Peringati Hari Bumi, Ini Pemenang Cerpen Green Pen Award 2019

Selasa, 23 April 2019 - 14:04 WIB
Peringati Hari Bumi, Ini Pemenang Cerpen Green Pen Award 2019
Peringati Hari Bumi, Ini Pemenang Cerpen Green Pen Award 2019
A A A
JAKARTA - Bertepatan dengan peringatan Hari Bumi Sedunia dan kepedulian kondisi bumi yang semakin menderita mendasari kepedulian Yeni Fatmawati Fahmi Idris selaku pemangku ICLaw bekerja sama dengan Rayakultura, menggelar Lomba Cipta Cerpen Cinta Bumi (LCCCB) Genre Sastra Hijau ini bertema 'Merawat dan Melestarikan Bumi Kita Satu-satunya'.

Gerakan Sastra Hijau menurut istri tokoh nasional Fahmi Idris itu adalah salah satu gerakan untuk melestarikan alam dengan pena. Dengan gerakan menulis ini diharapkan akan menjadi pemicu semangat anak-anak Indonesia dan juga masyarakat Indonesia dalam menjaga alam yang merupakan rumah kita satu-satunya dan kondisinya kini semakin menderita dampak dari ulah manusia eco-vandalism.

"Jika kerusakan bumi makin parah tak ada lagi planet yang memadai sebagai penggantinya. Maka bumi dan lingkungan wajib kita lestarikan, eksistensi dan fungsinya. Inilah yang mendorong kami menggelar Lomba Cipta Cerpen Cinta Bumi Genre Sastra Hijau ini," ujar Yeni di Villa Fahmi Idris, Desa Cimacan, Jalan Raya Cibodas Kampung Rarahan Cibodas Jawa Barat, Senin (22/4/2019).

"Kami meyakini bahwa tujuan lomba ini untuk menanamkan, meningkatkan dan menyebarkan wacana tentang pentingnya menjaga, merawat dan memelihara bumi sebagai tempat tinggal kita bersama," tambah perempuan berhijab itu.

Kritikus Sastra Maman S Mahayana yang juga menjadi juri kehormatan LCCCB mengatakan problem alam dalam sastra Indonesia sangat kurang sekali. Padahal sastrawan Indonesia kita paling akrab dengan lingkungan dan hampir selalu puisi Indonesia bersentuhan dengan alam.

"Alam menjadi sesuatu yang hidup. Namun sekarang sudah tidak ada. Saya merasa penawaran menjadi juri ini pucuk di cinta ulam pun tiba. Saya optimis usai membaca cerpen-cerpen hasil karya para peserta. Alam menjadi saudara mereka dan para penulis mewakili potret masalah mereka," kata Maman.

Sebagai penggiat sastra, Maman berharap lomba cerpen ini berkelanjutan agar menjadi virus kecintaan pada alam dan tidak hanya menjadi slogan tetapi menjadi suatu pemikiran dari perilaku masyarakat untuk menjaga alam. Sastra Indonesia butuh sastrawan yang peduli dengan kecintaannya kepada alam. Kita tumbuh dari alam dan aneh kalau kita tidak cinta pada alam.

"Saya berharap Bu Yeni dapat melanjutkan kegiatan ini untuk terus menyebarkan virus kepada milenial untuk menjaga alam melalui cerpen," tambahnya.

Pendaftaraan LCCCB dibuka mulai 5 Januari 2019 dan berakhir 30 Maret 2019 dengan melombakan dua kategori A dan B. Kategori A ditujukan untuk para pelajar SMA/SLTA dan kategori B di khususkan untuk mahasiswa, guru, dosen dan umum.

Ketua Panitia Pelaksana LCCCB Naning Pranoto mengaku surprise dengan jumlah naskah cerpen yang masuk ke panitia. Dalam waktu 3 bulan panpel menerima sebanyak 1.659 judul dari 1.012 peserta dengan rincian kategori A sebanyak 597 judul dan kategori B sebanyak 1.062 judul.

"Jadi, omong kosong orang Indonesia malas menulis. Dalam satu setengah bulan ini kami menerima lebih dari 1.600 cerpen. Ini luar biasa boleh dikatakan melebihi target dan ekspektasi kami. Semoga melalui kegiatan sastra ini kecintaan kepada alam akan semakin meningkat," kata Naning.

Naning juga merinci para peserta yang mengirimkan cerpen berasal dari seluruh Indonesia mulai dari Aceh hingga Papua. Kemudian kiriman naskah juga datang dari Hongkong, Malaysia dan Taiwan. Penyebaran penulisan cerpen terbanyak dari berasal dari Madura, Riau dan Sumatera.

Namun dari Pulau Jawa kebanyakan dikirimkan oleh Sastrawan namun sayangnya tidak memenuhi syarat minimal penulisan 3.000 karakter. Dilihat dari latar belakang pendidikan peserta mulai dari SMA hingga S-3 dari 37 perguruan tinggi mulai dari Universitas Indonesia, Gajah Mada, ITB, UNJ, UII dan lainnya.

"Dari latar belakang pendidikan peserta, jumlah sekolah, institusi atau universitas dan luasnya penyebaran peserta berdasarkan asal dan tempat tinggalnya tampak benar antusiasme peserta begitu besar dan merata," ujar Naning.

Adapun kriteria dewan juri untuk menentukan, memilah dan memilih cerpen-cerpen terbaik untuk menjadi pemenang lomba adalah berdasarkan keaslian (orisinalitas), kepaduan (koherensi), kedalaman (kompleksitas), kemengaliran dan kesesuaian tematik.

Dengan menetapkan kriteria penilaian di atas, Dewan Juri menentukan pemenang cerpen LCCCB ICLaw Green Pen Award 2019 untuk kategori A dimenangkan oleh Elviana Anggratama dari SMA Dhammasavana Jakarta Barat DKI Jakarta dengan judul cerpen Aku dan Bumiku.

Pemenang kedua diraih Febi Imanuela dari SMA Don Bosco 2 dengan judul Selamat Ulang Tahun dan pemenang ketiga diraih oleh Ega Putra Siregar dengan judul Botol Kuning.

Untuk kategori B, pemenang utama dengan judul Daun Tebu Keemasan karya Pipiek Istianti dari Kudus, Jawa Tengah. Kemudian Abd Warits dari Sumenep, Madura dengan judul Belajar Mencintai Bumi Kepada Nenek menjadi juara kedua dan Nabila Sasha dari Pekanbaru, Riau dengan judul Lanai menjadi juara ketiga.

"Untuk menjaga independensi, seluruh naskah yang masuk ke juri tidak diberikan nama pengirim," tegasnya.

Selain mendapatkan hadiah uang tunai, para pemenang juga mendapatkan ICLaw Green Pen Award dan karya-karya pemenang nantinya akan dibukukan.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2106 seconds (0.1#10.140)