Survei SMRC: Masyarakat Masih Anggap Kondisi Ekonomi Indonesia Baik
A
A
A
JAKARTA - Lembaga survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) merilis hasil survei terbarunya terkait kepercayaan masyarakat terhadap kondisi ekonomi Indonesia pasca Pemilu 2019. Mayoritas responden menilai kondisi ekonomi Indonesia masih cukup baik pasca Pemilu 2019.
Meskipun pasca pemilu sempat terjadi kerusuhan pada 21-22 Mei, namun persepsi masyarakat tentang ekonomi Indonesia masih cukup baik. Akan tetapi memang terjadi penurunan jika dibandingkan dari bulan sebelumnya.
"Sebesar 40% responden menganggap kondisi ekonomi nasional lebih baik. Memang turun tujuh poin dari bulan April ketika pemilu berlangsung. Tapi yang menyebut tidak ada perubahan naik dari 30% menjadi 35%, dan yang menyebut lebih buruk justru turun dari 20% ke 17%," ujar Sirojudin di Kantor SMRC, Jakarta, Minggu (16/6/2019).
Menurut Abbas, tingginya presepsi masyarakat akan kondisi ekonomi pasca Pemilu dikarenakan pengaruh dari keberhasilan pemerintahan Joko Widodo menekan angka inflasi.
Seperti diketahui, data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut bahwa sejak Mei 2017, pemerintah Jokowi mampu menekan angka inflasi di bawah 4%.
"Persepsi ekonomi nasional dari masyarakat ini sepertinya paralel dengan tingkat inflasi. Kemampuan pemerintah menjaga inflasi, menjaga ketersediaan kebutuhan bahan pokok, dan meningkatkan daya beli masyarakat," ungkapnya.
Survei dilakukan pada warga yang berusia 17 tahun atau lebih atau yang sudah menikah dalam rentang waktu 20 Mei-1 Juni 2019. Metode survei menggunakan multistage random sampling dengan 1.220 responden.
Namun responden yang dapat diwawancarai secara valid 1078 atau 88%. Margin of error kurang lebih 3,05% dengan tingkat kepercayaan 95%. Survei dilakukan dengan wawancara tatap muka.
Meskipun pasca pemilu sempat terjadi kerusuhan pada 21-22 Mei, namun persepsi masyarakat tentang ekonomi Indonesia masih cukup baik. Akan tetapi memang terjadi penurunan jika dibandingkan dari bulan sebelumnya.
"Sebesar 40% responden menganggap kondisi ekonomi nasional lebih baik. Memang turun tujuh poin dari bulan April ketika pemilu berlangsung. Tapi yang menyebut tidak ada perubahan naik dari 30% menjadi 35%, dan yang menyebut lebih buruk justru turun dari 20% ke 17%," ujar Sirojudin di Kantor SMRC, Jakarta, Minggu (16/6/2019).
Menurut Abbas, tingginya presepsi masyarakat akan kondisi ekonomi pasca Pemilu dikarenakan pengaruh dari keberhasilan pemerintahan Joko Widodo menekan angka inflasi.
Seperti diketahui, data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut bahwa sejak Mei 2017, pemerintah Jokowi mampu menekan angka inflasi di bawah 4%.
"Persepsi ekonomi nasional dari masyarakat ini sepertinya paralel dengan tingkat inflasi. Kemampuan pemerintah menjaga inflasi, menjaga ketersediaan kebutuhan bahan pokok, dan meningkatkan daya beli masyarakat," ungkapnya.
Survei dilakukan pada warga yang berusia 17 tahun atau lebih atau yang sudah menikah dalam rentang waktu 20 Mei-1 Juni 2019. Metode survei menggunakan multistage random sampling dengan 1.220 responden.
Namun responden yang dapat diwawancarai secara valid 1078 atau 88%. Margin of error kurang lebih 3,05% dengan tingkat kepercayaan 95%. Survei dilakukan dengan wawancara tatap muka.
(thm)