menurut pria asal Madura, Jawa Timur itu, kebun kurma Majeed buka setiap hari. Pada musim haji mulai setelah subuh hingga pukul 09.00 WAS, sedangkan musim umrah dari subuh hingga pukul 11.00 WIB. "Jamaah haji Indonesia biasanya rombongan antara 20-30 bus setiap kali datang," katanya.
(amm)