Soal Kalender Hijriyah Islam Global, Haedar Nashir: Malu Rasanya Masih Berkutat pada Ketidakpastian
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum (Ketum) PP Muhammadiyah, Haedar Nashir menyebut umat Islam sedunia memiliki sebuah tantangan. Dimana kini tengah mencari solusi memberi kepastian tentang disepakatinya kalender Hijriyah Islam global tunggal untuk penentuan awal Ramadan, Idulfitri, dan Iduladha.
Dia pun menyayangkan jika kaum muslim dunia masih menggunakan cara lama dengan menentukan kehadiran bulan baru.
"Malu rasanya di era abad ilmu pengetahuan dan hadirnya kalender masehi yang telah lama jadi rujukan pasti, kaum muslim sejagad masih berkutat pada ketidakpastian dalam penentuan kehadiran bulan baru. Bagaimana ke depan mencari ijtihad solutif bagi seluruh dunia muslim untuk memberi kepastian tentang disepakatinya kalender hijriyah Islam global tunggal," ujar Haedar dikutip dalam laman resmi Muhammadiyah, Selasa (12/3/2024).
"Umat Islam masih belum beranjak maju ke tingkat peradaban tinggi berbasis ilmu pengetahuan yang memberi kepastian optimum. Seraya meninggalkan ketidakpastian dalam menentukan awal Ramadan, Idulfitri, dan Iduladha," sambungnya.
Pada kesempatan itu, dia mengatakan bahwa puasa mampu menaklukkan hawa nafsu dan segala keangkuhan diri yang merasa serba digdaya untuk tetap menjadi insan biasa. Insan bertaqwa itu tawadhu atau rendah hati, tidak menjadi manusia yang angkuh diri.
Menurutnya, menahan makan, minum, dan pemenuhan nafsu biologis adalah penanda menaklukkan segala kuasa diri yang bersifat serba inderawi dan serba dunia. Serta puasa dapat membebaskan diri dari segala sangkar besi kedigdayaan.
"Maka, jadikan puasa sebagai ruang refleksi tertinggi yang menembus jantung mata hati terdalam. Agar terbentuk karakter insan bertaqwa yang autentik nan rendah hati. Dirinya hanya hamba biasa di bawah kuasa Tuhan Yang Maha Segala. Semoga dengan berpuasa menjadikan diri setiap insan muslim siapa pun dia, makin rendah hati dan tidak terjangkiti virus angkuh diri," tutupnya.
Dia pun menyayangkan jika kaum muslim dunia masih menggunakan cara lama dengan menentukan kehadiran bulan baru.
"Malu rasanya di era abad ilmu pengetahuan dan hadirnya kalender masehi yang telah lama jadi rujukan pasti, kaum muslim sejagad masih berkutat pada ketidakpastian dalam penentuan kehadiran bulan baru. Bagaimana ke depan mencari ijtihad solutif bagi seluruh dunia muslim untuk memberi kepastian tentang disepakatinya kalender hijriyah Islam global tunggal," ujar Haedar dikutip dalam laman resmi Muhammadiyah, Selasa (12/3/2024).
"Umat Islam masih belum beranjak maju ke tingkat peradaban tinggi berbasis ilmu pengetahuan yang memberi kepastian optimum. Seraya meninggalkan ketidakpastian dalam menentukan awal Ramadan, Idulfitri, dan Iduladha," sambungnya.
Pada kesempatan itu, dia mengatakan bahwa puasa mampu menaklukkan hawa nafsu dan segala keangkuhan diri yang merasa serba digdaya untuk tetap menjadi insan biasa. Insan bertaqwa itu tawadhu atau rendah hati, tidak menjadi manusia yang angkuh diri.
Menurutnya, menahan makan, minum, dan pemenuhan nafsu biologis adalah penanda menaklukkan segala kuasa diri yang bersifat serba inderawi dan serba dunia. Serta puasa dapat membebaskan diri dari segala sangkar besi kedigdayaan.
"Maka, jadikan puasa sebagai ruang refleksi tertinggi yang menembus jantung mata hati terdalam. Agar terbentuk karakter insan bertaqwa yang autentik nan rendah hati. Dirinya hanya hamba biasa di bawah kuasa Tuhan Yang Maha Segala. Semoga dengan berpuasa menjadikan diri setiap insan muslim siapa pun dia, makin rendah hati dan tidak terjangkiti virus angkuh diri," tutupnya.
(kri)