Solusi untuk Polemik Survei dan Quick Count Pilpres 2019

Kamis, 18 April 2019 - 10:37 WIB
Solusi untuk Polemik...
Solusi untuk Polemik Survei dan Quick Count Pilpres 2019
A A A
JAKARTA - Analis Sosial Politik dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun mengatakan, dua kubu pasangan calon presiden dan calon wakil presiden melakukan survei dan hitung cepat atau quick count.

Kedua kubu pun mengumumkan dengan hasil berbeda. Menurut Ubedilah, kritik tentang peluang kesalahan survei dan kesalahan quick count tentu berlaku untuk tim survei atau tim quick count dari kedua kubu.

Artinya lanjut dia, Quick Count dari kubu 01 Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin maupun 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno berpeluang melakukan kesalahan yang sama.

"Lalu bagaimana solusinya? Solusinya ada empat yaitu secara metodologis, secara teknologi, regulasi dan secara sosiologis," ujar Ubedilah dalam keterangan tertulisnya yang diterima SINDOnews, Kamis (18/4/2019).

Pertama dia mengatakan, secara metodologis quick count kedua kubu harus dibuka datanya kepada publik terkait data proses sampling nya dan data mentahnya. Kedua, secara teknologi yang digunakan dalam quick count.

"Kedua kubu harus bersedia di uji ulang teknologi yang digunakan. Menggunakan aplikasi apa dan seperti apa upload data dari TPS dilakukan," paparnya.

Ketiga kata dia, secara regulasi perlu diatur secara tegas keberadaan lembaga survei ini, terutama perlunya aturan larangan pada lembaga survei yang menjadi konsultan dari kontestan Pemilu.

Dia menuturkan, bagi lembaga survei yang menjadi konsultan capres-cawapres dan konsultan partai politik harus dilarang mempublikasikan hasil surveinya.

"Cukup untuk internal partai atau capres-cawapres yang menjadikanya konsultan. Tetapi bagi lembaga independen seperti lembaga riset universitas boleh mempublikasikan hasil survei dan quick countnya," imbuhnya.

Keempat lanjut dia, secara sosiologis masyarakat juga perlu dididik agar tidak reaktif dan tidak emosional dalam melihat hasil survei maupun hasil quick count.

Kata dia, rasionalitas masyarakat menjadi sangat penting dalam merespon hasil quick count apalagi di era masyarakat digital (digital society) saat ini.

Apalagi sambung dia, kelak yang mengumumkan hasil quick count adalah lembaga independen. Menurut dia, hal tersebut sangat penting diingatkan agar tidak menaikan ketegangan sosial di tengah-tengah masyarakat.

"Jika empat hal diatas diterapkan, saya meyakini pemilu akan berjalan dengan minim ketegangan dan minim konflik sosial," pungkasnya.
(maf)
Berita Terkait
Sejarah Pemilu di Indonesia...
Sejarah Pemilu di Indonesia dari Masa ke Masa, Info Penting untuk Tugas Sekolah
Penelitian: Partai Perindo...
Penelitian: Partai Perindo Sukses Curi Perhatian Masyarakat pada Pemilu 2019
5 Lumbung Suara Partai...
5 Lumbung Suara Partai Nasdem Pada Pemilu 2019, dari Sumatera hingga Papua
5 Provinsi Lumbung Suara...
5 Provinsi Lumbung Suara Partai Demokrat di Pemilu 2019
Megawati Usul Tak Diubah,...
Megawati Usul Tak Diubah, Inilah Nomor Urut Parpol Peserta Pemilu 2019
Ini 7 Provinsi Lumbung...
Ini 7 Provinsi Lumbung Suara PDIP pada Pemilu 2019
Berita Terkini
Anggota DPR Alamuddin...
Anggota DPR Alamuddin Dimyati Rois Meninggal Dunia
14 menit yang lalu
Sutiyoso Desak Hercules...
Sutiyoso Desak Hercules Minta Maaf ke Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo
1 jam yang lalu
Ketua DPR Desak Pemerintah...
Ketua DPR Desak Pemerintah Hadir: Jangan Biarkan Korban PHK Berjuang Sendiri
1 jam yang lalu
Tiga Terdakwa Kasus...
Tiga Terdakwa Kasus Korupsi Timah Rp300 Triliun Divonis 3 hingga 10 Tahun Penjara, Denda Rp500-750 juta
2 jam yang lalu
Kasus Dugaan Korupsi...
Kasus Dugaan Korupsi Sritex, Kejagung Periksa Saksi dari Bank BUMD
3 jam yang lalu
Bupati Indramayu Lucky...
Bupati Indramayu Lucky Hakim Hari Ini Mulai Jalani Sanksi Magang di Kemendagri
3 jam yang lalu
Infografis
AS Butuh Rp15.919 Triliun...
AS Butuh Rp15.919 Triliun untuk Memodernisasi Senjata Nuklirnya
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved