Prospek Ekonomi Pasca-Pemilu 2019

Sabtu, 27 April 2019 - 08:04 WIB
Prospek Ekonomi Pasca-Pemilu 2019
Prospek Ekonomi Pasca-Pemilu 2019
A A A
Bagaimana prospek ekonomi Indonesia setelah Pemilu 2019? Meski masih meraba-raba, pemerintah yakin kon­disi perekonomian bakal lebih baik menyusul sukses penyelenggaraan Pemilu 2019. Pelaksanaan pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan legislatif (pileg) yang berjalan aman tanpa gangguan berarti membuat investor melangkah lebih aman. Meski demikian, tahapan pemilu terutama pilpres, masih menunggu hasil akhir, yakni hitung manual secara berjenjang oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang akan menetapkan siapa yang jadi pemenang.

Gelagat arah membaiknya perekonomian nasional pascapemilu memang mulai berembus, dimulai dari sukses penyelenggaraan pemilu yang memenuhi ekspektasi pasar. Lalu, diperkuat oleh data neraca perdagangan yang menunjukkan kinerja positif sejak awal bulan. Begitu pun perkembangan kurs rupiah yang telah menguat sekitar 1% antara 1 hingga 23 April lalu. Untuk tahun ini pemerintah menargetkan pertum­buhan ekonomi 5,3% dan sekitar 5,3% hingga 5,6% untuk tahun depan.

Melihat sejumlah indikator atau gelagat perkembangan ekonomi yang positif sebelum Pemilu 2019, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, wajar merasa optimistis bahwa para investor tidak lagi wait and see menanamkan modal di Indonesia pascapemilu yang berjalan aman. Karena itu, mantan gubernur Bank Indonesia (BI) itu berharap tahapan pemilu yang bakal memuncak pada 22 Mei mendatang atau pengumuman hasil real count KPU bisa berjalan aman, siapa pun kelak yang dikehendaki masyarakat untuk memimpin Indonesia.

Adapun perkembangan realisasi investasi di Indonesia mencapai Rp721,3 triliun sepanjang tahun lalu. Meski realisasi investasi mencatat kenaikan sekitar 4,1% dibanding periode yang sama 2017, itu belum menembus target realisasi Rp765 triliun. Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) realisasi investasi penanaman modal asing (PMA) 2018 tercatat sebesar Rp392,7 triliun atau turun sekitar 8,8% dibanding periode 2017.

Sebaliknya, realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) tembus Rp328,6 triliun atau naik 25,3% dibanding periode 2017. Sementara itu, tenaga kerja yang terserap sepanjang 2018 mencapai 960.052 orang, terdiri atas PMDN 469.684 tenaga kerja dan PMA 225.239 tenaga kerja.

Sejumlah penyebab realisasi investasi tidak memenuhi target, di antaranya kurangnya eksekusi implementasi kebijakan hingga transisi perizinan sistem online single submission (OSS). Walau target realisasi investasi tahun lalu tidak terwujud, pihak BKPM optimistis meraih target investasi sebesar Rp792,3 triliun pada tahun ini. Melemahnya realisasi investasi terutama dari PMA tak terlepas dari kondisi perekonomian global, di mana Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve) dan European Central Bank (ECB) memberlakukan pengetatan kebijakan moneter yang menyebabkan arus modal memilih masuk ke negara berkembang.

Bagaimana dengan aliran modal asing? Pihak BI mencatat kecenderungan aliran modal asing terus meningkat. Sepanjang triwulan pertama 2019, data bank sentral menunjukkan aliran modal asing (capital inflow) menembus angka Rp74,4 triliun. Kontribusi terbesar berasal dari pembelian Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp62 triliun dan saham (equity) Rp11,9 triliun. Penguatan aliran modal asing ke Indonesia tidak terlepas dari kebijakan Federal Reserve dan ECB dan ketidakpastian dan risiko negara berkembang yang menurun.

Kecenderungan capital inflow sejak tiga bulan pertama tahun ini membuat pihak bank sentral semakin optimistis aliran modal asing bakal membanjiri pasar keuangan dalam negeri pascapemilu. Dari sisi eksternal, selain kebijakan Federal Reserve semakin longgar, perundingan perang dagang antara Amerika Serikat dan China sudah mengarah pada titik temu yang diinginkan kedua pihak. Adapun faktor internal terlihat dari defisit transaksi berjalan yang diprediksi akan lebih terkontrol.

Meski terindikasi prospek ekonomi nasional pascapemilu meng­arah pada kinerja positif, jangan sampai kita lengah karena masih ada tahapan pemilu yang harus dilewati, sebagai puncak dari pelaksanaan pemilu, yakni penentuan pemenang pasangan calon presiden dan wakil presiden.Siapa pun terpilih kelak untuk memimpin negeri ini lima tahun ke depan, semua pihak harus legawa untuk me­nerimanya. Kita berharap kinerja perekonomian nasional yang membaik jangan sampai terganggu oleh pergantian pucuk pimpinan tertinggi di negeri ini.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7614 seconds (0.1#10.140)