Kopi Indonesia yang Kian Mendunia
A
A
A
INDUSTRI kopi nasional terus menunjukkan geliatnya. Hal tersebut dapat dilihat dari kian menjamurnya kafe atau kedai kopi di banyak tempat di Tanah Air. Jika dulu kebiasaan minum kopi di warung lebih identik dengan usia menengah ke atas atau orang tua, dalam beberapa tahun terakhir tren sudah jauh berubah. Kopi juga sangat diminati kaum muda. Kebiasaan nongkrong sambil ngopi di kafe sudah menjadi bagian dari gaya hidup kalangan milenial.
Menariknya, gaya hidup ini juga dibarengi makin tingginya animo anak muda untuk menggeluti bisnis kopi. Banyak milenial yang kemudian memilih terjun menjadi entrepreneur dengan membuka kafe yang menyajikan menu utama kopi. Industri kopi olahan diyakini sebagai peluang bisnis yang sangat menjanjikan untuk digeluti.
Industri kopi Tanah Air berkembang pesat, tak lepas dari fakta akan kualitas kopi dalam negeri yang memang sangat baik. Reputasi kopi Indonesia tak lagi diragukan. Sejak berpuluh tahun lalu, kopi Indonesia sudah dikenal di level internasional. Sebutlah jenis kopi Java Robusta, Toraja, Gayo, Mandailing, hingga kopi Luwak sudah diakui dunia sebagai jenis kopi berkualitas sangat baik. Pengakuan dan penghargaan pun sudah banyak diraih kopi Indonesia di level internasional. Seperti pada November 2018, 23 kopi asal Indonesia memenangkan penghargaan AVPA Gourmet Product di pameran SIAL Paris, Prancis.
Baru-baru ini pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian (Kementan), juga berhasil menembus pasar dunia untuk perdagangan kopi spesial. Indonesia berperan serta pada acara Global Coffee Specialty Expo yang digelar di Boston, Amerika Serikat. Di ajang ini , kopi Indonesia kembali membuktikan diri sebagai komoditas yang paling diburu. Terbukti, selama rangkaian acara ini Indonesia mampu mencapai transaksi USD26,3 juta (Rp360 miliar) khusus untuk kopi spesial.
Menurut Atase Pertanian Washington Hari Edi Soekirno, Selasa (14/5), ada sekitar 13.000 pengunjung dari total 75 negara peserta yang mengikuti acara ini. Dari sisi kualitas, kopi Indonesia memiliki reputasi yang harum. Begitu pun dari sisi kemampuan produksi, kita masih berada di empat besar negara penghasil kopi terbesar dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia.
Industri kopi olahan memang menggeliat dengan menjamurnya kafe. Kopi Indonesia juga diterima dengan baik oleh pasar luar negeri. Namun, di balik itu, perlu ada upaya untuk terus mendorong agar kejayaan kopi Indonesia tidak tergerus. Faktanya, saat ini ada beberapa masalah yang membutuhkan solusi. Pertama, regenerasi petani kopi. Sangat perlu mendorong anak muda untuk mau menggeluti profesi sebagai petani kopi.
Kedua, produktivitas lahan yang masih rendah dan populasi tanaman yang belum standar. Lahan tanaman kopi Indonesia saat ini baru bisa menghasilkan 0,77 ton per hektare (ha), padahal potensinya mencapai 3 ton per ha. Problem ini tak lepas dari kualitas bibit atau benih yang masih rendah. Ketiga, banyak tanaman kopi yang sudah menua dan rusak, terutama perkebunan kopi rakyat, sehingga butuh peremajaan. Keempat, banyak petani yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengolah kopi dengan mutu yang sama setiap kali panen. Ini berpengaruh pada kualitas biji kopi yang dihasilkan.
Kita mengapresiasi sejumlah langkah yang sudah diambil Kementerian Pertanian, termasuk memberikan bibit tanaman kopi dan pupuk gratis kepada petani. Termasuk upaya peremajaan tanaman kopi dengan total area seluas 6.970 ha untuk kopi robusta dan arabika serta memperluas lahan kopi hingga 4.560 untuk kopi robusta, arabika, liberika, dan libtukom.
Dari sisi pengembangan SDM, langkah pemerintah juga perlu diapresiasi. Saat ini sudah ada kurikulum nasional dan panduan pelatihan budi daya kopi arabika secara berkelanjutan dan penanganan pascapanen. Kurikulum ini merupakan upaya untuk meningkatkan keahlian petani kopi dalam berbudi daya.
Selain kurikulum tersebut, pemerintah juga mendirikan SMK dengan jurusan kopi. Pada 25 September 2018, SMK Pertanian Pembangunan Negeri Tanjungsari, Sumedang diresmikan. SMK ini dipercaya pemerintah pusat menjadi pilot project atau percontohan sekolah yang memiliki jurusan kopi. Ini merupakan pertama di Indonesia menerapkan jurusan kopi. Materi ajar di SMK ini antara lain tentang cara penanaman kopi hingga penanganan hasil panen. Semua upaya yang dilakukan ini adalah bertujuan agar produksi kopi Indonesia meningkat berkali lipat, berkualitas baik, sehingga memiliki daya saing yang tinggi di pasar internasional.
Menariknya, gaya hidup ini juga dibarengi makin tingginya animo anak muda untuk menggeluti bisnis kopi. Banyak milenial yang kemudian memilih terjun menjadi entrepreneur dengan membuka kafe yang menyajikan menu utama kopi. Industri kopi olahan diyakini sebagai peluang bisnis yang sangat menjanjikan untuk digeluti.
Industri kopi Tanah Air berkembang pesat, tak lepas dari fakta akan kualitas kopi dalam negeri yang memang sangat baik. Reputasi kopi Indonesia tak lagi diragukan. Sejak berpuluh tahun lalu, kopi Indonesia sudah dikenal di level internasional. Sebutlah jenis kopi Java Robusta, Toraja, Gayo, Mandailing, hingga kopi Luwak sudah diakui dunia sebagai jenis kopi berkualitas sangat baik. Pengakuan dan penghargaan pun sudah banyak diraih kopi Indonesia di level internasional. Seperti pada November 2018, 23 kopi asal Indonesia memenangkan penghargaan AVPA Gourmet Product di pameran SIAL Paris, Prancis.
Baru-baru ini pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian (Kementan), juga berhasil menembus pasar dunia untuk perdagangan kopi spesial. Indonesia berperan serta pada acara Global Coffee Specialty Expo yang digelar di Boston, Amerika Serikat. Di ajang ini , kopi Indonesia kembali membuktikan diri sebagai komoditas yang paling diburu. Terbukti, selama rangkaian acara ini Indonesia mampu mencapai transaksi USD26,3 juta (Rp360 miliar) khusus untuk kopi spesial.
Menurut Atase Pertanian Washington Hari Edi Soekirno, Selasa (14/5), ada sekitar 13.000 pengunjung dari total 75 negara peserta yang mengikuti acara ini. Dari sisi kualitas, kopi Indonesia memiliki reputasi yang harum. Begitu pun dari sisi kemampuan produksi, kita masih berada di empat besar negara penghasil kopi terbesar dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia.
Industri kopi olahan memang menggeliat dengan menjamurnya kafe. Kopi Indonesia juga diterima dengan baik oleh pasar luar negeri. Namun, di balik itu, perlu ada upaya untuk terus mendorong agar kejayaan kopi Indonesia tidak tergerus. Faktanya, saat ini ada beberapa masalah yang membutuhkan solusi. Pertama, regenerasi petani kopi. Sangat perlu mendorong anak muda untuk mau menggeluti profesi sebagai petani kopi.
Kedua, produktivitas lahan yang masih rendah dan populasi tanaman yang belum standar. Lahan tanaman kopi Indonesia saat ini baru bisa menghasilkan 0,77 ton per hektare (ha), padahal potensinya mencapai 3 ton per ha. Problem ini tak lepas dari kualitas bibit atau benih yang masih rendah. Ketiga, banyak tanaman kopi yang sudah menua dan rusak, terutama perkebunan kopi rakyat, sehingga butuh peremajaan. Keempat, banyak petani yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengolah kopi dengan mutu yang sama setiap kali panen. Ini berpengaruh pada kualitas biji kopi yang dihasilkan.
Kita mengapresiasi sejumlah langkah yang sudah diambil Kementerian Pertanian, termasuk memberikan bibit tanaman kopi dan pupuk gratis kepada petani. Termasuk upaya peremajaan tanaman kopi dengan total area seluas 6.970 ha untuk kopi robusta dan arabika serta memperluas lahan kopi hingga 4.560 untuk kopi robusta, arabika, liberika, dan libtukom.
Dari sisi pengembangan SDM, langkah pemerintah juga perlu diapresiasi. Saat ini sudah ada kurikulum nasional dan panduan pelatihan budi daya kopi arabika secara berkelanjutan dan penanganan pascapanen. Kurikulum ini merupakan upaya untuk meningkatkan keahlian petani kopi dalam berbudi daya.
Selain kurikulum tersebut, pemerintah juga mendirikan SMK dengan jurusan kopi. Pada 25 September 2018, SMK Pertanian Pembangunan Negeri Tanjungsari, Sumedang diresmikan. SMK ini dipercaya pemerintah pusat menjadi pilot project atau percontohan sekolah yang memiliki jurusan kopi. Ini merupakan pertama di Indonesia menerapkan jurusan kopi. Materi ajar di SMK ini antara lain tentang cara penanaman kopi hingga penanganan hasil panen. Semua upaya yang dilakukan ini adalah bertujuan agar produksi kopi Indonesia meningkat berkali lipat, berkualitas baik, sehingga memiliki daya saing yang tinggi di pasar internasional.
(pur)