Jamaah Haji Meninggal di Pesawat, Ini Penjelasan Dokter Penerbangan

Selasa, 09 Juli 2019 - 11:30 WIB
Jamaah Haji Meninggal di Pesawat, Ini Penjelasan Dokter Penerbangan
Jamaah Haji Meninggal di Pesawat, Ini Penjelasan Dokter Penerbangan
A A A
MADINAH - Penumpang yang sedang sakit ternyata berisiko saat melakukan penerbangan. Berada di ketinggian dalam waktu lama akan mempengaruhi fungsi dari sistem tubuh.

Hal ini disampaikan oleh dokter spesialis kedokteran penerbangan di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah, dr. Itah Sri Utami, Sp.KP menanggapi adanya jamaah haji yang meninggal dunia di pesawat saat menuju ke Tanah Suci. Jamaah asal Kloter 2 Embarkasi Solo (SOC), Sumiyatun Sawi Kromo menghembuskan napas terakhir, Minggu (7/7/2019) sekitar pukul 20.07 Waktu Arab Saudi (WAS) atau 50 menit sebelum mendarat di Prince Mohammed Bin Abdulaziz Madinah. Warga Desa Godog, RT 02/RW 4, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah itu tergabung rombongan 5.

Menurut dokter Itah, walaupun tekanan di pesawat sudah diatur sedemikian rupa, penumpang yang sedang sakit terkadang membutuhkan oksigen tambahan. Hal ini dikarenakan akan terjadi penurunan saturasi (kadar) oksigen di dalam tubuh yang akan memicu terjadinya hipoksia, keadaan kurangnya oksigen di dalam darah.

"Memang ada kasus-kasus (penyakit) yang memiliki risiko tinggi terhadap masalah penerbangan. Yang spesifik misalnya kencing manis atau kadar gula darah yang tinggi" katanya.

Untuk diketahui, Sumiyatun masuk asrama haji dalam keadaan sehat. Namun setelah diperiksa dokter baru ketahuan bahwa Sumiyatun mengidap penyakit diabetes. Bahkan kadar gula darahnya mencapai 500.

Menurut dokter Itah, meski tidak ada gejala penyakit dan dalam pemeriksaan pertama dan kedua, jamaah haji dinyatakan clear (sehat), tetap perlu dilakukan pemeriksaan tambahan. Sehingga jamaah yang kemudian diketahui memiliki penyakit dengan risiko tinggi dapat diberi perhatian ekstra.

"Kuncinya ada di pemeriksaan ketiga, harus diperketat untuk mengetahui betul kondisi jamaah yang akan berangkat," kata.

Pemeriksaan ketiga penting karena penerbangan itu adalah sesuatu yang aman tapi bisa menimbulkan risiko. Penumpang harus dipastikan kondisi kesehatannya, sehingga jika benar menderita hiperglikemia atau gula darah yang tinggi dan memiliki risiko aterosklerosis (ada masalah di pembuluh darah), maka bisa dilakukan antisipasi. Misalnya dengan memberikan obat sebelumnya atau diberikan dukungan oksigen.

Bagi petugas TKHI, ketika diketahui ada penumpang dengan risiko tinggi, maka harus siap dengan penanganan darurat di dalam pesawat. Diakuinya, belum semua petugas TKHI siap dengan kejadian-kejadian darurat di dalam penerbangan.

"Karena itu perlu edukasi kepada para TKHI dalam melakukan penanganan medis darurat di dalam pesawat," katanya.

Dokter Itah menghimbau kepada para jamaah haji untuk selalu terbuka dan berterus terang terkait kondisi kesehatannya ketika pemeriksaan. Jika memang memiliki risiko penyakit, maka harus minum obat secara teratur. Sebelum berangkat, jamaah juga dianjurkan untuk melakukan latihan fisik. Ini sangat membantu selama penerbangan dan saat melaksanakan ibadah haji.

"Posisi duduk di dalam pesawat, membuat kaki pegel, itu juga berisiko terjadinya pembuluh darah pecah. Disarankan untuk melakukan peregangan ketika berada di dalam pesawat," ujarnya.

Hal lain yang perlu diingat adalah jangan menahan kencing. Kebanyakan jamaah haji Indonesia malas kencing karena tidak tahu cara menggunakan toilet. Ini berbahaya karena bisa menimbulkan infeksi dan juga dehidrasi. "Jangan lupa banyak konsumsi air minum," katanya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9840 seconds (0.1#10.140)