Program Khatam Alquran Jurus Rutan Salemba Bina Napi

Kamis, 04 Juli 2019 - 22:31 WIB
Program Khatam Alquran Jurus Rutan Salemba Bina Napi
Program Khatam Alquran Jurus Rutan Salemba Bina Napi
A A A
JAKARTA - Akhir bulan ini Pesantren At-Thawabien Rumah Tahanan (Rutan) Kelas 1 Salemba Jakarta Pusat akan meluluskan 68 santri yang telah mengkhatamkan Alquran. Mereka yang khatam Alquran merupakan santri angkatan ke-48.

Mereka bagian dari sekitar 4.470 warga binaan yang ada di sana. “Salah satu program pembinaan kepribadian yang rutin kami laksanakan adalah program santri Pesantren At-Tawabien, yang di antaranya mencakup program khatam Alquran bersama-sama,” kata Kepala Rutan Kelas 1 Jakarta Pusat Masjuno.

Pesantren At-Tawabien merupakan program rutin yang digelar setahun tiga kali selama masing-masing tiga bulan. Para santri berasal dari warga binaan menjalani pembinaan kerohanian dalam nuansa sebagaimana laiknya di pesantren, termasuk mengkhatamkan atau menamatkan bacaan Alquran. Hingga saat ini program tersebut sudah berlangsung 48 angkatan alias sudah berjalan setidaknya 16 tahun.

Setiap angkatan terdiri dari sedikitnya 100 orang santri yang diseleksi dari warga binaan. Dengan animo warga binaan untuk ikut begitu besar, sementara fasilitas terbatas, membuat seleksi menjadi keharusan. “Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) yang menyeleksi melihat bagaimana tingkat kemampuan dan kemauan calon santri,” ujarnya.

Bagi para peminat yang tak lolos karena kurangnya kemampuan membaca tidak lantas terpinggirkan. Jika ditemukan ada yang buta aksara Alquran tetapi menunjukkan minat dan kemauan besar, mereka dibuatkan kelas khusus.

Kepala Seksi Pelayanan Tahanan Rutan Salemba Pance Daniel mengatakan, santri yang lulus tahun ini sedikit berkurang. “Biasanya lebih dari 68 orang. Selalu lebih banyak,” kata Pance yang mengaku belum mencari sebab adanya penurunan tersebut.

Menurutnya, para santri yang gagal khatam dan otomatis tidak lulus itu biasanya sering tidak hadir tanpa keterangan. Ada juga yang tidak bisa mengikuti materi kegiatan yang dilaksanakan.

Kolega Pance yang menjadi koordinator kegiatan keagamaan, Suriyanta Leonardo Situmorang, mengatakan tak jarang para santri menjadi penghafal (hafiz) Alquran. “Hanya untuk itu mereka harus ikut kegiatan santri lanjutan, dengan persyaratan yang juga harus mereka penuhi,” kata Surya.

Masjuno, Pance maupun Surya mengakui dampak positif program khatam Alquran bersama tersebut sangat terasa. “Perilaku warga binaan yang menjadi santri itu berubah, rata-rata sangat positif,” ujar Surya.

Pance mengaku selama bertugas tak pernah menemukan para santri yang telah bebas kembali bertemu dengannya di dalam rutan alias menjadi residivis. “Entah kalau masuknya ke tempat lain. Tetapi semoga saja tak ada.”

Direktur Jenderal Pemasyarakatan Sri Puguh Budi Utami menegaskan pentingnya pembinaan keagamaan di dalam lapas maupun rutan. Kegiatan tersebut sangat strategis, mengingat hal itu bisa meningkatkan kapasitas sumber daya manusia para santri yang merupakan warga binaan.

“Kegiatan pembinaan keagamaan seperti itu harus kita apresiasi karena memungkinkan pembinaan yang lebih baik lagi. Baik dari sisi mental maupun kepribadian, dengan cara yang lebih manusiawi,” kata Utami.

Apalagi sejak tahun baru Islam 1440 Hijriyah, September 2018 lalu, Ditjenpas telah mencanangkan penghapusan buta huruf Alquran bagi para warga binaan muslim. “Sejak hari pertama 1440 H, dengan niat tulus dan ikhlas kita semua berharap menjadi insan Illahi yang lebih baik dan bertakwa,” ujarnya.
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7455 seconds (0.1#10.140)