Jadikan Ramadhan Momentum Rekonsiliasi dan Perkuat Persaudaraan

Rabu, 08 Mei 2019 - 14:09 WIB
Jadikan Ramadhan Momentum...
Jadikan Ramadhan Momentum Rekonsiliasi dan Perkuat Persaudaraan
A A A
JAKARTA - Agenda politik nasional 2019 tidak hanya menyita perhatian publik, tetapi juga menyebabkan ketegangan di tengah masyarakat. Masyarakat menjadi mudah mengumbar emosi, kebencian, caci makin dan permusuhan.Kondisi tersebut salah satunya muncul lantaran tidak cerdas dalam menyikapi informasi bersifat provokatif dan menyesatkan.
Memasuki bulan suci Ramadhan, kondisi tersebut semestinya disudahi. Ibadah puasa tidak sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari emosi, kebencian dan perpecahan.

Ramadhan yang diperingati seluruh umat Islam di berbagai penjuru dunia menjadi momentum terbaik bagi umat Islam membangun persaudaraan dan perdamaian.

Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Provinsi DKI Jakarta, KH Ahmad Syafii Mufid meminta masyarakat pada umumnya dan muslim khususnya di Indonesia agar menjadikan Ramadhan sebagai sarana penyucian jiwa maupun pikiran dengan membuka, membaca, merenungkan dan memaknai kitab suci Alquran.

Sikap itu penting sebagai upaya menyegarkan pikiran dalam membangun persaudaraan dan perdamaian di tengah masyarakat.

“Bulan Ramadan ini tentunya harus kita gunakan sebagai wadah penyucian pikiran agar pikirannya sehat dan bertanggung jawab. Dengan merenungkan dan memaknai Alquran, mudah-mudahan bisa menjadi petunjuk mengenai apa yang harus kita lakukan dalam kondisi bangsa semacam ini. Karena hidup ini adalah sebuah ujian untuk kita agar bisa beramal dan berbuat yang baik untuk negara dan bangsa ini,” tutur Ahmad Syafii Mufid di Jakarta, Selasa 7 Mei 2019.

Direktur Indonesia Institute for Society Empowerment (INSEP) ini mengatakan, perbuatan yang baik itulah yang nantinya menjadi bekal manusia untuk kembali kepada Allah SWT.

“Kalau kita tidak memikirkan itu, kita nanti yang akan rugi. Sekarang ini kita muda, sebentar lagi tua, setelah tua kita meninggal. Nah kalau meninggal apa yang kita bawa kalau bukan amal perbuatan kita selama di dunia. Kalau tidak ada yang kita bawa maka kita nanti akan menyesal. Itu dari sisi kegaiban,” tuturnya.

Pasca pemilu, Syafii mengimbau masyarakat menjalin silaturahmi dengan tidak mengumbar emosi, kebencian, cacian dan permusuhan. Dia mengaku prihatin masih ada sebagian masyarakat yang berpikir untuk dirinya dan kelompoknya sediri.

“Bolehlah berkontestasi atau bermusabaqah. Tetapi bermusabaqahlah atau berkontestasilah secara jujur, adil dengan menggunakan pikiran, hati dan perasaan secara baik, utuh, manusiawi dan ber-akhlakul karimah,” tutur Syafii.

Berdasarkan pengamatan di jejaring media sosial, kata dia, ternyata banyak sekali kontestasi itu diwarnai dengan penyebarluasan kampanye negatif atau kampanye hitam dari masing-masing pihak terhadap pihak lawannya.

Menurut dia, itu terjadi selama lebih kurang delapan bulan, bahkan memasuki Ramadhan. Kondisi tersebut dinilainya menjadi problem besar bangsa ini.

“Karena bangsa ini sudah terkotakkan. Orang yang netral berada di tengah-tengah dan berusaha bijaksana, sudah ditarik ke sana-ke sini untuk membuat pernyataan ini itu, dukungan kepada kelompok ini itu. Ketika terjadi pemilahan sosial semacam ini tentunya menjadi sulit siapa yang bisa diterima oleh kedua belah pihak. Tentunya ini problem serius buat bangsa kita saat ini,” tuturnya.

Dengan kondisi seperti itu, sambung dia, agak sulit untuk mencari sosok figur netral yang bisa menjadi panutan bagi masyarakat. Kendati demikian, dia mengajak semua pihak tidak putus asa. Ramadhan sejatinya menjadi momentum untuk introspeksi dan mawas diri.

“Apa yang telah kita lakukan selama ini tentunya kita banyak istighfar kepada Allah dan membaca Alquran sebagai petunjuk bagi manusia seluruhnya. Di dalam Alquran disebutkan bukan untuk muslimin saja, tapi untuk seluruh manusia. Fungsinya untuk membentengi untuk membedakan mana yang hak dan mana yang batil, mana yang benar dan mana yang salah,” tuturnya.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0745 seconds (0.1#10.140)