Kopi Indonesia yang Kian Mendunia

Kamis, 16 Mei 2019 - 05:41 WIB
Kopi Indonesia yang Kian Mendunia
Kopi Indonesia yang Kian Mendunia
A A A
INDUSTRI kopi nasional terus menunjukkan geliatnya. Hal tersebut dapat dilihat dari kian menjamurnya kafe atau kedai kopi di banyak tempat di Tanah Air. Jika dulu kebiasaan minum kopi di warung lebih identik dengan usia menengah ke atas atau orang tua, dalam beberapa tahun terakhir tren sudah jauh berubah. Kopi juga sangat diminati kaum muda. Kebiasaan nongkrong sambil ngopi di kafe sudah menjadi bagian dari gaya hidup kalangan milenial.

Menariknya, gaya hidup ini juga dibarengi makin tingginya animo anak muda untuk menggeluti bisnis kopi. Banyak milenial yang ke­mu­dian memilih terjun menjadi entrepreneur dengan membuka kafe yang menyajikan menu utama kopi. Industri kopi olahan diyakini sebagai peluang bisnis yang sangat menjanjikan untuk digeluti.

Industri kopi Tanah Air berkembang pesat, tak lepas dari fakta akan kualitas kopi dalam negeri yang memang sangat baik. Reputasi ko­pi Indonesia tak lagi diragukan. Sejak berpuluh tahun lalu, kopi In­donesia sudah dikenal di level internasional. Sebutlah jenis kopi Java Ro­busta, Toraja, Gayo, Mandailing, hingga kopi Luwak sudah diakui dunia sebagai jenis kopi berkualitas sangat baik. Pengakuan dan peng­hargaan pun sudah banyak diraih kopi Indonesia di level in­ter­na­sio­nal. Seperti pada November 2018, 23 kopi asal Indonesia me­me­nang­kan peng­har­gaan AVPA Gourmet Product di pameran SIAL Paris, Prancis.

Baru-baru ini pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian (Kementan), juga berhasil menembus pasar dunia untuk perdagangan kopi spesial. Indonesia berperan serta pada acara Global Coffee Specialty Expo yang digelar di Boston, Amerika Se­rikat. Di ajang ini , kopi Indonesia kembali membuktikan diri sebagai ko­mo­ditas yang paling diburu. Terbukti, selama rangkaian acara ini Indonesia mampu mencapai transaksi USD26,3 juta (Rp360 miliar) khusus untuk kopi spesial.

Menurut Atase Pertanian Washington Hari Edi Soekirno, Selasa (14/5), ada sekitar 13.000 pengunjung dari total 75 negara peserta yang mengikuti acara ini. Dari sisi kualitas, kopi Indonesia memiliki reputasi yang harum. Begitu pun dari sisi kemampuan produksi, kita masih berada di empat besar negara penghasil kopi terbesar dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia.

Industri kopi olahan memang menggeliat dengan menjamurnya kafe. Kopi Indonesia juga diterima dengan baik oleh pasar luar negeri. Namun, di balik itu, perlu ada upaya untuk terus mendorong agar kejayaan kopi Indonesia tidak ter­ge­rus. Faktanya, saat ini ada beberapa masalah yang membutuhkan solusi. Pertama, regenerasi petani kopi. Sangat perlu mendorong anak muda untuk mau menggeluti profesi sebagai petani kopi.

Kedua, produktivitas lahan yang masih rendah dan populasi ta­na­man yang belum standar. Lahan tanaman kopi Indonesia saat ini baru bisa menghasilkan 0,77 ton per hektare (ha), padahal po­ten­si­nya men­capai 3 ton per ha. Problem ini tak lepas dari kualitas bi­bit atau benih yang masih rendah. Ketiga, banyak tanaman kopi yang su­dah menua dan rusak, terutama perkebunan kopi rakyat, se­hingga bu­tuh pe­re­majaan. Keempat, banyak petani yang tidak me­mi­liki pe­nge­tahuan yang cukup untuk mengolah kopi dengan mutu yang sama setiap kali panen. Ini berpengaruh pada kualitas biji kopi yang dihasilkan.

Kita mengapresiasi sejumlah langkah yang sudah diambil Kementerian Pertanian, termasuk memberikan bibit tanaman kopi dan pupuk gratis kepada petani. Termasuk upaya peremajaan ta­nam­an kopi dengan total area seluas 6.970 ha untuk kopi robusta dan arabika serta memperluas lahan kopi hingga 4.560 untuk kopi robusta, arabika, liberika, dan libtukom.

Dari sisi pengembangan SDM, langkah pemerintah juga perlu diapresiasi. Saat ini sudah ada kurikulum nasional dan panduan pelatihan budi daya kopi arabika secara berkelanjutan dan pe­na­nganan pascapanen. Kurikulum ini merupakan upaya untuk me­ning­katkan keahlian petani kopi dalam berbudi daya.

Selain kurikulum tersebut, pemerintah juga mendirikan SMK dengan jurusan kopi. Pada 25 September 2018, SMK Pertanian Pembangunan Negeri Tanjungsari, Sumedang diresmikan. SMK ini di­percaya pemerintah pusat menjadi pilot project atau percontohan sekolah yang memiliki jurusan kopi. Ini merupakan pertama di Indonesia menerapkan jurusan kopi. Materi ajar di SMK ini antara lain tentang cara penanaman kopi hingga penanganan hasil panen. Semua upaya yang dilakukan ini adalah bertujuan agar produksi kopi Indonesia meningkat berkali lipat, berkualitas baik, sehingga memiliki daya saing yang tinggi di pasar internasional.
(pur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8686 seconds (0.1#10.140)