Penjelasan TKN Jokowi-Ma'ruf Terkait Penghitungan Suara
A
A
A
JAKARTA - Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin menilai, tudingan terkait independensi Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) merupakan hal yang tidak masuk akal.
Pasalnya, komisioner di kedua lembaga itu sejak awal dibentuk dengan persetujuan seluruh partai di DPR. Wakil Direktur Direktorat Saksi TKN, Lukman Edy menyatakan, tidak mungkin KPU dan Bawaslu bisa merekayasa hasil Pilpres.
Sebab sejak awal TPS dijaga oleh masing-masing saksi, sehingga hasil perhitungan sudah bisa dipantau dengan transparan. Lukman menilai bahwa kubu Prabowo-Sandi sengaja menyebarkan hoaks terkait klaim bahwa pasangan nomor urut 02 itu menang pemilu.
"Sejak kemarin, kami akan terus membongkar kebohongan-kebohongan data yang disampaikan Pak Prabowo berkenaan dengan klaim kemenangan mereka pada tanggal 17 April yang mereka umumkan menang 62 persen. Ternyata data-datanya itu berisi banyak data kebohongan-kebohongan," kata Lukman, Rabu (24/4/2019).
Jika kemarin kebohongan kubu 02 terkuak di Lampung, Riau, dan Bangka Belitung, maka kali ini klaim tanpa dasar terulang untuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
"Kembali, pihak 02 mengulang pola kebohongan yang sama. Data yang mereka sajikan jauh dari akurat karena hanya berdasarkan sampel di beberapa TPS. Skenario yang sama dan selalu diulang sehingga siapaun mudah melacak bagaimana kebohongan yang mereka bangun," kata Lukman.
Di DIY misalnya. Jika berdasarkan suara sah yang masuk di KPU pada hari Rabu, 24 April, pukul, 15.00 WIB, baru sebesar 837.364 suara dengan pembagian 591.776 untuk Jokowi-Amin dan 245.588 untuk Prabowo-Sandi, namun kubu 02 sudah menyatakan sebaliknya. Real count versi kubu 02 sudah menyatakan menang dengan keunggulan 52,70%-47,30%.
"Padahal, real count kubu 02 itu hanya dari 19 TPS saja dengan jumlah 403 suara. Sebenarnya di Jogyakarta sendiri ada 11.700 TPS dengan jumlah pemilih sebanyak, 2.731.874 DPT," ungkapnya.
"Betapa masif kebohongan yang dibangun oleh kubu 02 sehingga menipu calon yang mereka usung sendiri. Saya tidak terbayangkan, jika Prabowo-Sandi baru tahu di belakang hari jika mereka selama ini ditipu oleh tim mereka sendiri," sambungnya.
Dia menambahkan, berdasarkan real count versi kubu 01, dari 1.530.048 atau 56,76% suara sah Jogyakarta yang sudah dihitung sebanyak 69,97% memilih paslon 01, sementara paslon 02 mendapatkan, 30,03%.
Angka itu pararel dengan hasil real count KPU yang hingga kini dari 836.378 suara yang sudah masuk, sebanyak 70,68% mendukung 01 dan 29,32% mendukung 02. Begitu juga jika mengaca pada quick count dua lembaga survei, Saiful Mujani Research & Consulting (SRM&C) yang memenangkan Jokowi-Amin, 69,43%-30,57% dan Poltracking yang juga mengunggulkan paslon 01 dengan, 74,75%-25,25%.
Menurut Lukman, kebohongan demi kebohongan yang dipublikasikan kepada publik itu adalah untuk memperngaruhi pemikiran publik bahwa 02 telah unggul. Padahal kenyataannya suara 02 jauh di bawah 01. Ini terbukti dari klaim sepihak dan tanpa dasar 02 yang menyatakan mendominasi di Pulau Jawa-Bali mampu dipatahkan oleh hasil di Jogyakarta dan Bali.
"Apalagi kemudian mereka mengatakan memang di Pulau Bali. Itu kan sebuah kebohongan besar. Mana mungkin Prabowo menang di Bali yang merupakan kandang PDIP dan kantong suara besar Jokowi. Sudah jelas di Bali, Jokowi-Amin menang hingga di atas 90%. Namun mereka mengklaim menang 69%, dengan hanya menggunakan data dari tujuh TPS, yakni hanya 0,1% dari sejumlah 12.834 TPS di Bali," ujar Lukman.
Pasalnya, komisioner di kedua lembaga itu sejak awal dibentuk dengan persetujuan seluruh partai di DPR. Wakil Direktur Direktorat Saksi TKN, Lukman Edy menyatakan, tidak mungkin KPU dan Bawaslu bisa merekayasa hasil Pilpres.
Sebab sejak awal TPS dijaga oleh masing-masing saksi, sehingga hasil perhitungan sudah bisa dipantau dengan transparan. Lukman menilai bahwa kubu Prabowo-Sandi sengaja menyebarkan hoaks terkait klaim bahwa pasangan nomor urut 02 itu menang pemilu.
"Sejak kemarin, kami akan terus membongkar kebohongan-kebohongan data yang disampaikan Pak Prabowo berkenaan dengan klaim kemenangan mereka pada tanggal 17 April yang mereka umumkan menang 62 persen. Ternyata data-datanya itu berisi banyak data kebohongan-kebohongan," kata Lukman, Rabu (24/4/2019).
Jika kemarin kebohongan kubu 02 terkuak di Lampung, Riau, dan Bangka Belitung, maka kali ini klaim tanpa dasar terulang untuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
"Kembali, pihak 02 mengulang pola kebohongan yang sama. Data yang mereka sajikan jauh dari akurat karena hanya berdasarkan sampel di beberapa TPS. Skenario yang sama dan selalu diulang sehingga siapaun mudah melacak bagaimana kebohongan yang mereka bangun," kata Lukman.
Di DIY misalnya. Jika berdasarkan suara sah yang masuk di KPU pada hari Rabu, 24 April, pukul, 15.00 WIB, baru sebesar 837.364 suara dengan pembagian 591.776 untuk Jokowi-Amin dan 245.588 untuk Prabowo-Sandi, namun kubu 02 sudah menyatakan sebaliknya. Real count versi kubu 02 sudah menyatakan menang dengan keunggulan 52,70%-47,30%.
"Padahal, real count kubu 02 itu hanya dari 19 TPS saja dengan jumlah 403 suara. Sebenarnya di Jogyakarta sendiri ada 11.700 TPS dengan jumlah pemilih sebanyak, 2.731.874 DPT," ungkapnya.
"Betapa masif kebohongan yang dibangun oleh kubu 02 sehingga menipu calon yang mereka usung sendiri. Saya tidak terbayangkan, jika Prabowo-Sandi baru tahu di belakang hari jika mereka selama ini ditipu oleh tim mereka sendiri," sambungnya.
Dia menambahkan, berdasarkan real count versi kubu 01, dari 1.530.048 atau 56,76% suara sah Jogyakarta yang sudah dihitung sebanyak 69,97% memilih paslon 01, sementara paslon 02 mendapatkan, 30,03%.
Angka itu pararel dengan hasil real count KPU yang hingga kini dari 836.378 suara yang sudah masuk, sebanyak 70,68% mendukung 01 dan 29,32% mendukung 02. Begitu juga jika mengaca pada quick count dua lembaga survei, Saiful Mujani Research & Consulting (SRM&C) yang memenangkan Jokowi-Amin, 69,43%-30,57% dan Poltracking yang juga mengunggulkan paslon 01 dengan, 74,75%-25,25%.
Menurut Lukman, kebohongan demi kebohongan yang dipublikasikan kepada publik itu adalah untuk memperngaruhi pemikiran publik bahwa 02 telah unggul. Padahal kenyataannya suara 02 jauh di bawah 01. Ini terbukti dari klaim sepihak dan tanpa dasar 02 yang menyatakan mendominasi di Pulau Jawa-Bali mampu dipatahkan oleh hasil di Jogyakarta dan Bali.
"Apalagi kemudian mereka mengatakan memang di Pulau Bali. Itu kan sebuah kebohongan besar. Mana mungkin Prabowo menang di Bali yang merupakan kandang PDIP dan kantong suara besar Jokowi. Sudah jelas di Bali, Jokowi-Amin menang hingga di atas 90%. Namun mereka mengklaim menang 69%, dengan hanya menggunakan data dari tujuh TPS, yakni hanya 0,1% dari sejumlah 12.834 TPS di Bali," ujar Lukman.
(maf)