Keunikan Buka Puasa dengan Nasi Ambengan di Ponpes Hidayatul

Jum'at, 10 Mei 2019 - 07:31 WIB
Keunikan Buka Puasa...
Keunikan Buka Puasa dengan Nasi Ambengan di Ponpes Hidayatul
A A A
Sore kemarin, sejumlah santri Pondok Pesantren (Ponpes) Hidayatul Mubtadiin, Kalibening, Tingkir, Salatiga, Jawa Tengah, terlihat menyambangi sejumlah rumah warga di sekitar pondok. Mereka diminta datang oleh pemilik rumah mengambil makanan untuk buka puasa ratusan santri yang ada di ponpes tersebut.

Ini sudah menjadi tradisi masyarakat Kalibening setiap bulan suci Ramadan. Warga secara bergiliran menyediakan kudapan dan makanan untuk berbuka puasa para santri ponpes Hidayatul Mubtadiin. Cara penyajian makanannya juga unik. Nasi, lauk-pauk, sayur, kerupuk, dan lainnya ditata dalam satu tempat yang disebut ambengan.

Adapun menu makannya sesuai dengan kemampuan warga yang mendapat giliran untuk membuat nasi ambengan. Jadi, tidak ada ketentuan makanan yang harus dibuat oleh warga. Setelah waktu menginjak sore, sejumlah santri diminta datang ke rumah warga yang mendapat giliran membuat nasi ambengan. Lantas nasi ambengan dibawa ke pondok untuk buka puasa bersama. Tradisi itu dilakukan warga secara ikhlas.

Pengasuh Ponpes Hidayatul Mubtadiin, Kalibening, Tingkir, Salatiga KH Abda’ Abdul Malik menuturkan, tradisi nasi ambengan merupakan peninggalan sesepuh yang sudah berlangsung sejak puluhan tahun silam. “Ini sudah berlangsung puluhan tahun. Kapan dimulainya, persisnya saya tidak tahu. Yang jelas, pada 1926 tradisi ini sudah ada,” katanya kemarin.

Menurut KH Abda’, setiap hari setiap Rukun Tetangga (RT) mendapat jatah membuat satu nasi ambengan. Jadi, setiap ada 12 nasi ambengan yang dibuat warga secara bergiliran. Setelah waktu berbuka puasa tiba, nasi ambengan tersebut dimakan secara bersama oleh ratusan santri dan warga.

“Nasi ambengan diambil dari rumah warga setiap sore. Selepas acara pengajian santri mendatangi rumah warga dipandu perwakilan dari lingkungan warga yang mendapatkan giliran membuat nasi ambengan,” ujarnya.

Pengurus Ponpes Hidayatul Mubtadiin Mahrus Ali Kamal menceritakan, sejak menuntut ilmu di Ponpes Hidayatul Mubtadiin pada 2011, setiap Ramadan warga sekitar memberikan nasi ambengan untuk berbuka para santri. Itu sudah menjadi kebiasaan dan bagian dari ibadah warga Kalibening selama bulan suci Ramadan.

“Sebagai ucapan terima kasih dan menghormati, jadi kami harus mengambilnya. Kemudian jalan sejak berangkat dan pulang tidak boleh sama. Ya begitu tradisinya. Kenapa kok seperti itu, saya sendiri sampai sekarang tidak mengetahuinya,” terangnya.

Dia menyatakan, tradisi ini tidak hanya wujud dari ibadah masyarakat Kalibening. Namun, tradisinya ini juga mempererat tali persaudaraan antara masyarakat dan para santri. “Nasi ambengan ini semakin mendekatkan hubungan santri pesantren dengan masyarakat. Dengan berbuka bersama setiap hari, tali persaudaraan semakin erat,” ucapnya.

Sementara itu, salah seorang warga Musrini, 45, mengatakan, tradisi menyediakan makanan untuk santri sudah turun-temurun sejak puluhan tahun silam. Masyarakat meyakini dengan berbagi terutama memberikan makanan untuk berbuka puasa kepada santri dan masyarakat sekitar akan mendapat berkah Ramadan.

“Ini warisan orang tua dan saya tetap meneruskan tradisi ini sebagai ibadah. Makanan yang disajikan sesuai kemampuan, jadi saya ikhlas melakukan ini,” pungkasnya.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8879 seconds (0.1#10.140)