Guru Besar IPB: Persepi Lakukan Quick Count dengan Integritas Tinggi
A
A
A
JAKARTA - Seluruh lembaga survei anggota Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) melaksanakan quick count dengan integritas tinggi. Hal ini diungkapkan Guru Besar Statistika Institut Pertanian Bogor (IPB) Asep Saefudin.
"Buktinya, hari ini mereka berani menunjukkan transparansi data. Anda bisa lihat dapur dari tiap lembaga di bawah Persepi yang melaksanakan quick count," kata Asep saat menghadiri ekspose data hasil quick count oleh Anggota Persepi di Hotel Morrissey, Sabtu (20/4/2019).
Asep yang menjabat sebagai Rektor Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) menuturkan, quick count adalah proses metodologi yang menggunakan nalar akademis sehingga bisa dipertanggung jawabkan. "Quick count ini bukti kemajuan dan modernisasi demokrasi Indonesia. Kita menjadikan ilmu pengetahuan sebagai basis kita berpolitik," ujarnya.
Data dan metode quick count yang bisa dipertanggung jawabkan juga harusnya tidak perlu dipermasalahkan dengan menuding hasil quick count sebagai kebohongan atau upaya menggiring opini."Tidak perlu baper dengan hasil quick count. Selama ada data yang benar dan metode secara statistika berani dibuka, ya hasilnya akurat," katanya.
Anggota Dewan Etik Persepi Hamdi Muluk menambahkan, politisi-politisi tidak perlu melontarkan pernyataan menuduh prosedur dan metodelogi yang dilakukan lembaga survei sebagai kebohongan. "Hari ini anggota Persepi membuka semua data dan metodologi yang bisa dipertanggung jawabkan, tuduhan-tuduhan yang dilontarkan ke kami justru membuat mereka jadi seperti anti-sains, kan," kata Hamdi.
Sepuluh lembaga anggota Persepi yang melaksanakan quick count pada Pemilu 2019 lalu, melakukan ekspose data untuk menunjukkan hasil akhir, sampel, serta metodologi yang dilakukan selama proses quick count. Lembaga tersebut antara lain Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Cyrus Network, Saiful Mujani Research Center (SMRC), Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Indikator Politik, Populi Center, Charta Politika, Indo Barometer, Poltracking, dan Konsep Indonesia.
"Buktinya, hari ini mereka berani menunjukkan transparansi data. Anda bisa lihat dapur dari tiap lembaga di bawah Persepi yang melaksanakan quick count," kata Asep saat menghadiri ekspose data hasil quick count oleh Anggota Persepi di Hotel Morrissey, Sabtu (20/4/2019).
Asep yang menjabat sebagai Rektor Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) menuturkan, quick count adalah proses metodologi yang menggunakan nalar akademis sehingga bisa dipertanggung jawabkan. "Quick count ini bukti kemajuan dan modernisasi demokrasi Indonesia. Kita menjadikan ilmu pengetahuan sebagai basis kita berpolitik," ujarnya.
Data dan metode quick count yang bisa dipertanggung jawabkan juga harusnya tidak perlu dipermasalahkan dengan menuding hasil quick count sebagai kebohongan atau upaya menggiring opini."Tidak perlu baper dengan hasil quick count. Selama ada data yang benar dan metode secara statistika berani dibuka, ya hasilnya akurat," katanya.
Anggota Dewan Etik Persepi Hamdi Muluk menambahkan, politisi-politisi tidak perlu melontarkan pernyataan menuduh prosedur dan metodelogi yang dilakukan lembaga survei sebagai kebohongan. "Hari ini anggota Persepi membuka semua data dan metodologi yang bisa dipertanggung jawabkan, tuduhan-tuduhan yang dilontarkan ke kami justru membuat mereka jadi seperti anti-sains, kan," kata Hamdi.
Sepuluh lembaga anggota Persepi yang melaksanakan quick count pada Pemilu 2019 lalu, melakukan ekspose data untuk menunjukkan hasil akhir, sampel, serta metodologi yang dilakukan selama proses quick count. Lembaga tersebut antara lain Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Cyrus Network, Saiful Mujani Research Center (SMRC), Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Indikator Politik, Populi Center, Charta Politika, Indo Barometer, Poltracking, dan Konsep Indonesia.
(whb)