Langkah Politik PAN Akan Ditentukan Setelah 22 Mei
A
A
A
JAKARTA - Pemilihan umum (pemilu) serentak 2019 sudah berlalu dan kini rakyat Indonesia sedang menantikan hasilnya yang akan diumumkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 22 Mei mendatang. Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Zulkifli Hasan mengajak semua pihak untuk mendukung siapa pun presiden dan wakil presiden terpilih yang mendapatkan mandat dari rakyat.
Pernyataan tersebut disampaikan Zulhas–sapaan akrab Zulkifli Hasan, dalam sambutannya di sela acara buka puasa bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, serta para pejabat tinggi negara di rumah dinasnya, Jalan Widya Chandra IV, Jakarta Pusat, kemarin.
”Tentu nanti siapa pun (presiden) terpilih, kita harus sama-sama menyukseskan agar program-programnya berhasil, karena kalau program pemerintah berhasil, toh yang enak yang maju rakyat. Nanti tarung lagi, kan masih ada tarung lagi di 2024, 2023 sudah siap-siap. Boleh tarung lagi,” tutur Zulhas.
Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) ini menuturkan, nantinya setelah KPU mengumumkan hasil pemilu, khususnya pilpres, semua pihak harus mendukung pemerintah terpilih dan ikut menyukseskan seluruh program kerja yang dilakukan agar Indonesia bisa menjadi negara maju.
“Kita dukung, kita sukseskan program siapa pun presiden yang terpilih agar Indonesia tambah maju dan apa yang dicanangkan pemerintah pada 2045, Indonesia masuk lima besar negara dengan perekonomian terkuat dunia,” tuturnya. Zulhas bersyukur karena Indonesia telah berhasil menggelar hajatan penting pemilu serentak pertama yang berlangsung dengan baik.
”Alhamdulillah sudah berjalan. Tentu pada akhirnya akan ada pemenangnya nanti pada 22 Mei berdasarkan hitungan manual,” tuturnya. Dirinya juga mengingatkan bahwa jika ada pihak-pihak yang berkeberatan dengan hasil pemilu agar menempuh jalur-jalur yang sudah diatur dalam undang-undang, yakni melalui Mahkamah Konstitusi (MK) dan lembaga terkait lainnya.
“Pemilu adalah hal biasa dalam negara demokrasi. Tentu pada akhirnya ada pengumuman pemenang, kami tidak mendahului, tetapi bagi MPR yang diperintah menjaga persatuan, NKRI, kerukunan, dan kebersamaan, kami selalu mengatakan nanti ada terpilih. Dan yang menang, kita akan menang apabila pemenang bisa menjahit kembali Merah Putih, bisa merajut persatuan, memperkukuh kebersamaan, barulah Indonesia menang, kita menang,” tuturnya.
Di antara langkah yang bisa dilakukan untuk merajut kembali Merah Putih yaitu bagaimana semua pihak bisa kembali bersatu, duduk satu meja untuk memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa.
”Saya kan tidak mendukung Pak Jokowi (di Pilpres 2019), tapi saya datang ke Pak Jokowi, ’Pak, seperti biasa, setiap tahun kita menggelar bukber, dan Pak Presiden menyambut dengan hangat, terbuka, dan gembira. Walaupun saya tidak mendukung, saya duduk bersampingan, diterima dengan baik, akrab, itulah yang saya anggap bisa merajut kembali Merah Putih,” tuturnya.
Sebagai ketua MPR, dirinya mengajak semua pihak bisa memperkukuh kebersamaan dan kembali memperkuat persatuan, karena pemilihan umum merupakan suatu keniscayaan di negara demokrasi. ”Buka puasa bersama ini agenda rutin, tapi kalau diterjemahkan macam-macam ya silakan,” katanya.
Dalam kegiatan buka puasa bersama tersebut, Zulhas kembali duduk satu meja bersama Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla, Ketua MK Anwar Usman, Ketua DPR Bambang Soesatyo, Ketua DPD Oesman Sapta Odang, dan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti.
Ini merupakan yang kedua Zulhas duduk satu meja secara terbuka dengan Jokowi setelah pemilu 17 April. Sebelumnya pada Rabu 24 April lalu, keduanya juga duduk semeja saat Zulhas bertandang ke Istana Negara. Pertemuan keduanya saat ini diartikan sejumlah kalangan bahwa ada potensi PAN bakal berkoalisi dengan partai politik (parpol) Koalisi Indonesia Kerja (KIK) pendukung pasangan Jokowi-KH Ma’ruf Amin.
Bahkan, Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf, Abdul Kadir Karding, sebelumnya mengakui bahwa dalam pertemuan antara Jokowi dan Zulhas saat itu, ada pembicaraan mengenai permintaan Zulhas untuk kembali menduduki kursi ketua MPR di periode berikutnya. Jokowi tidak memberikan sambutan dalam acara bukber kemarin. Bahkan ketika acara usai, Jokowi juga irit bicara kepada awak media.
Sambil berkelakar, dia mengaku telah melakukan kesepakatan bersama Zulhas saat duduk satu meja. ”Ya, tadi kita sepakat bersama, di satu meja tadi dengan Pak Ketua MPR, ada juga Pak Wapres, ada juga Ketua DPD, ada juga Pak Ketua DPR, Ketua MK juga sepakat, kita sepakat semuanya bahwa nanti..." kata Jokowi sambil menghela napasnya.
"Pada hari Senin kita akan berbuka puasa di tempatnya Pak Ketua DPR, Pak Bambang Soesatyo," tambahnya yang membuat Wapres Jusuf Kalla bersama dengan Ketua MPR Zulhas, Ketua DPD OSO, dan Ketua DPR Bamsoet tertawa terbahak-bahak.
Sementara itu, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti yang memberikan tausiah sebelum berbuka puasa mengatakan bahwa Ramadan menjadi momentum bagi bangsa Indonesia untuk bisa merajut ukhuwah dan kerukunan serta persatuan. ”Dengan puasa, kita memperkuat rajutan kebangsaan kita dan Ramadan berkah dalam nuansa penuh perdamaian,” tuturnya.
Mu’ti mengatakan bahwa jika para pemimpin bisa bersatu, duduk, dan bicara bersama satu meja maka rakyat yang melihat bisa menjadikan sebagai teladan. ”Ini bagian dari rajutan. Kita boleh berbeda pilihan (politik), tapi tak boleh berbeda loyalitas kebangsaan. Itu yang menjadikan Indonesia kuat,” urainya.
Senada dengan Zulhas, Mu’ti menuturkan bahwa siapa pun yang terpilih dalam pilpres, dialah pemimpin yang harus didukung bersama. ”Islam memerintahkan kita untuk taat kepada Allah, taat kepada Rasul, dan taat kepada pemimpin di antara kami. Ketaatan kepada pemimpin itu bersifat mutlak. Kalau pemimpin mengajak kepada kebaikan, kita harus menaati. Kalau mengajak pada ketidakbaikan, kita tak harus mengikuti, tapi tetap harus mendengarkan dan menghormatinya (sebagai pemimpin),” tuturnya.
Sementara itu, Sekjen PAN Eddy Soeparno mengatakan saat ini parpol Koalisi Adil Makmur pendukung Prabowo-Sandiaga Uno masih memiliki pekerjaan besar yang akan dituntaskan pada 22 Mei nanti. Karena itu, mengenai langkah politik PAN ke depan, termasuk kemungkinan berkoalisi dengan kubu Jokowi atau tidak, hal itu baru akan dimatangkan pascapengumuman resmi dari KPU 22 Mei.
“Nanti kita tunggu pasca-22 Mei akan seperti apa, nanti koalisi juga seperti apa. Saya kira kita kan sudah punya kontrak politik dengan Pak Prabowo dan Pak Sandi, nanti setelah 22 Mei bagaimana hasilnya, bagaimana langkah selanjutnya, itu baru akan kita tentukan,” katanya.
Pernyataan tersebut disampaikan Zulhas–sapaan akrab Zulkifli Hasan, dalam sambutannya di sela acara buka puasa bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, serta para pejabat tinggi negara di rumah dinasnya, Jalan Widya Chandra IV, Jakarta Pusat, kemarin.
”Tentu nanti siapa pun (presiden) terpilih, kita harus sama-sama menyukseskan agar program-programnya berhasil, karena kalau program pemerintah berhasil, toh yang enak yang maju rakyat. Nanti tarung lagi, kan masih ada tarung lagi di 2024, 2023 sudah siap-siap. Boleh tarung lagi,” tutur Zulhas.
Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) ini menuturkan, nantinya setelah KPU mengumumkan hasil pemilu, khususnya pilpres, semua pihak harus mendukung pemerintah terpilih dan ikut menyukseskan seluruh program kerja yang dilakukan agar Indonesia bisa menjadi negara maju.
“Kita dukung, kita sukseskan program siapa pun presiden yang terpilih agar Indonesia tambah maju dan apa yang dicanangkan pemerintah pada 2045, Indonesia masuk lima besar negara dengan perekonomian terkuat dunia,” tuturnya. Zulhas bersyukur karena Indonesia telah berhasil menggelar hajatan penting pemilu serentak pertama yang berlangsung dengan baik.
”Alhamdulillah sudah berjalan. Tentu pada akhirnya akan ada pemenangnya nanti pada 22 Mei berdasarkan hitungan manual,” tuturnya. Dirinya juga mengingatkan bahwa jika ada pihak-pihak yang berkeberatan dengan hasil pemilu agar menempuh jalur-jalur yang sudah diatur dalam undang-undang, yakni melalui Mahkamah Konstitusi (MK) dan lembaga terkait lainnya.
“Pemilu adalah hal biasa dalam negara demokrasi. Tentu pada akhirnya ada pengumuman pemenang, kami tidak mendahului, tetapi bagi MPR yang diperintah menjaga persatuan, NKRI, kerukunan, dan kebersamaan, kami selalu mengatakan nanti ada terpilih. Dan yang menang, kita akan menang apabila pemenang bisa menjahit kembali Merah Putih, bisa merajut persatuan, memperkukuh kebersamaan, barulah Indonesia menang, kita menang,” tuturnya.
Di antara langkah yang bisa dilakukan untuk merajut kembali Merah Putih yaitu bagaimana semua pihak bisa kembali bersatu, duduk satu meja untuk memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa.
”Saya kan tidak mendukung Pak Jokowi (di Pilpres 2019), tapi saya datang ke Pak Jokowi, ’Pak, seperti biasa, setiap tahun kita menggelar bukber, dan Pak Presiden menyambut dengan hangat, terbuka, dan gembira. Walaupun saya tidak mendukung, saya duduk bersampingan, diterima dengan baik, akrab, itulah yang saya anggap bisa merajut kembali Merah Putih,” tuturnya.
Sebagai ketua MPR, dirinya mengajak semua pihak bisa memperkukuh kebersamaan dan kembali memperkuat persatuan, karena pemilihan umum merupakan suatu keniscayaan di negara demokrasi. ”Buka puasa bersama ini agenda rutin, tapi kalau diterjemahkan macam-macam ya silakan,” katanya.
Dalam kegiatan buka puasa bersama tersebut, Zulhas kembali duduk satu meja bersama Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla, Ketua MK Anwar Usman, Ketua DPR Bambang Soesatyo, Ketua DPD Oesman Sapta Odang, dan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti.
Ini merupakan yang kedua Zulhas duduk satu meja secara terbuka dengan Jokowi setelah pemilu 17 April. Sebelumnya pada Rabu 24 April lalu, keduanya juga duduk semeja saat Zulhas bertandang ke Istana Negara. Pertemuan keduanya saat ini diartikan sejumlah kalangan bahwa ada potensi PAN bakal berkoalisi dengan partai politik (parpol) Koalisi Indonesia Kerja (KIK) pendukung pasangan Jokowi-KH Ma’ruf Amin.
Bahkan, Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf, Abdul Kadir Karding, sebelumnya mengakui bahwa dalam pertemuan antara Jokowi dan Zulhas saat itu, ada pembicaraan mengenai permintaan Zulhas untuk kembali menduduki kursi ketua MPR di periode berikutnya. Jokowi tidak memberikan sambutan dalam acara bukber kemarin. Bahkan ketika acara usai, Jokowi juga irit bicara kepada awak media.
Sambil berkelakar, dia mengaku telah melakukan kesepakatan bersama Zulhas saat duduk satu meja. ”Ya, tadi kita sepakat bersama, di satu meja tadi dengan Pak Ketua MPR, ada juga Pak Wapres, ada juga Ketua DPD, ada juga Pak Ketua DPR, Ketua MK juga sepakat, kita sepakat semuanya bahwa nanti..." kata Jokowi sambil menghela napasnya.
"Pada hari Senin kita akan berbuka puasa di tempatnya Pak Ketua DPR, Pak Bambang Soesatyo," tambahnya yang membuat Wapres Jusuf Kalla bersama dengan Ketua MPR Zulhas, Ketua DPD OSO, dan Ketua DPR Bamsoet tertawa terbahak-bahak.
Sementara itu, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti yang memberikan tausiah sebelum berbuka puasa mengatakan bahwa Ramadan menjadi momentum bagi bangsa Indonesia untuk bisa merajut ukhuwah dan kerukunan serta persatuan. ”Dengan puasa, kita memperkuat rajutan kebangsaan kita dan Ramadan berkah dalam nuansa penuh perdamaian,” tuturnya.
Mu’ti mengatakan bahwa jika para pemimpin bisa bersatu, duduk, dan bicara bersama satu meja maka rakyat yang melihat bisa menjadikan sebagai teladan. ”Ini bagian dari rajutan. Kita boleh berbeda pilihan (politik), tapi tak boleh berbeda loyalitas kebangsaan. Itu yang menjadikan Indonesia kuat,” urainya.
Senada dengan Zulhas, Mu’ti menuturkan bahwa siapa pun yang terpilih dalam pilpres, dialah pemimpin yang harus didukung bersama. ”Islam memerintahkan kita untuk taat kepada Allah, taat kepada Rasul, dan taat kepada pemimpin di antara kami. Ketaatan kepada pemimpin itu bersifat mutlak. Kalau pemimpin mengajak kepada kebaikan, kita harus menaati. Kalau mengajak pada ketidakbaikan, kita tak harus mengikuti, tapi tetap harus mendengarkan dan menghormatinya (sebagai pemimpin),” tuturnya.
Sementara itu, Sekjen PAN Eddy Soeparno mengatakan saat ini parpol Koalisi Adil Makmur pendukung Prabowo-Sandiaga Uno masih memiliki pekerjaan besar yang akan dituntaskan pada 22 Mei nanti. Karena itu, mengenai langkah politik PAN ke depan, termasuk kemungkinan berkoalisi dengan kubu Jokowi atau tidak, hal itu baru akan dimatangkan pascapengumuman resmi dari KPU 22 Mei.
“Nanti kita tunggu pasca-22 Mei akan seperti apa, nanti koalisi juga seperti apa. Saya kira kita kan sudah punya kontrak politik dengan Pak Prabowo dan Pak Sandi, nanti setelah 22 Mei bagaimana hasilnya, bagaimana langkah selanjutnya, itu baru akan kita tentukan,” katanya.
(don)